(قصص من الواقع)
“Kisah-Kisah dari Kejadian Nyata”.
Beliau berkata: Suatu kali aku menyampaikan ceramah di Amerika. Tiba-tiba di pertengahan ceramah seseorang berdiri memotong pembicaraanku.
Ia berujar: Wahai Syekh, ajari laki-laki ini kalimat syahadat. Lalu ia menunjuk kepada seseorang yang berada di sampingnya.
Aku langsung bertakbir: Allahu akbar!!!
Orang Amerika itu segera mendekat kepadaku di depan jama’ah yang banyak.
Aku bertanya kepadanya: Apa yang membuatmu mencintai Islam, hingga ingin masuk ke dalamnya?
Ia menjawab: Aku memiliki kekayaan yang banyak sekali. Aku punya perusahaan dan harta benda. Akan tetapi aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun dalam hidup ini.
Di samping itu aku mempunyai pegawai seorang India yang beragama Islam. Gajinya sedikit. Tapi aneh, setiap kali aku masuk ke ruang kerjanya, aku lihat ia selalu tersenyum. Sementara aku yang punya kekayaan jutaan dollar hampir tidak pernah senyum.
Aku bicara dengan diriku sendiri: Aku punya perusahaan dan harta melimpah, pegawai yang miskin selalu tersenyum sementara aku tidak bisa senyum.
Pada suatu hari tanpa sengaja aku ketemu wajah dengannya. Lalu aku mengajaknya untuk duduk-duduk bersama. Pada kesempatan itu aku bertanya tentang rahasia kenapa dia selalu bisa tampil dengan senyuman yang menarik.
Ia menjawab: Karena aku seorang muslim. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.
Aku bertanya lagi: Apakah artinya seorang muslim selalu bahagia dalam kehidupannya?
Ia menjawab: Ya.
Aku: Kok bisa begitu?
Pegawai: Karena Rasul kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Sungguh mencengangkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya baik. Bila ia ditimpa kesusahan ia sabar, maka itu baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesenangan ia bersyukur maka itu juga baik baginya”. Sementara urusan hidup kita seluruhnya berada antara senang dan susah.
Ketika susah, kita punya kesempatan untuk sabar karena Allah dan di saat bahagia waktunya bersyukur kepada-Nya. Jadilah hidup kita seluruhnya bahagia di balik kebahagiaan. Senang di atas kesenangan.
Aku: Aku ingin masuk ke agama ini.
Pegawai: Mudah…Bersaksilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.
Selanjutnya Syekh Al ‘Audi melanjutkan ceritanya…
Aku berkata kepadanya: Sekarang ucapkanlah dua kalimat syahadat! Sambil aku mendiktekan kepadanya.
Tanpa ragu ia langsung mengucapkan:
(أشهد أن لا اله إلا الله وأن محمدا رسول الله)
Tiba-tiba meledak tangisnya tanpa terbendung. Salah seorang yang hadir tampil ke depan bermaksud menenangkannya.
Aku berkata kepadanya: Biarkan ia menangis.
Ketika ia sudah selesai menangis aku bertanya, apa yang membuatmu menangis.
Ia menjawab: Demi Tuhan, rasanya ada suatu kebahagiaan yang tidak bisa aku lukiskan tiba-tiba masuk ke dalam hatiku.
Di ujung cerita itu Syekh Al ‘Audi memberikan komentar terhadap kisah ini:
Kelapangan hati tidak didapatkan dengan menonton sinetron, bukan dengan menyaksikan film, bukan dengan memenuhi syahwat, dan bukan pula dengan nyanyian. Justru ini semua akan mengakibatkan hati menjadi sempit.
Adapun kelapangan dada akan diperoleh dengan memperbanyak tilawah al Qur’an, shalat, puasa, sedekah, dan berinfak.
( أفمن شرح الله صدره للإسلام فهو على نور من ربه فويل للقاسية قلوبهم من ذكر الله أولئك في ضلال مبين).
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (Az Zumar: 22 )
H. Zulfi Akmal, MA
0 Response to "Seorang Amerika masuk Islam disebabkan senyuman. "
Post a Comment