OTAK RUSAK KARENA PORNOGRAFI, PALING SULIT DISEMBUHKAN
Peringatan
keras bagi penghobi tayangan porno. Ahli bedah saraf dari San Antonio,
AS, Donald Hilton Jr MD, membeberkan kerusakan otak karena kecanduan
pornografi dalam diskusi memahami dahsyatnya kerusakan otak akibat
kecanduan pornografi dan narkoba dari tinjauan kesehatan di Departemen Kesehatan kemarin.
Menurut pakar neuro science dari Metodist Speciality and Transplant
Hospital San Antonio itu, sejatinya semua kecanduan (adiktif)
berpengaruh terhadap kerusakan otak. Misalnya, kecanduan makanan
(obesitas), judi, narkoba, maupun pornografi.
Hanya, tingkat
kerusakan otak akibat kecanduan pornografi dinilai paling tinggi. Jika
dibiarkan, hal itu bisa mengakibatkan penyusutan (pengecilan) otak.
Ujung-ujungnya, terjadi kerusakan otak. Permanen dan tidaknya kerusakan
tersebut bergantung intervensi medis yang dilakukan.
Hilton
menyatakan, penyusutan otak bisa berangsur-angsur kembali normal asalkan
dilakukan pengobatan secara intens. Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar
1,5 tahun. Sebab, pada dasarnya, otak terus mengalami regenerasi
jaringan. ''Dengan demikian, otak yang mengecil itu bisa kembali lagi.
Namun, cepat atau lambatnya pemulihan tersebut bergantung kasus
kecanduan yang diderita,'' ujarnya.
Kerusakan otak akibat kecanduan makanan (obesitas) maupun drugs cenderung lebih mudah diatasi ketimbang pornografi.
Menurut dia, ada perbedaan antara otak yang sudah kecanduan terhadap
sesuatu dan yang tidak. Otak yang telanjur kecanduan memiliki mekanisme
kontrol yang kecil terhadap rangsangan. Sebaliknya, otak yang belum
kecanduan masih memiliki kontrol yang besar untuk mencegah perintah agar
tidak kecanduan. ''Sehingga, masih bisa distop,'' cetusnya.
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Hilton bersama istrinya, di
antara semua kasus kecanduan, pornografi merupakan salah satu yang
tersulit. Bahkan melebihi kecanduan obat. Menurut dia, mayoritas anak
maupun remaja mengonsumsi tayangan pornografi dari internet.
Lantaran masukan itu hanya datang satu arah atau tanpa melalui diskusi
maupun saringan dari orang tua, anak cenderung menerima informasi
tersebut secara mentah. Di AS, 10 persen anak muda mengakses situs
pornografi.
izin copas gan
ReplyDeleteBagus pencerahannya. Ijin copas ya? Makasih
ReplyDelete