Pasca lengsernya Mubarak, kelompok ini kalah lima kali baik dalam referendum maupun pemilu.
Diawali dengan referendum terhadap amandemen konstitusi, yang mana akhirnya dimenangkan kubu Islamis dengan skor 77,2 % dan menysikan hanya 22,8 % suara untuk kelompok sekuler liberal.
Demikian pula pada pemilihan angota Majelis Rendah maupun Majelis Tinggi yang mana didominasi kalangan Islamis.
Pilpres pertama pasca Mubarak lengser, tokoh liberal bahkan menempati urutan buncit.
Pilpres yang berlangsung dua putaran hanya menyisakan tokoh Islamis yang diwakili Mursi, dan Ahmad Shafiq loyalis Mubarak yang disokong militer. Pilpres Mesir kemudian berakhir dengan kemenangan dramatis Mursi dari kelompok IM.
Terakhir, pada referendum draf perubahan konstitusi, lagi-lagi kubu Islamis menang telak dengan 63,8 persen suara.
Kekalahan beruntun ini tidak juga membuat kelompok sekuler liberal tahu diri, namun malah membuat rusuh yang kemudian ditunggangi oleh militer.
Januari 2012, menjelang pemilihan umum pertama Mesir, El-Baradei tokoh sekuler-liberal yang sempat digadang-gadang sebagai presiden, dengan sangat bijak menyatakan, “Hati nurani saya tidak mengizinkan saya untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau posisi resmi lain kecuali dalam kerangka demokrasi.”
Namun anehnya, ketika militer menggulingkan Mursi pada 3 Juli 2013, El-Baradei hadir di televisi pemerintah Mesir mendampingi As-Sisi, menunjukkan dukungan terhadap kudeta yang merupakan sebuah tindakan anti-demokrasi. El-Baradei bahkan menempatkan dirinya menjadi bagian dari kekuasaan. Apapun alasannya, keputusan El-Baradei menjadi sebuah ironi bagi tokoh yang selama ini dianggap punya kredibilitas dan punggawa demokrasi.
Sekarang, di saat Mesir kacau dan bersimbah darah, Baradei diam-diam kabur ke Wina. Beliau hanya bungkam pada saat dipergoki dan ditanya wartawan di Bandara Kairo mengenai alasan kepergiannya dari Mesir.(rizal amri/kompasiana)
0 Response to "Ulah Sekuler Liberal Mesir: Kalah, Bikin Rusuh dan Kabur"
Post a Comment