Dari Jabir bin Abdillah ra berkata: Rasulullah Shalallahu'alahi wassalam memerintahkan menjilati jari-jari dan talam tempat makan, dan beliau bersabda: Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian makanan manakah keberkahan itu ada".(Shahih Muslim : 2034)
Apa yang ada dalam pikiran anda ketika membaca hadits ini ? Ihhh…ngejilatin jari kita dan wadah tempat kita makan ? Untuk memastikan tidak ada makanan yang tersisa. Kok ada sih hadits ngajarin jorok begitu ?
Nanti dulu….jangan gegabah mengambil kesimpulan. Coba and baca fakta-fakta dan data berikut ini :
Sisa makan siang dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan dalam setiap tahunnya ada sekitar 125 ribu ton, jika diisikan ke dalam tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi 1.221 unit gedung bangunan 101 Taipei.
Bahan makanan yang terbuang ke dalam tong sampah di seluruh dunia dalam setahunnya mencapai 1,3 milyar ton, cukup untuk mengelilingi bumi sebanyak 166 kali. Namun kenyataan pahitnya dalam setiap hari ada 30 ribu orang mati kelaparan.
Menurut laporan FAO, 40% dari bahan makanan di negara maju dibuang ke dalam tong sampah. Jelasnya sebanyak 40% dari makanan setiap orang terbuang ke dalam tong sampah, jika sisa makanan ini dikumpulkan dalam setahun, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan 4,2 milyar umat manusia.
Menurut data Dinas Lingkungan Taiwan, sampah dapur dari seluruh rumah tangga di Taiwan dalam setahun ada sekitar 2,75 juta ton, di antaranya ada sekitar 1,8 juta ton merupakan kulit buah-buahan, sayuran dan sisa makanan.
Jika dikonversikan dalam unit berat, 1,80 juta ton adalah setara dengan berat 4 milyar porsi makanan kotak. Jika dikonversikan dalam bentuk nilai uang akan mencapai nilai total 25 milyar (Rp. 7,5 trilyun), cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi 230 ribu murid sekolah asal keluarga tidak mampu selama 20 tahun, mulai dari usia tingkat TK sampai tingkat S3. Jika dikonversikan dalam jumlah orang, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 5,5 juta warga Haiti selama satu tahun penuh.
Inggris saja sudah membuang bahan makanan sebanyak 410 ton dalam setahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 12 juta warga kelaparan di daerah bencana kekeringan parah Afrika Timur. Sedangkan di Amerika Serikat dalam setahun diboroskan hampir 50 juta ton bahan makanan, cukup untuk menyelamatkan hampir separuh warga kelaparan di benua Afrika.
Ketika membuang bahan makanan, pemborosan yang terjadi bukan saja bahan makanan tersebut, juga termasuk sumber daya dalam proses produksi, transportasi dan penyimpanan. Coba pikirkan, kita mempergunakan obat pertanian dan pupuk kimia untuk memaksa produksi pertanian paling maksimal, ini sangat melukai bumi dan memboroskan sumber daya air, namun terakhir kita malah membuang bahan makanan ini.
(Semua sumber data di atas di dapat dari penelitian Rumah Sakit Tsu Chi Taiwan).
Bagaimana dengan di Indonesia ? Berapa banyak makanan yang terbuang setiap kali pesta pernikahan di adakan ? Mungkin kita harus mulai menghitung, untuk setiap 1 porsi makanan dalam sebuah pesta pernikahan, berapa banyak rata-rata makanan yang tersisa di satu porsi piring makanan ? Ada berapa banyak pesta dalam 1 bulan di seluruh Indonesia ?
Dengan hal seperti ini mungkin akan membuat kita semakin paham mengapa Allah mendekatkan perilaku mubadzir dengan menjadi saudaranya Syaitan,
Sesungguhnya orang-orang yang Mubadzir (pemboros) itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra’: 27)
Artinya ketika kita berprilaku mubadzir maka kita akan berpeluang menjadi saudaranya syaitan yang merupakan makhluk paling ingkar kepada Allah Subhanawata’ala.
Efektifnya Adab Makan yang diajarkan Rasulullah
"كِيْلُوْا طَعَامَكُمْ يُبَارَكْ لَكُمْ."
