Diantara mereka ada yang berpendapat: “Penjarakan dia (Muhammad) dengan mengikatnya, sampai datang petaka yang menimpanya atau sampai mati sebagaimana para penyair seperti Zuhair dan An-Nabighah.” lblis yang menjelma seorang tokoh kharismatik dari Najed berteriak; “Demi Allah, Tuhannya pasti mengeluarkannya dari penjara dan membawanya ke para shahabatnya. Mereka segera membela dan melindunginya, berarti pendapat ini sangat tidak tepat.”
Para pemimpin Quraisy menyahut; “Benar kata syekh ini. Carilah cara lain!” Lalu ada seseorang mengusulkan; “Kita keluarkan saja dia dari negeri ini atau kita buang. Kalau kita berhasil mengusirnya dari negeri ini, jangan pedulikan kemana dia pergi, dan dimana dia singgah. Sehingga kita bebas dari masalah ini, kemudian kita bisa konsolidasi ke dalam untuk persatuan kita seperti sediakala.”
lblis berkata; “Tidak! Demi Allah, tidaklah tepat pendapat kalian ini. Tidakkah kalian tahu ucapannya yang indah, tutur katanya yang manis, dan ia bisa menarik hati banyak orang dengan apa yang disampaikannya? Demi Allah, kalau kalian lakukan ini, kalian tidak akan aman saat ia menempati suatu daerah Arab dan menguasai mereka dengan ucapan dan tutur katanya, akhirnya merekapun mengikutinya. Kemudian ia mengajak mereka untuk menyerang kalian sampai kalian takluk, lalu merebut tampuk kepemimpinan dari tangan kalian, carilah usulan selain ini.”
Abu Jahal bin Hisyam berpendapat: “Demi Allah saya punya pendapat yang belum pernah terbesit di benak kalian, yaitu kita memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat, bernasab mulia, sebagai eksekutornya. Masing-masing dari pemuda itu kita beri sebilah pedang sharim (pemenggal), kemudian mereka mengepung rumahnya dan membunuhnya, sehingga jika mereka berhasil membunuhnya, kita akan terbebas dari tuntutan. Karena darah tebusan pasti dibebankan ke seluruh kabilah, dan Bani Abdul Manaf tidak mungkin memerangi kaumnya semua. Mereka pasti akan menerima diyat (harta tebusan) dari kita.”
lblis yang menjelma syekh dari Najed berkata: “Pendapat laki-laki ini bagus sekali, inilah strategi yang jitu, saya kira tidak ada pendapat lain yang lebih bagus.” Mereka berpisah setelah bersepakat untuk membunuh Rasulullah ‘alaihis shalatu wassalam.
Jibril alahis salam mendatangi Rasulullah dan berkata: “Janganlah kamu tidur malam ini ditempat tidurmu!” Ketika pertengahan malam tiba, mereka telah berkumpul di depan pintu rumah Rasulullah, sambil mengintip kapan beliau tidur lalu mereka akan menyergapnya. Rasulullah mengetahui posisi mereka, sehingga memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di pembaringannya dengan berselimut jubah hijau dari Hadhramaut yang biasa dipakai tidur. “Sesungguhnya kamu tidak akan terkena suatu apapun yang tidak kamu senangi dari mereka,” tegas Rasulullah.
Abu Jahal bin Hisyam pada malam itu juga berada di tengah mereka, ia berkata: “Sesungguhnya Muhammad mengaku, jika kalian mengikutinya, kalian akan menjadi penguasa Arab dan non Arab, kemudian kalian akan dibangkitkan setelah mati nanti, dan mendapatkan surga seperti taman-taman di Yordania. Kalau kalian tidak mau mengikutinya, maka ia berhak menyembelih kalian, dan kalian akan dibangkitkan setelah mati, lalu kalian mendapatkan siksa api neraka dan dibakar didalamnya.”
Rasulullah keluar menghampiri mereka, beliau ambil segenggam tanah dengan tangan kanannya, kemudian berkata: “Ya, saya memang mengatakan demikian. Dan kamulah salah satu di antara mereka (yang masuk neraka). Allah menutupi penglihatan mereka, sehingga tidak bisa melihat Rasulullah. Kemudian Rasulullah menaburkan tanah itu ke atas kepala mereka seraya membaca surat Yasin ayat l-9. Kemudian beliau pergi menuju tempat yang diinginkan.
Lalu mereka didatangi seseorang dan bertanya: “Siapa yang kalian tunggu disini?” Mereka menjawab: “Muhammad.” Ia berkata: “Allah telah membuat kalian merugi. Demi Allah, Muhammad telah keluar, dan berhasil menaburkan tanah di atas setiap kepala kalian.” Maka setiap orang meletakkan tangannya di atas kepala dan mendapati tanah di atasnya; Kemudian mereka mengintip ke dalam dan melihat Ali berselimutkan jubah Rasulullah. Mereka berkata: “Itu Muhammad sedang tertidur dalam jubahnya.” Merekapun terus menunggunya sampai pagi. Ali bin AbiThalib bangun dari tempat tidurnya. Mereka baru sadar dan berkata: “Benar apa yang dikatakan orang tadi.” (Sirah lbnu Hisyam: 2/94 – 97 dan Tafsir lbnu Katsir: 2/379)
Lihatlah gembong-gembong kafir Quraisy yang sudah kehabisan akal untuk membendung da’wah Rasululah. Berbagai macam cara telah digunakan, entah berapa intrik mereka yang telah gagal menghadang gerak laju da’wah lslam. Beragam bujukan dan tipu muslihat tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya takut. Akhirryra mereka berkolaborasi dengan nenek moyang jin dan raja syetan, yaitu lblis si makhluk terlaknat.
Agar suara lblis didengar, dia tampil layaknya orang besar kharismatik lengkap dengan atribut kebesarannya. Maka jangan tertipu dengan hanya melihat penampilan meyakinkan nama besar. Kalau ternyata dia adalah perpanjangan lidah Iblis.
Kisah di bulan Muharram menjelang hijrah itu, juga menggambarkan jelas kepada kita bahwa syetan manusia yang ketika itu diwakili oleh Abu Jahal sangat cerdas. Setelah lblis menolak semua ide, dia tidak memaksakan idenya. Karena ide syetan manusia tidak kalah dengan ide-idenya.
Tetapi, atas ijin Allah. Di hadapan peristiwa besar, hijrah, semua makar lblis dan agen-agennya gagal total. ltulah kekuaan Allah yang bisa kita raih dengan hijrah yang tulus. Selain hijrah tempat, ada hijrah hati. Di mana hijrah yang benar, kembali kepada Allah, akan memberikan kekuaan yang tidak mungkin ditembus oleh kekuaan lblis sebesar apa pun.
Sungguh benar apa yang difirmankan Allah: “Sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah.” (An-Nisa: 76).
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
0 Response to "Kegagalan Makar Iblis di Suatu Muharram "
Post a Comment