Pernikahan, tidak hanya tentang pelangi dan kupu-kupu

Pernikahan, tidak hanya tentang pelangi dan kupu-kupu
Ameera Kamis, 17 Muharram 1435 H / 21 November 2013 06:35
Pernikahan, tidak hanya tentang pelangi dan kupu-kupu
Ilustrasi - Pernikahan, tidak hanya tentang pelangi dan kupu-kupu

Sebagian besar dari kita para gadis bermimpi tentang suatu hari yang sangat istimewa, dimana kita semua membayangkan diri sebagai pengantin, mengenakan gaun putih lembut, dikelilingi oleh bunga, dan pipi kita merona karena ratusan mata yang mengikuti langkah kita.

Ya! Ini adalah hari pernikahan.  Ketika kita masih muda, kita barangkali sering  menonton film Disney. Dan saya yakin sebagian besar dari kita terisak bahagia ketika melihat bagaimana perjuangan sang pangeran dan  sang putri dalam mengatasi semua kesulitan dan kejahatan, untuk kemudian bisa bersama satu sama lain dalam menjalani pernikahan seumur hidup.

Tapi, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah kita melihat bagaimana Cinderella yang mampu mengelola argumen dia dengan sang pangeran tentang cara mengatur sofa di depan TV ? Atau bagaimana Belle akan mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan rumah jika dia memutuskan untuk mengejar karir? Bagaimana dengan keterampilan memasak si Putri Salju?  Sayangnya, film putri tidak mempersiapkan kepada kita tentang apa yang terjadi setelah acara gaun putih. Berikut ini ada beberapa hal yang dimana saya telah belajar beberapa keistimewaan dan kesulitan selama  pernikahan yang saya ingin berbagi dengan Anda.

Seni Memasak

Ya , saya bisa merebus telur , dan membuat secangkir teh, dan semua hal-hal penting lainnya bisa saya dapatkan dengan mudah jika kita sudah melalui peran kita sebagai koki di rumah baru kita, begitu barangkali pikir Anda. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Jangan menunggu sampai Anda kebingungan, berdiri di depan kompor di rumah baru Anda, dan bertanya-tanya bagaimana cara memasak daging ini?  Atau, bagaimana cara menggoreng agar tidak lengket, atau bagaimana cara memasak nasi yang pas – tidak lembek tidak keras?

Saya benar-benar ingin memberikan saran kepada Anda untuk memulai  pelajaran memasak Anda dari sekarang, sebelum Anda menikah. Berdirilah disamping ibumu, kakakmu, tantemu, atau siapapun, saat mereka memasak. Buatlah catatan penting tentang resep-resep makanan yang mereka masak. Pergilah ke toko alat tulis dan belilah buku catatan kecil dan tulislah beberapa resep memasak , dan jadikan buku catatan tersebut sebagai  teman terbaik Anda. Atau setiap kali Anda diundang untuk makan malam di rumah seseorang, dan jika Anda benar-benar menyukai salah satu hidangan, jangan malu untuk meminta resepnya. Ya, jangan malu! Karena Ini akan benar-benar berguna bagi Anda ketika Anda sudah menikah, lebih dari yang Anda tahu!

“Tapi bagaimana jika suatu saat setelah menikah saya merasa dia tidak suka masakan saya?”

Kalau begitu, tanyakan kepadanya. Sebagian suami tidak menunggu Anda untuk bertanya dan akhirnya berseru pendapat karena perbedaan selera makanan, yang mana hal ini bisa menjadi sesuatu yang negatif. Dan apabila suami Anda memberi masukan terhadap masakan Anda,jangan terlalu sensitif. Gunakan kritikannya sebagai kritik konstruktif, bukannya dengan menangis tersedu-sedu di tengah malam. Jangan keras pada diri sendiri, Anda masih belajar, dan itu akan memakan waktu cukup lama sampai Anda memahami semua preferensi. Jadi tanyakan padanya apa yang dia inginkan untuk makan malam hari ini, dan apa yang paling dia suka? Anda akan terkejut , tapi ia bisa memiliki beberapa rekomendasi yang baik.

“Ahh , saya baru saja melukai jari saya!”

Itu tidak apa-apa. Hal ini sering terjadi.  Saat Anda belajar memasak barangkali akan terkena luka bakar, atu bahkan memar.  Pada hari pertama saya memasak, saya berakhir dengan dua luka di masing-masing ibu jari saya. Tapi, sejak saat itu saya melakukannya lebih hati-hati. Jadi jangan menyerah pada diri sendiri atu bahkan merusak kemampuan Anda. Jangan menyerah hanya dengan beberapa luka ringan di awal pelajaran memasak.

Rumah vs Karir

Saya di sini bukan untuk membahas pilihan Anda memutuskan untuk bekerja atau tidak , karena itu adalah keputusan yang Anda buat sendiri setelah berkonsultasi dengan suami Anda. Namun, sebagian dari kita mungkin sudah memiliki karier, atau memutuskan untuk mulai bekerja setelah menikah. Ini merupakan kesempatan bagi Anda untuk menambah nilai bagi masyarakat dan mengejar impian Anda , namun jangan lupa bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah menetapkan kewajiban bagi Anda sebagai istri untuk merawat suami dan rumah. Sama seperti Allah Subhanahu Wata’ala telah menetapkan kewajiban untuk suami Anda yang berkaitan dengan menyediakan makanan, tempat tinggal, dan pakaian untuk Anda. Jadi, penting untuk selalu diingat bahwa tak satu pun dari Anda harus tertinggal dalam peran-peran yang Allah Subhanahu Wata’ala telah ditetapkan untuk masing-masing.

