Shoutussalam.com Soeren Kern, seorang pengamat politik Eropa berkewarganegaraan AS dan Jerman, baru-baru ini menulis sebuah artikel dalam situs Gates One Institute dengan judul Islam Conquer European Footbal ( Islam Telah Menguasai Sepakbola Eropa ). Tulisan ini muncul menyusul kabar yang dilansir kantor berita Spanyol Marca pada 30/3/12 yang memberitakan bahwa penghuni puncak klasemen sementara La Liga, Real Madrid mengumumkan akan menghapus gambar salib yang melekat pada logo resmi mereka.
Langkah ini bertujuan untuk "menghindari segala bentuk kesalahpahaman dan konflik di negara-negara dan daerah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim," seorang sumber di manajemen Real Madrid mengatakan seperti dikutip oleh surat kabar Marca Spanyol.
Pihak Real Madrid secara simpel menyatakan bahwa langkah penghapusan salib ini merupakan konsekuensi dari globalisasi industri. Akan tetapi hal tersebut mendapatkan cibiran dari beberapa kalangan yang menganggapnya sebagai erosi tradisi dan budaya Eropa dalam menghadapi penyebaran Islam.
maket resor wisata olahraga Real Madrid di pulau al Khaimah, Uni Emirat Arab
Kontroversi lambang salib ini mencuat setelah Real Madrid memulai
pembangunan resor wisata olahraga senilai 1 miliar dolar AS di Uni
Emirat Arab. Peletakan batu pertama telah dilakukan pada tanggal 29
Maret 2012 dan direncanakan proyek ini akan rampung pada Januari 2015.Real Madrid mengatakan resor tersebut akan menjadi taman hiburan pertama di sebuah pulau buatan di bawah merek dagang Real Madrid. Pulau ini akan mencakup sebuah hotel dengan 450 kamar mewah, villa mewah, pelabuhan olahraga, dan untuk pertama kalinya di dunia sebuah stadion sepakbola yang terbuka menghadap ke laut.
"Ini adalah langkah yang menentukan dan strategis yang akan meningkatkan kekuatan organisasi ini di Timur Tengah dan Asia, wilayah kunci di mana spirit klub ini sangat jelas. Real Madrid dan Pemerintah Ras al-Khaimah ingin mengirimkan gairah Real Madrid dan semangatnya ke seluruh dunia."" kata klub Spanyol itu.
Bagaimanapun juga, sebagai bagian dari kesepakatan, pemerintah Ras Al Khaimah Shaikh Saud bin Saqr al Qasimi meminta pihak Real Madrid untuk menghapus lambang salib yang ada pada logo resmi klub berjuluk Los Blancos (si Putih ) tersebut untuk semua material promosi yang terkait dengan pembangunan resor tersebut. Prasarat ini dengan patuh dipenuhi oleh presiden Real Madrid, Florentino Perez.
logo dengan gambar salib (kiri) dan setelah dihapus (kanan)
Logo tim sepak bola peringkat teratas di Liga Spanyol ini sebelumnya
terdapat simbol salib yang menempel sejak 1920 ketika Raja Alfonso
XIII memberikan patronase kerajaan untuk klub sepak bola di Spanyol.
Kata Real memilki makna Royal (Kerajaan) dalam bahasa Spanyol,
sedangkan gambar salib yang digunkan merupakan bagian dari lambang
resmi kerajaan Spanyol.Yang pasti, Real Madrid bukanlah klub sepakbola Spanyol pertama yang menghapus gambar salib pada logo resminya untuk mendapatkan simpati dari masyarakat muslim. Beberapa pengamat pada kenyataannya, menyebutkan bahwa langkah Los Blancos merupakan bagian dari persaingan dengan seteru abadi mereka El Catalan FC Barcelona untuk menguasai pasar sepakbola di wilayah Timur Tengah.
Barcelona baru-baru ini menyepakati klausul perjanjian sponsorship senilai 150 juta euro ( 200 juta dolar) dalam jangka waktu 5 Tahun dengan lembaga amal yang berbasis di Doha, Qatar. Qatar Foundation dituduh surat Kabar Spanyol el Mundo sebagai penyokong dana pada ulama radikal Yusuf al Qardhawi yang dianggap mendukung aksi terorisme dan pembantaian anti -Yahudi. Perjanjian tersebut memungkinkan Qatar Foundation menyematkan logo mereka pada jersey resmi klub yang bermarkas di stadion Nou Camp tersebut.
