1. Quraisy
mengetahui tentang keislaman sebagian orang-orang Yatsrib, maka ia
semakin keras menyiksa orang-orang mukmin di Makkah, maka Rasulullah
saw. memerintahkan orang-orang mukmin yang menetap di mekkah untuk
berhijrah ke Madinah, merekapun berhijrah dengan sembunyi-sembunyi ,
kecuali Umar Ra. Karena ia mengumumkan ke orang-orang Quraisy bahwa ia
akan berhijrah, beliau Ra. Berkata kepada mereka: barangsiapa yang ingin
mati maka temuilah saya besok di lembah ini, satupun tidak ada yang
berani keluar untuk menemuinya”.
2. Ketika
orang-orang Quraisy telah mendengar kabar bahwa orang-orang mukmin di
Madinah semakin kuat dan Berjaya, maka mereka mengadakan
muktamar-muktamar di Dar an Nadwah untuk memikirkan bagaimana caranya
untuk menghentikan dakwah Rasulullah saw., kemudian mereka sepakat untuk
memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat, agar bisa bekerja
sama untuk membunuh Muhammad saw., sehingga darahnya terpencar pada
setiap kabilah, dan Bani Manaf tidak mampu untuk memerangi mereka secara
kesuluruhan, sehingga rela dengan pembayaran Diyat, kemudian
berkumpullah para pemuda yang di tugaskan untuk membunuh Rasulullah saw.
di pintunya di malam ketika beliau saw. akan berhijrah, mereka menunggu
Muhammad saw. keluar dan membunuhnya.
3. Pada malam itu, Rasulullah saw. tidak tidur di atas ranjangnya, akan tetapi beliau saw. meminta kepada Ali bin Thalib Ra. Untuk tidur di tempatnya, dan beliau saw. memerintahkannya jika sudah pagi untuk mengembalikan seluruh titipan kepada para pemiliknya, yang
telah di titipkan Quraisy kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw.
meninggalkan rumahnya tanpa di ketahui oleh orang-orang yang akan
membunuhnya, beliau saw. ke rumah Abi Bakar Ra., dan Abu Bakar Ra. Telah
mempersiapkan dua tunggangan yang akan di pakai di perjalanan yaitu
untuk dia dan Rasulullah saw., kemudian keduanyapun berniat untuk
keluar. Abu Bakar Ra. Menyewa Abdullah bin Ariiqat Ad Daily, dan ia
seorang musyrik sebagai penunjuk jalan ke Madinah, dan mereka
menghindari jalan yang biasa di pakai orang-orang dan memilih jalan yang
lain sehingga orang-orang Quraisy tidak dapat melacaknya.
4. Rasulullah
saw. dan sahabatnya Abu Bakar Ra. Keluar pada hari kamis tanggal 1
Rabi’ul Awal tahun 53 dari tahun kelahiran Rasulullah saw., tidak ada
satupun yang mengetahui tentang hijrahnya Rasulullah saw. kecuali Ali
bin Abi Thalib Ra. Dan keluarga Abi Bakar Ra., sementara Aisyah Ra. Dan
Asma’ Ra. Yang keduanya Putri Abi Bakar Ra. Mempersiapkan bekal untuk
Rasulullah saw. dan ayahnya, Asma’ Ra. Memotong kain pengikat
pinggangnya dan mengikat wadah atau tempat makanan, maka di namailah ia
sejak itu: Zatu nnithaqain”. Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ra. Serta
penunjuk jalannya berjalan pada jalan yang menuju ke Yaman dan mereka
sampai di gua Tsur, dan bermalam di gua tersebut selama tiga malam,
Abdullah bin Abi Bakar Ra. juga bermalam bersama mereka, ia adalah
seorang pemuda yang pandai, cepat paham dan tangkas, maka Abdullah bin
Abi Bakar Ra. meninggalkan ke duanya pada saat dini hari, dan pagi hari
dia sudah berada di Makkah , sehingga seolah-olah ia bermalam di Makkah,
dan ia senantiasa mengabarkan keadaan orang-orang Quraisy kepada
Rasulullah saw. di sore hari.
