Adalah sejumlah laki-laki muda bersaudara yang memiliki hubungan yang harmonis, hanya saja orang tua mereka tidak mendidik mereka dalam nuansa religius mencintai agama dan taat kepada Allah. Dia tidak mengarahkan mereka untuk mempelajari agama ini, sebaliknya pendidikan dan pembinaan yang diberikannya hanya berbau materi belaka, makanan dan minuman yang enak, pakaian yang bagus, sekolah elit, dan rumah mewah; sayang tanpa simpul agama yang menghubungkan mereka dengan Allah Ta’ala.
Ayah mereka memiliki sejumlah properti berupa berbagai bangunan dan berbidang tanah yang luas, serta sejumlah mobil pribadi. Termasuk bangunan indah miliknya sebuah vila di bibir pantai sungai Nil. Ini semua belum termasuk sejumlah uang yang tersimpan dalam rekening banknya.
Kepastian itu pun datang, sang ayah dipagut sakaratul maut. Ketika tanda-tanda kematiannya semakin jelas, mereka, anak-anaknya itupun .berkumpul di sekelilingnya. Laki-laki kaya raya yang sekarat itu berwasiat kepada mereka supaya saling mengasihi dan jangan sampai terjadi pertikaian diantara mereka. Anak-anaknya pun berjanji kepada sang ayah yang terbaring tak berdaya. Tidak berselang berapa lama, laki-laki kaya raya itu pun meninggalkan segala kejayaannya di dunia ini, kematian menyudahi segala kenikmatan dunia yang sesungguhnya tiada seberapa.
Anak-anaknya pun segera menyelenggarakan kewajiban terhadap jenazah ayah mereka, memandikan, mengafani, menyalatkan, dan akhirnya menguburkannya. Selesai mengubur jenazah sang ayah, mereka keluar dari kuburannya. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka minta izin kepada saudara serta kerabatnya yang lain untuk turun kembali ke ruang makam untuk meyakinkan bahwa jenazah sang ayah telah dibaringkan menghadap kiblat. Mereka pun mengizinkannya.
Perlu diketahui bahwa pemakaman di Mesir adalah ruang bawah tanah, di situlah jenazah dikebumikan. Cara seperti ini populer di kalangan keluarga-keluarga kaya di Mesir.
Lima belas menit berlalu, tetapi saudara mereka yang turun tersebut belum juga kembali, padahal satu atau dua menit saja harusnya sudah selesai. Mereka pun menjadi gelisah, hingga salah seorang memutuskan untuk memeriksa ke bawah.
Begitu sampai dibawan dia mendapatkan hal yang sangat mengejutkan. Dia menemukan saudaranya itu telah tewas di samping jenazah ayah mereka. Keanehan ini tidak hanya sampai di situ, karena dia menemukan saudaranya yang tewas tersebut ternyata telah membuka bagian atas kafan jenazah ayah mereka dan mengeluarkan tangannya dari bungkusan kafan. Jari jenazah tersebut dilumuri tinta. Setelah mengamati lebih teliti pahamlah dia apa yang terjadi, saudaranya itu ternyata hendak membubuhkan cap jempol ayah mereka di selembar kertas yang berisi akad bahwa sang ayah telah menjual vila di pinggir sungai Nil kepadanya, tetapi sebelum niat culasnya itu kesampaian, dia tewas di samping jenazah ayah mereka. Malaikat maut telah mengambil nyawanya. La haula wala quata illa billahil ‘aliyil azhim.
Demikianlah qalbu-qalbu yang telah mati, pada saat yang seharusnya orang yang masih hidup mengambil pelajaran dari jenazah yang baru diantarnya supaya dapat mempersiapkan diri lebih baik untuk menghadapi jika hari ini datang kepadanya, ternyata sebagian kita yang masih hidup ini telah mati hatinya sebelum kematian menjemput, tidak mengambil pelajaran dan ibroh dari orang-orang yang meninggal sebelum dirinya…
Ya Allah anugerahkanlah kepada kami husnul khatimah..
Sumber: Diceritakan oleh Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi, Majalah Qiblati, Edisi 11 Tahun VII, Hal.78-79
FOLLOW TWITTER : ZILZAAL FANS
IKUTI BERITA ZILZAAL DI GOOGLE PLUS ZILZAAL
IKUTI FACEBOOK ZILZAAL DI : ZILZAAL BLOG
ya Allah jadikan akhir hidup kami khusnul khotimah...amiin ya robbal'alamin
ReplyDelete