Ukuran Bumi bukan Kebetulan


Keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi adalah seajaib penciptaannya. Semua ini dimungkinkan oleh keadaan khusus yang sengaja dirancang agar paling sesuai bagi kehidupan. Bahkan perubahan terkecil terhadapnya dapat mengakibatkan bencana besar.

Bumi, yang juga dijuluki sebagai Planet Biru, diciptakan secara ajaib dengan sifat istimewanya yang tak terhitung. Semua ini demi menjaga berlangsungnya kehidupan di atasnya. Berkat sifat-sifat ini, yang tidak dimiliki oleh planet-planet tetangganya, bumi menyediakan tempat yang luar biasa nyaman dan indah untuk hidup.

Ukuran bumi bukan kebetulan
Selain jaraknya dari matahari, kecepatan berputarnya, atau ciri permukaannya, bumi juga memiliki ciri penting lain, yakni massanya. Ketika mencermati planet-planet yang ada, akan kita dapati perbedaan massa yang besar.

Merkurius, misalnya, berukuran hanya 8% dari massa Bumi, sementara Jupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran Bumi dibandingkan dengan planet lain merupakan suatu ‘kebetulan’?

Ketika mengamati ukuran Bumi, akan dengan mudah kita lihat bahwa planet kita ternyata memang telah sengaja dirancang agar pas seukurannya yang sekarang ini. Besarnya gaya gravitasi planet, termasuk gravitasi Bumi, ditentukan oleh ukurannya.

Semakin besar ukuran sebuah planet, semakin besar pula gravitasinya, begitu pula sebaliknya. Karena itu, besarnya gaya gravitasi bumi yang sudah tepat ini tak terlepas dari ukurannya yang memang sudah pas. Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, mengulas betapa tepatnya ukuran Bumi:

Dan ukuran Bumi benar-benar sudah tepat – [ukurannya] tidak terlalu kecil sehingga akan menyebabkan hilangnya atmosfer akibat gravitasinya yang terlalu lemah untuk mencegah gas-gas lepas ke angkasa, tidak pula terlalu besar sehingga gravitasinya akan menahan terlalu banyak atmosfer, termasuk gas-gas berbahaya. (F. Press, R. Siever, Earth, New York: W. H. Freeman, 1986, hal 4)

Seandainya terdapat lebih banyak oksigen...
Ciri fisik bumi seperti massa, struktur, suhu, dan sebagainya, benar-benar sesuai bagi kehidupan. Namun, ciri semacam itu saja tidak cukup untuk memungkinkan berlangsungnya kehidupan di Bumi. Penentu teramat penting lainnya adalah susunan atmosfer.

Atmosfer Bumi merupakan campuran uap air dan gas-gas yang terdiri atas 77% gas nitrogen, 21% gas oksigen dan 1% gas karbon dioksida. Oksigen sangat penting bagi kehidupan karena gas ini terlibat dalam hampir semua reaksi kimia yang menghasilkan energi yang diperlukan oleh makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia.

Hal menarik di sini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita hirup ditentukan dengan sangat tepat. Dalam bukunya Nature’s Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, profesor mikrobiologi terkenal Michael Denton menulis:
Dapatkah atmosfer Anda mengandung lebih banyak oksigen namun tetap mendukung kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan oksigen di atmosfer yang sekarang, yakni 21%, sangatlah mendekati ambang batas yang aman bagi kehidupan pada suhu lingkungan. Kemungkinan terjadinya kebakaran hutan meningkat sebesar 70% untuk setiap kenaikan 1% kandungan oksigen dalam atmosfer. (Michael Denton, Nature's Destiny: How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998, hal. 121)

Kandungan oksigen di atmosfer yang berada tetap pada angka ini adalah hasil dari peristiwa ‘daur ulang’ yang hebat: Hewan terus-menerus menggunakan gas oksigen dan mengeluarkan gas karbon dioksida yang tidak dapat mereka hirup.

Tumbuhan malah melakukan hal sebaliknya: mengambil karbon dioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan melepaskan oksigen. Tumbuhan membebaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap harinya. Dengan adanya serangkaian peristiwa ini, kehidupan pun dapat terus berlanjut.

Tanpa kerjasama dan keseimbangan antara dua kelompok makhluk hidup ini, planet kita takkan dapat dihuni. Misalnya, jika makhluk hidup hanya mengambil karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, maka atmosfer Bumi akan lebih banyak mengandung oksigen.

Tingginya kadar oksigen ini akan lebih memudahkan munculnya nyala api dan peristiwa pembakaran daripada biasanya. Akibatnya, percikan api kecil saja sudah mampu memicu kebakaran besar.

Demikian pula, jika kelompok hewan dan tumbuhan sama-sama menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, maka jumlah oksigen semakin lama akan semakin menipis. Pada akhirnya, makhluk hidup akan musnah di saat semua oksigen telah habis.

Namun, keseimbangan kehidupan telah ditetapkan dengan sempurna sehingga oksigen di atmosfer selalu dalam kadarnya yang tepat bagi kehidupan. Keseimbangan yang dirancang tanpa cacat, yang senantiasa sempurna di setiap detiknya, sekali lagi memperlihatkan ilmu dan kekuasaan tak berbatas dari Penciptanya.

Tuhan seluruh alam, Pencipta langit dan bumi ini adalah Allah yang Mahakuasa, yang telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita semua. Allah mengajak manusia untuk merenungkan kebenaran ini dalam ayat Al Qur’an:
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin?... (QS. Luqman, 31:20)

(insight-magazine)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ukuran Bumi bukan Kebetulan"

Post a Comment