5. Orang-orang
Quraisy sangat terkejut dan marah, karena Rasulullah saw. berhasil
lolos dari rencananya, dan merekapun keluar mencari Rasulullah saw.
dengan melalui jalan yang biasa di lewati orang, akan tetapi mereka
tidak berhasil menemukannya, kemudian mereka mengambil
jalan yang menuju ke Yaman, dan tidak lama kemudian mereka sampai di
depan pintu gua Tsur, Abu Bakar Ra. Melihat kaki mereka dan mereka
sedang berdiri di depan pintu gua Tsur, maka ia menjadi takut dan mengkhawatirkan Rasulullah saw. , ia berkata: “demi Allah, Wahai
Rasulullah! Jika salah seorang di antara mereka menunduk ke bawah maka
ia akan melihat kita”. Maka Rasulullah saw. menenangkannya dengan
mengatakan: “wahai Abu Bakar! Jangan kamu kira kita hanya berdua , Allah
Swt. adalah yang ke tiga dari kita berdua”.
6. Quraisy
menyurati setiap Kabilah yang dapat menangkap Rasulullah saw. dan
sahabatnya Abi Bakar Ra., atau menahannya, atau membunuhnya akan
mendapatkan imbalan harta yang banyak, tawaran ini membuat tergiur
banyak orang, maka Suraqah bin Ju’syum mengutus delegasi untuk hal
tersebut , dan ia sendiri yang akan melakukan hal tersebut sehingga ia
dapat mengambil seluruh imbalan harta yang di janjikan.
7. Ibn
Syihab Ra. Mengatakan: saya di beritakan oleh Abdurrahman bin Malik al
Mudlihiyyu, dan ia adalah anak saudara Suraqah bin Malik bin Ju’syum,
bahwasanya ayahnya telah mengabarkannya bahwasanya ia mendengar Suraqah
bin Ju’syum mengatakan: kami di datangi utusan kafir Quraisy dan
menjadikan pada diri Rasulullah saw. dan Abi Bakar Ra. Diyat, bagi siapa
saja yang bisa membunuh atau menahannya , maka ketika saya sedang duduk
di salah satu pertemuan yang terdapat pada kaum saya Bani Mudlij, salah
seorang dari mereka menemui kami dan kami sedang duduk, ia berkata:
Wahai Suraqah! Saya tadi melihat (dari kejauhan) orang (yang berjalan
dari kejauhan) di pesisir, saya kira ia adalah Muhammad dan sahabatnya,
lalu Suraqah mengatakan aku tahu mereka adalah Muhammad dan sahabatnya ,
maka aku (suraqah) mengatakan kepadanya: mereka itu bukan Muhammad dan
sahabatnya akan tetapi kamu melihat orang lain kami melihat mereka
pergi, kemudian aku tinggal di tempat pertemuan dalam beberapa saat,
kemudian aku berdiri dan aku masuk, lalu aku memerintahkan anak
perempuanku untuk mengeluarkan kudaku (dari kandangnya) yang terletak di
belakang anak bukit, maka ia menjaganya untuk saya, lalu aku mengambil
tombakku, maka aku keluar dengan tombakku dari permukaan rumah dengan
secara pelan-pelan dan sembunyi-sembunyi , sampai aku ke tempat kudaku,
maka aku menungganginya, dan aku mengangkatnya untuk agar dekat
kepadaku, sampai aku mendekat kepada mereka (Muhammad saw. dan Abu Bakar
Ra.), kemudian kudaku tersungkur dan aku terjatuh dari kudaku, kemudian
aku berdiri dan mengambil tabung (tempat penyimpanan anak panah) lalu mengeluarkan darinya al azlaam (benda
yang di pakai oleh orang arab jahiliyah untuk menentukan nasibnya)
kemudian aku menggunakannya apakah aku akan di bahayakan mereka atau
tidak, lalu keluar sesuatu yang aku tidak senangi, kemudian aku
menunggangi kudaku kembali, dan aku tidak menghiraukan al Azlaam, sampai
aku mendengarkan bacaan Rasulullah saw. sementara beliau saw. tidak
berpaling dan Abu bakar sering berpaling (ke kiri dan ke kanan),
(tiba-tiba) kedua kaki depan kudaku tenggelam ke dalam tanah sampai ke
lutut, dan aku terjatuh darinya, kemudian aku membentaknya maka kudaku
kembali berdiri, hampir saja kudaku tidak mampu untuk mengeluarkan
kakinya dari tempatnya tenggelam, dan ketika kudaku sudah berdiri dengan
tegap dan seimbang, tiba-tiba bekas kedua kaki depannya terdapat kabut
yang jelas di langit seperti asap, kemudian aku mengundi nasibku
menggunakan al Azlaam dan keluar darinya sesuatu yang aku tidak
suka, maka akupun memanggil mereka (Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ra.)
