“Makanya, kata Kristen Saksi Jehova sebenarnya natal itu tradisi kafir zaman purba, bukan ajaran Kristen,” ungkapnya seperti diberitakan Tabloid Media Umat Edisi 118, Jum’at (20 Desember 2013 – 2 Januari 2014).
Kedua, berdasarkan Injil Lukas dan Injil Markus. Pada Injil Lukas pasal 2 ayat 1 dijelaskan Yesus lahir di jaman Raja Herodes berkuasa. Padahal Herodes empat tahun sebelum Masehi sudah mati. Maka, itu tidak tepat dengan lahirnya Yesus. Sedangkan Injil Markus menyebutkan Yesus lahir pada jaman Raja Agustus sedang mengadakan cacah penduduk. Itu terjadi pada tahun 7 Masehi.
“Jadi dari kedua Injil terjadi kontradiktif,” simpul Abu Deedat.
Ketiga, kalau mengacu kepada ayat-ayat yang ada di dalam Injil, dijelaskan di malam hari ketika Yesus lahir di tanah Palestina itu ada penggembala domba sedang menggembala di malam hari. Tidak mungkin mungkin pada cuaca yang sangat dingin di malam hari ada penggembala domba. “Adanya gembala domba di malam hari menunjukkan itu bukan musim dingin (bukan Desember),” tegasnya.
Keempat, di tambah lagi dengan banyaknya versi Natal. Sebelum diputuskan untuk mengikuti tradisi Romawi merayakan natal pada 25 Desember, banyak versi hari lahirnya Yesus. “Ada yang 6 Januari, ada yang 7 Januari, ada yang 20 Maret. Bahkan, ada yang mengatakan 1 Oktober,” ungkapnya.
Kelima, kalau merujuk Alquran, sesaat sebelum Yesus lahir, Siti Maryam diperintahkan Allah SWT untuk menggoyangkan pohon kurma, agar buahnya jatuh dan dapat dimakan. “Maka tidak mungkin itu terjadi pada musim dingin (Desember). Karena korma itu panen di musim panas (Maret),” ujar Abu Deedat.
Keenam, paradok juga tercermin dalam pernak-pernik natal, di bawah pohon natal itu ada salju (musim dingin) sedangan di atasnya ada bintang (musim panas). “Mana ada kenyataan pada saat musim salju malamnya terlihat bintang di langit? Tidak mungkinlah bintang bisa berbarengan dengan salju,” pungkasnya.(mediaumat.com, 20/12/2013)
0 Response to "Inilah Enam Keganjilan Natal"
Post a Comment