Selain mendapatkan suntikan dana 30 juta Euro per tahun, perjanjian tersebut memungkinkan Barcelona untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah.
logo Barcelona dengan gambar St George's Cross dan modifikasinya
Bagian pemasaran FC Barcelona awalnya tidak memiliki kontroversi dalam memasarkan brandnya
di dunia Muslim. Sebagaimana Real Madrid, Barcelona juga memiliki
gambar salib di logo resminya. Kontroversi muncul setelah Arab Saudi
memprotes adanya gambar salib Cruz de San Jorge ( St George's Cross ) -
gambar salib warna merah putih merupakan bagian integral dari logo
Barcelona - yang telah menyinggung Islam karena membangkitkan memori
perang salib pada abad pertengahan. Setelah itu, garis horizontal yang
membentuk gambar salib dihapus pada semua jersey Barcelona yang dipasarkan di wilayah Timur Tengah.Apakah itu berarti laga el Classico tahun depan akan dihelat tanpa gambar salib pada logo kedua klub? Ssmentara pada situs resmi kedua klub tersebut, tidak ada perubahan sama sekali pada logo kedua klub dan setelah ditelusuri, perubahan logo tersebut hanyalah untuk kepentingan bisnis semata dan bukan penggantian logo klub secara resmi.
Isu-isu Keislaman di Ranah SepakbolaSelain mengangkat perubahan logo pada dua klub papan atas La Liga Spanyol, Soeren Kern juga mengangkat Isu-isu lain yang berkaitan dengan Islam di dunia sepakbola. Salah satunya adalah kontroversi terkait dengan klub Italia berbasis di Milan yang musti berurusan dengan aturan pakaian seorang Muslim. Internazionale Milan digugat oleh pengacara berkewarganegaraan Turki, Baris Kaska. Baris Kaska mengajukan protes pada badan sepakbola Eropa UEFA setelah Inter Milan menggunakan jersey "bergaya Perang Salib" dengan salib merah, hal itu dianggap telah menyinggung perasaan umat Islam.
jersey Inter Milan dengan salib merah besar khas Knight Templar
Disain jersey - yang mana
diluncurkan bertepatan dengan hari jadi klub yang keseratus - terdapat
gambar salib besar berwarna merah dengan latar belakang putih adalah
simbol kota Milan. Akan tetapi bagi umat Islam, lambang tersebut
mengingatkan pada pasukan Knight Templar, yang mana menurut Kaska adalah
simbolitas "Superioritas Rasisme Barat terhadap Islam".
"Inter Milan musti mendapatkan denda dalam
jumlah yang besar karena menampilkan simbol yang sangat offensif"
demikian diuangkapkan Kaska pada harian yang berbasis di Barcelona La Vanguardia.
Di negara tetangga Italia, Jerman.Tim yang berhome base di Gelsenkirchen, FC Schalke 04 meminta pendapat dari ahli agama Islam untuk mempertimbangkan apakah lagu resmi tim ini menghina umat Islam atau tidak.
bait ketiga dari lagu resmi mereka yang berjudul "Blue and White, How I Love You" berbunyi
"Mohammed was a prophet who understood nothing about football. But of all the lovely colors he chose [Schalke's] blue and white."
Di negara tetangga Italia, Jerman.Tim yang berhome base di Gelsenkirchen, FC Schalke 04 meminta pendapat dari ahli agama Islam untuk mempertimbangkan apakah lagu resmi tim ini menghina umat Islam atau tidak.
bait ketiga dari lagu resmi mereka yang berjudul "Blue and White, How I Love You" berbunyi
"Mohammed was a prophet who understood nothing about football. But of all the lovely colors he chose [Schalke's] blue and white."
"Muhammad adalah seorang nabi yang tidak paham apa-apa tentang sepak bola. Tapi dari semua warna yang indah dia memilih putih dan biru."
Suporter FC Schalke 04 sedang menyanyikan lagu anthem klub kesayangan mereka
Meskipun lagu itu ditulis pada tahun 1924 tim
sepak bola ini mulai mendapatkan keluhan - ratusan keluhan- setelah
surat kabar Turki melaporkan bahwa lagu tersebut telah menghina Nabi
Muhammad SAW. Umat Islam saat ini menuntut agar baris yang menghina
tersebut dibuang dari lagu yang selalu dinyanyikan oleh fans FC Schalke
04 menjelang pertandingan.