dengan panggilan yang aman, lalu merekapun berhenti, dan aku kembali
menunggangi kudaku sampai aku mendatangi mereka…lalu aku mengatakan
kepada beliau saw.: sesungguhnya kaummu telah membuat sayembara (barang
siapa yang dapat menangkapmu) akan di beri imbalan atau tebusan, dan aku
mengabarkan tentang apa yang di inginkan orang-orang terhadap mereka,
kemudian aku menawarkan kepada mereka perbekalan dan barang-barang, akan
tetapi mereka menolaknya, dan keduanya tidak meminta apa-apa kepadaku
kecuali beliau saw. bersabda: rahasiakan (kabar) tentang kami, kemudian
aku meminta kepadanya untuk menuliskan untukku sebuah surat keamanan,
kemudian beliau saw. memerintahkan Aamir bin Fuhairah untuk menulisnya,
maka ia menulisnya pada kulit binatang yang telah di samak, kemudian
Rasulullah saw. pergi.
8. Rasulullah
saw. dan sahabatnya tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul awal,
setelah para sahabatnya menunggunya dengan penantian yang lama, setiap
subuh mereka keluar ke pinggir kota (untuk menanti Muhammad saw.), dan
mereka tidak kembali kecuali setelah sinar matahari telah memanas (waktu
dzuhur), maka ketika Rasulullah saw. telah tiba di Madinah, mereka
sangat bahagia, dan anak-anak menyambut kedatangannya sambil memukul
rebana dan mendengdangkan anasyid:
طلع البدر علينا ***من ثنيات الوداع
وجب الشكر علينا *** ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا *** جئت بالأمر المطاع
وجب الشكر علينا *** ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا *** جئت بالأمر المطاع
9. Di
pertengahan perjalanan Rasulullah saw. ke Madinah beliau saw. sampai ke
Quba’ sebuah kampung yang terletak di sebelah selatan Madinah dengan
jarak sekitar 2 Mil darinya, Rasulullah saw. membangun di tempat
tersebut sebuah Mesjid dan
inilah mesjid pertama yang di bangun dalam Islam, beliau saw. tinggal di
tempat tersebut selama empat hari, kemudian pada hari jum’at pagi
beliau saw. berangkat ke Madinah, dan beliau saw. menemukan waktu Shalat
Jum’at di tempat Bani Salim bin Auf, maka beliaupun saw. membangun
mesjid di tempat itu, dan melaksanakan shalat jum’at pertama di tempat
tersebut, dan menyampaikan khutbah jum’at, inilah khutbah pertama dalam
islam. Kemudian Rasulullah saw. melanjutkan perjalanan ke Madinah, dan
ketika beliau saw. telah sampai ke Madinah maka aktivitas yang pertama
sekali yang beliau saw. lakukan ialah memilih tempat yang di tempati
untanya mendekam untuk di jadikan sebagai tempat bangunan mesjid
untuknya, dan tempat yang di tempati (untanya berhenti dan mendekam)
adalah tempat dua orang anak yatim dari kaum anshar, maka Rasulullah
saw. memberikan harga tempatnya tersebut dengan pembayaran yang sesuai,
akan tetapi keduanya berkata: “kami telah memberikannya dengan Cuma-Cuma
kepadamu ya Rasulullah !, akan
tetapi Rasulullah saw. menolaknya sampai keduanya menjualnya dengan
harga 10 dirham emas, dan beliau saw. membayarnya dengan harta Abu Bakar
Ra., kemudian orang-orang muslim yang lain ingin ikut andil dalam
pembangunan mesjid tersebut, maka mereka bersegara melakukan hal
tersebut, Rasulullah saw. mengangkat batu bata bersama dengan mereka,
ketika pembangunan mesjid telah rampung, dindingnya dari batu bata,
atapnya dari pelepah kurma.
