Ia dihukum dengan tuduhan pemerkosaan sebanyak lima kali dan pembunuhan di Iraq.
Menurut Green, saat itu ia tidak berpikir warga sipil Iraq sebagai manusia setelah mengalami kekerasan perang yang ekstrem. Green, mantan prajurit Airborne ke-101, dalam wawancara pertamanya sejak pembunuhan tahun 2006, mengklaim bahwa kejahatannya dipicu sebagian besar karena pengalaman kekerasan di Iraq.
Awalnya, dua sersan temannya ditembak mati. Dia juga menyebutkan kurangnya kepemimpinan dan bantuan dari Angkatan Darat Amerika.
“Saya sepertinya jadi gila,” kata Green dalam wawancara telepon eksklusif dari penjara federal di Tucson, Arizona, kepada Daily Mail, di tahun yang sama. “Saya tiba-tiba saja berada dalam situasi ini. Saya tidak berpikir saya akan terus hidup. ”
Green berbicara tentang serangan 12 Maret 2006, pada satu keluarga dekat Mahmoudiya, Iraq, yang membuatnya menjalani hukuman seumur hidup. Jaksa mengatakan bahwa kejahatan Green pada tahun 2009 menjadi salah satu kejahatan terburuk dari perang Iraq.
Green berkilah bahwa orang harus tahu tindakannya itu adalah akibat dari keadaannya di zona perang. “Jika saya tidak pernah ke Iraq, saya tidak akan berada dalam masalah saya sekarang ini,” kata Green. “Saya tidak senang tentang itu.”
Pada tanggal 10 Desember 2005, Green mengatakan, seorang warga Iraq yang sebelumnya sudah dianggap teman mendekati pos pemeriksaan dan tiba-tiba saja melepaskan tembakan. Tembakan itu membunuh Sersan Travis L. Nelson, 41, dan Kenith Casica, 32. Keduanya yang merupakan teman dekat Green tewas seketika. Green mengatakan kematian mereka benar-benar membuatnya terguncang.
Kematian itu membuatnya sangat membenci semua rakyat Iraq. “Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bencinya saya pada orang-orang ini,” kata Green. “Saya tidak berpikir orang-orang ini adalah manusia.” [sa/islampos/dailymail]
0 Response to "Steven Green : “Saya Tidak Berpikir Orang Iraq Sebagai Manusia”"
Post a Comment