Ditempat lain di Jerman, Dewan Umat Islam Jerman mengeluarkan fatwa bahwa pemain sepak bola tdak perlu menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Aturan tersebut dikeluarkan setelah klub sepakbola Jerman FSV Frankfurt mengeluarkan peringatan resmi kepada tiga pemain mereka karena telah berpuasa dan tidak memberitahu manajer mereka. Menurut klub ini, puasa itu merugikan kinerja pemainnya.
Ditempat lain di Jerman, Dewan Umat Islam Jerman mengeluarkan fatwa bahwa pemain sepak bola tdak perlu menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Aturan tersebut dikeluarkan setelah klub sepakbola Jerman FSV Frankfurt mengeluarkan peringatan resmi kepada tiga pemain mereka karena telah berpuasa dan tidak memberitahu manajer mereka. Menurut klub ini, puasa itu merugikan kinerja pemainnya.
Di
Prancis, wasit dalam pertandingan sepak bola wanita pada 18 Maret di
kota selatan Prancis, Narbonne menolak untuk memimpin pertandingan
karena salah seorang pemain dari tim yang turun ke lapangan dengan
menggunakan penutup kepala Muslim. Insiden ini melibatkan pemain dari
Petit-Bard Montpellier yang sedianya bertanding di Nabonne untuk promosi
di kompetisi regional.
Badan sepakbola internasional, FIFA, manjatuhkan larangan bagi pemain untuk menggunakan penutup kepala Islam yang juga dikenal dengan hijab pada tahun 2007 dengan alasan tidak aman. Tapi pada 3 Maret, keputusan resmi FIFA telah menyetujui bahwa pesepakbola wanita boleh menggunkan penutup kepala / hijab dalam pertandingan resmi.
Badan sepakbola internasional, FIFA, manjatuhkan larangan bagi pemain untuk menggunakan penutup kepala Islam yang juga dikenal dengan hijab pada tahun 2007 dengan alasan tidak aman. Tapi pada 3 Maret, keputusan resmi FIFA telah menyetujui bahwa pesepakbola wanita boleh menggunkan penutup kepala / hijab dalam pertandingan resmi.
Perubahan aturan tersebut adalah upaya dari saudara laki-laki Raja
Jordan Ali bin al Hussein yang mana juga merupakan wakil presiden FIFA
dan dijadwalkan mulai berlaku sejak 2 Juli.
Sekjen FIFA, Jerome Vacke menyatakan al Hussein berhasil meyakinkan bahwa jilbab adalah budaya daripada sebuah simbol agama dan bahwa perubahan aturan tersebut akan memungkinkan wanita di seluruh dunia memainkan sepak bola. Tapi perubahan tersebut menyulut kemarahan beberapa aktivis feminis Eropa yang menganggap jilbab sebagai "simbol dominasi laki-laki."
Dalam wawancara dengan surat kabar Prancis, Le Parisien, Asma Guenifi, direktur perlindungan hak-hak perempuan yang bernama Ni Putes, Ni Soumises mengatakan bahwa perubahan itu adalah "regresi total". Dia menambahkan "Saya rasa FIFA telah dipengaruhi lobi-lobi intensif dari negara kaya di Timur Tengah, sepert Qatar." (last/dbs)
Sekjen FIFA, Jerome Vacke menyatakan al Hussein berhasil meyakinkan bahwa jilbab adalah budaya daripada sebuah simbol agama dan bahwa perubahan aturan tersebut akan memungkinkan wanita di seluruh dunia memainkan sepak bola. Tapi perubahan tersebut menyulut kemarahan beberapa aktivis feminis Eropa yang menganggap jilbab sebagai "simbol dominasi laki-laki."
Dalam wawancara dengan surat kabar Prancis, Le Parisien, Asma Guenifi, direktur perlindungan hak-hak perempuan yang bernama Ni Putes, Ni Soumises mengatakan bahwa perubahan itu adalah "regresi total". Dia menambahkan "Saya rasa FIFA telah dipengaruhi lobi-lobi intensif dari negara kaya di Timur Tengah, sepert Qatar." (last/dbs)
0 Response to "Islam Telah Menguasai Sepakbola Eropa ?"
Post a Comment