Di awal pernikahan, itu bisa sangat sulit jika Anda memutuskan untuk bekerja penuh waktu selama  sembilan jam, dan pada saat yang sama Anda harus melakukan beberapa pekerjaan rumah seperti mencuci baju, memasak dan membersihkan rumah, dan jika Anda tidak memiliki pembantu, Anda akan menyadari bahwa hal itu cukup melelahkan.

Namun, apabila sampai hal itu terjadi , saran saya adalah : jika Anda memutuskan untuk bekerja dalam beberapa bulan pertama, atau setahun menikah, cobalah untuk menemukan pekerjaan dengan jam kerja yang cocok untuk memiliki kehidupan yang seimbang antara tugas-tugas Anda sebagai istri dan kehidupan karir Anda.

Anda memiliki teman sekamar baru

Rasanya aneh bahwa setelah seumur hidup Anda bersama dengan keluarga Anda, Anda sekarang akan hidup dengan orang baru. Ini menarik, dan sedikit menakutkan. Tetapi yang paling penting adalah hal itu akan terasa berbeda. Pasangan Anda juga telah menjalani gaya hidup tertentu dalam kehidupan sebelum pernikahannya, dan Anda akan menyaksikan banyak hal dari pasangan Anda yang tidak sesuai dan Anda akan melihatnya setiap saat. Beberapa hal yang mungkin tampak aneh, membuat frustrasi, atau menjengkelkan, tetapi Anda harus mengerti bahwa dia juga merasakan hal yang sama.

Anda mungkin memiliki kebiasaan tidur yang berbeda dengan pasangan Anda, atau memiliki selera yang berbeda dalam pengaturan ruang kamar.  Tapi itu bukan berarti Anda harus panik,  apalagi sampai memutuskan untuk memiliki kamar tidur masing-masing di rumah. Oh tidak! Tarik nafas, bicarakan berdua dan lakukan kompromi.

“Dari Jabir, Nabi ‘alaihis shalatu was salam bersabda, “Sesungguhnya iblis singgasananya berada di atas laut. Dia mengutus para pasukannya. Setan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar godaannya. Di antara mereka ada yang melapor, ‘Saya telah melakukan godaan ini.’ Iblis berkomentar, ‘Kamu belum melakukan apa-apa.’ Datang yang lain melaporkan, ‘Saya menggoda seseorang, sehingga ketika saya meninggalkannya, dia telah bepisah (talak) dengan istrinya.’ Kemudian iblis mengajaknya untuk duduk di dekatnya dan berkata, ‘Sebaik-baik setan adalah kamu.’” (HR. Muslim 2813).

Oleh karena itu, jangan biarkan setan mengganggu hubungan Anda dengan suami Anda hanya karena  hal-hal sepele. Hal ini adalah situasi dimana setan mencoba untuk mengganggu dan menyebabkan perkelahian, padahal masih bisa diselesaikan dengan diskusi yang logis dan tenang.

Anda tidak akan dapat mengubah semua perilaku lama suami Anda, atau memaksakan untuk selalu menemukan landasan yang sama, karena dia juga berada dalam situasi yang berbeda dengan sebelumnya. Jadi, Anda berdua harus belajar untuk sama-sama mengerti dan memahami kebiasaan masing, selama kebiasaan salah satu dari kalian tidak menyebabkan kerugian bagi yang lain.

Saya pikir salah satu kunci yang paling penting untuk sebuah pernikahan yang sehat dan bahagia adalah mencoba untuk memahami perasaan masing-masing. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  memerintahkan kita untuk mengasihi orang lain sebagaimana yang kita juga ingin dicintai dari orang lain.  Cobalah untuk tidak mengomel, dan cobalah untuk memahami bahwa ketika ia lelah, atau frustrasi, itu bukan waktu yang tepat untuk mengatakan kepadanya bahwa Anda baru saja memecahkan microwave,  dan perlu yang baru.

Pahami bahwa suami Anda tidak selamanya selalu berada dalam suasana hati yang baik.  Pernikahan tidak selamanya seperti dalam buku-buku dan novel, ataupun di film-film putri.  Jadi saya minta maaf kalau perkataan saya ini meledakkan gelembung impian Anda tentang pernikahan. Karena pada kenyataannya pernikahan tidak selalu akan menjadi pelangi dan kupu-kupu. Anda harus belajar untuk mencintai pasangan Anda tanpa syarat semata-mata karena Allah, dan saling membantu melewati kehidupan dunia ini untuk mencapai Jannah-Nya di akhirat kelak. Amin…

* Ditulis oleh Sarah N. Saad, dari Onislam.net.  Sarah N. Saad merupakan Senior di  Communication and Media Arts di American University in Cairo (AUC). Saat ini ia menjabat sebagai wakil presiden di Help Club, sebuah klub terkemuka dalam bidang pelayanan masyarakat di AUC. Dia tertarik pada riset media dan periklanan. Dia lahir dan dibesarkan di Swedia tetapi sekarang tinggal di Mesir.(arrahmah)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Pernikahan, tidak hanya tentang pelangi dan kupu-kupu"

Post a Comment