“Takarlah makanan kalian, maka kalian akan diberkahi.” (Shahih al-Bukhari (III/22))
Mulailah dengan mengukur dan menakar seberapa besar kemampuan kita untuk memakan makanan yang ada.
"فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ، فَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهَ عَلَيْهِ! يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ."
“Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya, maka makanan kalian akan diberkahi.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya).
Bukankah dengan berkumpul kita bisa saling mengingatkan satu sama lain sehingga tidak terjadi pemborosan di sana pada saat kita makan ? Dan dengan menyebut nama Allah maka kita pun akan selalu teringat untuk menghindar dari perilaku boros yang merupakan bisikan syaithan.
"إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلٌّ الطَّعَامَ، إِلاَّ يُذْكَرَ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ."
“Sesungguhnya syaitan mendapatkan bagian makanan yang tidak disebutkan Nama Allah padanya.” (Shahih Muslim (III/1597))
Dan yang lebih penting adalah bahwa Allah akan memberkahi apa yang kita makan. Berkah artinya banyak dia bermamfaat, pada saat sedikit ia mencukupi.
"طَعَامُ اْلإِثْنَيْنِ كَافِي الثَّلاَثَةَ، وَطَعَامُ الثَّلاَثَةَ كَافِي اْلأَرْبَعَةَ."
"Makanan dua orang cukup untuk tiga dan makanan untuk tiga orang mencukupi untuk empat orang.”(Shahih Bukhari (VI/200) dan Muslim (III/1630))
Ini adalah sebuah logika yang sangat sederhana. Bukankah ketika porsi makanan itu di takar untuk 3 orang tapi di peruntukkan untuk empat orang itu artinya akan muncul rasa berbagi. Karena ketika semua mengutamakan egonya dan ingin mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa memikirkan saudaranya, maka akan ada saudaranya yang tidak mendapatkan bagian ?
"كُلُوْا مِنْ جَوَانِبِهَا، وَدَعُوْا ذِرْوَتَهَا! يُبَارَكْ فِيْهَا."
“Makanlah dari pinggirannya dan tinggalkanlah (terlebih dahulu) bagian tengahnya (niscaya) akan diberkahi padanya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (IV/143).
Bukankah ketika makanan itu bersisa letaknya selalu di pinggir ? Rasulullah memerintahkan kita untuk mulai makan dari pinggir baru kemudian di tengahnya. Bahkan Rasulullah mendorong kita melakukan itu dengan memberi tahukan bahwa di bagian tengahlah keberkahan itu di turunkan.
"إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ، فَلْيُمِطْ عَنْهَا اْلأَذَى، وَلْيَأْكُلْهَا، وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ!"
“Apabila makanan salah seorang dari kalian jatuh, maka bersihkanlah kotoran darinya, kotoran lalu makanlah dan janganlah membiarkannya untuk dimakan oleh syaitan!”
Inilah kehati-hatian dalam makanan. Kita sedang menikmati keberkahan yang Allah berikan. Berhati-hatilah agar tidak menjatuhkannya. Kalau pun makanan tersebut terjatuh, maka Rasulullah memerintahkan untuk membersihkannya lalu memakannya.
Dan beliau memerintahkan kami untuk membersihkan piring (dengan menghabiskan sisa-sisa makanan yang ada), beliau bersabda:
"فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِيْ أَيِّ طَعَامِكُمُ الْبَرَكَةُ."
“Karena kalian tidak mengetahui di bagian makanan kalian yang manakah keberkahan itu berada.” Shahih Muslim (III/1607)
Rasulullah meminta kita memastikan agar tidak ada makanan yang tersisa di wadah makanan yang kita gunakan. Tidak hanya di piring, bahkan di jari-jari tangan yang kita gunakan untuk menyuap makanan,
"إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابَعَهُ، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ."
“Apabila seseorang diantara kalian makan maka jilatlah jari-jarinya karena ia tidak mengetahui di bagian jari yang manakah keberkahan itu berada.” (Shahih Muslim (III/1607))
Kalau semua adab di atas telah kita lakukan, apakah masih ada makanan yang tersisa ?
(cahayasiroh)
0 Response to "Pelajaran Menjilati Jari dan Wadah Makan "
Post a Comment