Teori-teori demokrasi sudah habis. Arab gagal memanfaatkan Arab Spring untuk memperkuat perilaku demokrasi dan suksesi kepemimpinan dan kekuasaan serta partisipasi politik. Perubahan-perubahan dan persekutuan antara kelompok di kawasan telah mengembalikan kepada titik nol. Namun sebagian perubahan memiliki kaitan ideology. Mengamati apa yang terjadi di kawasan Arab, telah terjadi polarisasi tajam antar ideology yang berbeda yang melampaui batas geografi.
Kelompok sekuler Mesir misalnya lebih dekat (dalam berkoalisi) dengan kelompok sekuler di negeri Arab lainnya ketimpang kelompok Islam di Mesir. Demikian dengan kelompok Islam itu sendiri. Perubahan ini barangkali akan mengarah kepada peleburan batas-batas territorial kenegaraan di masa mendatang. Jika itu berlanjut maka kita dihadapkan kepada peta pertumpahan darah baru. Hal itu akan menyebabkan pada pembagian dunia Arab berdasarkan idelogi dan etnis. Sehingga aka nada negara Ikhwanul Muslimin dan negara sekuler, negara untuk kelompok kiri, Salafi, liberal, dan lainnya. Juga akan memberikan kemerdekaan kepada etnis seperti Kurdi, Alawi, Dorouz dan lainnya.
Pembagian tidak hanya sampai di sini. Bahkan akan terjadi perpecahan dan pembagian di negara yang memiliki satu ideology. Kelompok sekuler akan terpecah di antara mereka endiri, kelompok Islam akan terpecah di antara mereka sendiri dan seterusnya. Sampai akan ada entitas mozaik kecil, lemah, tak berdaya dan kurus penuh dengan penyakit, kebodohan dan kebodohan. Inilah yang direncanakan oleh Freemasonry Internasional yang ketakutan terhadap proyek peradaban Islam. Proyek yang pernah dibicarakan oleh Samuel Huntington dalam bukunya “Clash Civilization” (Benturan Peradaban). Ia menggambarkan aka nada benturan tiga peradaban; barat, Islam dan Cina.
Apa yang terjadi di kawasan sangat berbahaya. Toleransi dan hidup berdampingan tidak lagi ada. Saling curiga dan tidak percahaya antar kelompok semakin kuat. Ketidak adilan distribusi kekayaan tersebar di kalangan warga Arab. Korupsi, kemiskinan, kebodohan dan penyakit semakin kuat.
Kenyataan di atas akan menimbulkan pesimistis di kalangan warga Arab, pesimistis akan mengantarkan kepada kekerasan dan fanatisme dan akan menerapkan politik bumi hangus. Kekuasaan akan dipertahankan dengan cara apapun, baik kudeta atau demokrasi.
Proyek Amerika di kawasan didasarkan kepada dua hal penting; menjamin pembauran ‘Israel’ di kawasan dan menjamin terpecah-pecahnya unsure-unsur kekuatan di kawasan sehingga akan berakhir tidak jelas.
Visi ke depan kawasan Arab, di tengah peristiwa Mesir dan Suriah serte proses perubahan demokrasi serta peran sebagian negara teluk yang ingin membakar kawasan justru akan menciptakan politik “perang tidak langsung”, akan meletusnya revolusi ketiga keempat dan kelima. Perpecahan akan semakin dalam dan melemahkan umat. Namun itu semua akan terjadi sebelum “angin topan” terakhir yang akan mengembalikan proyek peradaban Islam Arab yang dijanjikan oleh Allah pada saat umat Islam menjadi soko guru dunia.
Namun semua itu hanya akan terjadi dengan pengorbanan besar. (pip)
0 Response to "Konflik Ideologi Pasca Arab Spring"
Post a Comment