Sering sekali kita mendengar mengenai sejarah para pemikir dari dunia barat tak terkecuali di bidang kedokteran. Penemuan-penemuan mereka masih digembar-gemborkan hingga saat ini. Tapi pernahkah sistem pengajaran di tempat kita (selain pelajaran Agama Islam) mengemukakan penemuan-penemuan para ilmuwan Islam. Saya rasa belum ada kecuali bagi mereka yang bersekolah di sekolah-sekolah Islam.
Pada jaman peradaban kuno dahulu
seseorang tidak hanya mengusasai satu keilmuan saja. Hampir semua teori
mereka pelajari. Dokter Muslim yang sangat termasyhur adalah Ibnu Sina (Avicenna). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab
itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi
satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi
sekolah kedokteran di Eropa.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy (Averroes/ 1126-1198 M).
Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di
Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya
berjudul ‘Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet). Buku itu berisi ramngkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul ‘Al-Taisir’ mengupas praktik-praktik kedokteran.
Nama dokter Muslim lainnya yang
termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208 – 1288 M). Ia terlahir di awal era
meredupnya perkembangan kedokteran Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi
kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah buku kedokteran ditulisnya,
salahsatunya yang tekenal adalah ‘Mujaz Al-Qanun’. Buku itu berisi
kritik dan penmbahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina.
Beberapa nama dokter Muslim terkemuka
yang juga mengembangkan ilmu kedokteran antara lain, Ibnu Wafid
Al-Lakhm, seorang dokter yang terkemuka di Spanyol, Ibnu Tufails tabib
yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M, dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang
mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.
Ibnu Sina
Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu Sina, yang lebih dikenal sebagai “Aviciena” oleh masyarakat barat. Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan, dokter, ensiklopedis dan filsuf yang tekenal dizamannya. Beliau juga seorang astronomi, apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan, dan guru.
Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu Sina, yang lebih dikenal sebagai “Aviciena” oleh masyarakat barat. Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan, dokter, ensiklopedis dan filsuf yang tekenal dizamannya. Beliau juga seorang astronomi, apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan, dan guru.
Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M /
370 H di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, di dekat
Bukhara (kini wilayah Uzbekistan). Ayahnya, Abdullah, adalah seorang
Gubernur Samanite yang kemudian ditugaskan di Bukhara. Sejak kecil ia
telah memperlihatkan intelegensianya yang cemerlang dan kemajuan yang
luar biasa dalam menerima pendidikan, ia telah hafal al-Qur’an pada usia
10 tahun.
Nama Ibnu Sina semakin melejit tatkala ia
mampu menyembuhkan penyakit raja Bukhara, Nooh ibnu Mansoor. Saat itu
ia baru berusia 17 tahun. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu
Sina menetap di istana, setidaknya sementara selama sang raja dalam
proses penyembuhan. Namun Ibnu Sina menolaknya dengan halus. Sebagai
imbalan ia hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan
yang kuno dan antik. Tujuannya adalah mencari berbagai referensi dasar
untuk menambah ilmunya agar lebih luas dan berkembang. Kemampuan ibnu
Sina yang cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya
menguasai berbagai macam materi intelektual dari perpustakaan Kerajaan
pada usia 21.
Setelah ayahnya wafat, ia meninggalkan
Bukhara karena gangguan politik dan pergi ke kota Gorgan, yang tekenal
dengan kebudayaannya yang tinggi. Dia diundang dengan tulus oleh Raja
Khawarizm, pelindung besar kebudayaan dan pendidikan. Di Gorgan ia
membuka praktek dokter, bergerak dalam bidang pendidikan, dan menulis
buku. Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalannya, antara lain
ke Kota Ravy dan Kota Hamadan (kini wilayah iran).
Buku “Al Qanun Fi Al-Tib”
tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan
dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari
perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya “Al Qanun” diterjemahkan menjadi “The Cannon”
oleh pihak Barat, yang kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad
pertengahan. Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah
jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan
penyembuhan secara sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad
kemudian (sampai abad ke-17).
Ibnu Sina dianggap
sebagai Bapak dari pengobatan modern, dan pharmacology khususnya untuk
pengenalan sistematis eksperimen dan hitungan ke dalam studi fisiologi,
penemuan itu menular dari sifat infeksius penyakit, pengenalan karantina
untuk membatasi penyebaran penyakit menular, pengenalan percobaan
obat-obatan, berdasarkan bukti-obat, uji klinis,
Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat
kembali di kota yang disukainya, Hamadan (kini wilayah Iran). Walau ia
sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan
untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia.
0 Response to "IBNU SINA “Bapak Kedokteran Dunia”"
Post a Comment