Sarang semut dihubungkan dengan dunia luar melalui lubang kecil yang hanya seukuran seekor semut. Melewati lubang ini perlu “izin” dan dalam koloni ada sejumlah kecil semut yang “bertugas sebagai penjaga pintu”.
“Penjaga pintu” bertugas menjadi sumbat-hidup dengan bentuk kepalanya yang pas dengan lubang masuk. Lebih lanjut, warna dan desain kepalanya sama dengan warna kulit pohon di lingkungan sekitar. Penjaga pintu duduk berjam-jam di lubang masuk dan hanya mem-perbolehkan masuk semut-semut koloninya sendiri.
Ini berarti gagasan memiliki penjaga pintu untuk menjaga bangunan telah dipraktikkan oleh semut penjaga pintu, sebelum manusia. Semut ini menutupi lubang masuk dengan bagian tubuhnya yang terkuat, menya-markan dirinya, dan melarang masuk semut yang tidak mengucapkan “kata kunci” yang benar.
Kenyataan bahwa semut penjaga memiliki kepala yang pas dengan lubang, dengan warna dan pola yang sesuai dengan lingkungan, dan ia menolak masuk siapa pun yang tidak ia kenal, jelas tidak mungkin dilakukannya atas kemauan sendiri. Jelas ada “tokoh intelektual“ yang mendesain tubuh semut dalam bentuk ini dan mengilhamkan tugas yang dilakukan semut tersebut. Mengatakan bahwa semut dapat memikirkan sendiri tugas ini dan bekerja sebagai penjaga pintu tanpa kehilangan kesabaran dan tanpa menyerah, jelas bukan penjelasan yang masuk akal.
Mari kita pikirkan: Mengapa seekor semut mau menjadi penjaga pintu? Jika boleh memilih, untuk apa ia mengambil tugas yang paling merepotkan dan memerlukan pengorbanan terbesar itu? Jika boleh memilih, tentu ia akan mengambil pekerjaan yang akan memberinya lingkungan ternyaman dan pelayanan terbaik. Sebenarnya, pilihan ini terjadi dengan ketetapan Allah. Dan semut penjaga pintu melak-sanakan tugasnya dengan penuh ketaatan. Hanya sang pencip-ta semut yang mungkin telah mendesain kehidupan koloni yang demikian sempurna, untuk menunjukkan sisi seni-Nya yang menakjubkan dan telah memberi tugas-tugas khusus kepada koloni semut yang hidup dengan sistem ini.
Menurut teori evolusi, semut mestinya berkembang dalam setiap segi dan me-reka mestinya mencoba memasuki kasta yang memberi mereka hidup yang lebih nyaman. Akan tetapi, semut penjaga pintu tidak berupaya ke arah ini, sebaliknya melaksanakan tugas yang diilhamkan itu tanpa salah sepanjang seluruh hidup mereka.(harunyahya)
0 Response to "Mungkinkah Semut Menjadi Penjaga Pintu?"
Post a Comment