Di jantung kota “Hebron” Khalil Ar-Rahman (julukan nabi Ibrahim), di tengah kampung-kampung bersejarah yang usianya lebih dari 6000 tahun, berdirilah bangunan Masjid Ibrahim. Dengan menara menjulang gagah dan kubah serta arsiteknya yang bersejarah seakan mendeklarasikan identitasnya sebagai masjid milik bangsa Arab dan Islam. Masjid ini membawa warisan peninggalan para nabi Ibrahim, Ishak, Yakqub dan Yusuf.
Sekilas Sejarah
Akar kota bersejarah ini berdiri 6000 tahun lalu. Kota ini dibangun oleh bangsa Arab Kan’an. Ibrahim alaihissalam singgah di sana pada tahun 2800 SM. Kota ini menjadi tempat tinggalnya, anak-anak dan cucunya. Di sanalah Ibrahim membangun dasar-dasar keimanan dan tauhid.
Tahun 15 H, kaum muslimin menguasainya setelah Baitul Maqdis (Al-Quds) dikuasai. Namun kaum Salib kembali merebutnya tahun 492 H. Selama 90 tahun kota ini hidup di bawah cengkraman dan kezhaliman kaum Salib. Namun ia kembali di bawah pangkuan Islam setelah dibebaskan panglima Islam Shalahuddin Al-Ayyubi tahun 583 H.
Di bawah kekuasaan Mamalik (650-915), kota Hebron tumbuh besar dari sisi bangunan fisik dan peradabannya. Di kota ini mereka bangun masjid-masjid, menara, pesantren, sekolah, toilet-tolilet dan fasilitas umum yang memberikan pengaruh budaya dan peradaban.
Masjid Ibrahim di Era Penjajahan
Kota Hebron “Khalil” dan masjidnya “Ibrahim” jatuh di bawah kekuasaan penjajah zionis Israel pada Juni 1967. Serdadu Israel dan warga pemukim Yahudi melecehkan dan menginjak-injak fasilitas dan halaman masjid. Mereka menyelenggarakan perayaan dan pesta minuman keras dan mengotori kesuciannya. Israel tidak lagi mengindakan perasaan umat Islam dan harga diri mereka.
Israel mengubah Masjid Ibrahim menjadi sinagog yahudi. Di samping itu, mereka mengubahnya menjadi barak militer di dalamnya dan sekitarnya. Bahkan pemerintah penjajah Israel merusak kampung-kampung Palestina di sebalah timur Masjid Ibrahim. Ini bertujuan agar umat Islam tidak bisa shalat di masjid tersebut.
Sebagian besar kampung Salayimah, Jabir, Ain Hamra juga telah dibongkar Israel. disanalah Israel membangun tempat rekreasi, kafe dan tempat istirahat warga penjajah yahudi.
Sementara di dalam masjid, kita temukan bencana lebih menyakitkan. Tahun 1980, penjajah Israel memutuskan untuk memberikan izin resmi kepada warga Yahudi untuk menggelar ritual di dalam Masjid Ibrahimi dan di sebagian besar halaman. Kecuali di sisi Jawiliyah yang dibangun Sultan Sinjar Jawali di awal abad 8 H.
Halaman utama Masjid Ibrahim, yang disebut halaman Ishak, Yakqub dan Yusuf, semuanya di bawah kekuasaan warga penjajah Israel. di sana ditulis dengan tulisan dari Taurat. Sementara umat Islam dilarang masuk ke sana. bahkan di hari-hari besar Idul Fitri, Adha, Jumat dan Ramadhan sekalipun.
Pembantaian di Masjid Ibrahim
Bukti kekuasaan dan infiltrasi zionis Israel atas Masjid Ibrahim terjadi pada 25 Februari 1994. Ketika itu, seorang warga Yahudi Baroch Goldstain menggelar pembantaian terkenal di dalam masjid yang membunuh 35 jamaah shalat (umat Islam) dan melukai 350 lainnya.
Setelah itu, terjadi perubahan besar-besaran dan sangat krusial. Justru yang dihukum adalah umat Islam yang selama ini menjadi korban. Penjajah Israel membentuk Tim Investigasi Shamgar. Setelah itu Masjid Ibrahim ditutup selama 6 bulan. Umat Islam dilarang masuk ke sana.
Di antara hasil keputusan Shamgar yang menjadi realita sekarang adalah; pembagian masjid secara resmi antara dua agama Islam dan Yahudi, 70% wilayah Masjid untuk Yahudi dan 30% untuk umat Islam. Sementara urusan keamanan 100% dibawah militer Israel.
Di antara keputuasannya adalah tidak memperkenankan umat Islam shalat Masjid Ibrahim selama 12 hari setiap tahun, semuanya adalah perayaan agama yahudi. Di dalamnya ada skad alumunium yang membatas antara sinagog yahudi dan umat Islam.
Di dalam masjid juga ada tujuh pintu pemeriksaan militer dan perlintasan elektronik, kamera pengintai dan perlintasan pemeriksaan sidik jari.
Akibat kezhaliman Israel ini, jumlah jamaah shalat umat Islam berkurang. Aktifitas perdagangan dan ekonomi umat Islam di pasar dan tokoh di sekitar masjid juga hampir habis. Pasar-pasar berupa lapak ditutup secara paksa. Sejak Intifadhah Al-Aqsha telah terjadi pelanggaran sebanyak 660 kali, pelarangan adzan sebanyak 48 kali selama Januari lalu saja.
Dalam laporan Badan Eksekutif Islam di Al-Quds, pelanggaran Israel atas Masjid Ibrahimi selama tahun 2011 mengalami peningkatan. Israel menutupnya sebanyak 23 kali. Kekerasan terhadap jamaah sebanyak 174 kali. 31 pemuda dan pemudi ditangkap dan masih banyak pelanggaran lainnya.
0 Response to "Masjid Ibrahim, Titik Konflik Berdarah di Bawah Bayang-bayang Penjajahan"
Post a Comment