10. Kemudian
tiba waktunya beliau saw. mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum
Anshar, maka beliau saw. menjadikan setiap dari orang anshar mendapatkan
saudara dari orang muhajirin, maka orang anshar pergi ke rumahnya
bersama dengan saudaranya dari kaum muhajirin, maka ia menawarkan segala
sesuatu yang terdapat di rumahnya untuk saling berbagi.
11. Kemudian
Rasulullah saw. menulis sebuah surat antara muhajirin dan anshar, untuk
bersikap ramah terhadap orang-orang yahudi, tidak mengusik agama
mereka, dan harta mereka. Ibn Hisyam telah memaparkan dengan panjang
lebar mengenai hal ini dalam kitab “sirah”nya, yaitu di dalamnya
terdapat dasar-dasar yang di pakai oleh Negara pertama dalam islam, di
dalamnya terdapat rasa kemanusiaan, keadilan, sosialis dan toleransi
dalam beragama dan saling tolong-menolong dalam kemaslahatan bersama,
dan hal ini pantas untuk di jadikan sebagai rujukan bagi setiap yang
menginginkannya dengan memahaminya dan menjaga dasar-dasarnya.
Kami akan menyebutkan dasar-dasar umum yang di kandung oleh surat bersejarah tersebut yang kekal, sebagai berikut:
1. Persatuan umat islam tanpa ada perbedaan di antara mereka.
2. Menyamakan hak-hak dan kemuliaan terhadap anak-anak umat.
3. Persatuan umat dengan saling membantu tanpa ada penganiyaan dan permusuhan.
4. Umat ikut andil dalam menetapkan hubungan-hubungan dengan musuh-musuhnya.
5. Membangun masyarakat dengan tatanan yang bagus, tujuan yang jelas, dan lurus serta teliti.
6. Memerangi orang-orang yang di luar dari Negara dan undang-undangnya yang umum, dan wajib untuk tidak menolong mereka.
7. Menjaga
orang-orang yang ingin hidup bersama dengan orang-orang muslim secara
damai dan saling tolong menolong, dan di larang menganiaya mereka dan
menzalimi mereka.
8. selain orang-orang muslim untuk mereka agama dan harta mereka, mereka tidak di paksa untuk memeluk agama islam, dan harta mereka tidak di ganggu.
9. orang-orang non muslim ikut andil dalam menafkahi Negara sebagaimana orang-orang muslim.
10. Setiap
orang non muslim saling tolong menolong dengan orang-orang muslim untuk
menolak segala sesuatu yang dapat membahayakan Negara dengan melawan
setiap musuh.
11. Mereka harus ikut andil dalam menafkahi peperangan selama Negara masih dalam keadaan peperangan.
12. Negara
harus menolong setiap yang teraniaya dari mereka, sebagaimana Negara
menolong setiap yang teraniaya dari orang-orang muslim.
13. Setiap muslim dan non muslim wajib untuk tidak menjaga setiap musuh Negara dan konco-konconya.
14. Jika kemaslahatan umat adalah perdamaian, maka wajib bagi setiap muslim dan non muslim untuk menerima perdamaian.
15. Seorang
manusia tidak akan di hukum dengan dosa yang di lakukan oleh orang
lain, dan seorang penjahat tidak akan membahayakan kecuali dirinya dan
keluarganya.
16. Bebas berpindah tempat dalam Negara atau di luar Negara, terlindungi dengan penjagaan Negara.
17. Tidak ada perlindungan bagi penjahat dan penganiaya.
18. Masyarakat berdiri dengan dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
19. Dasar-dasar ini terpelihara dengan dua kekuatan, yaitu:
Pertama:
kekuatan maknawiyah (abstrak), yaitu: keimanan masyarakat kepada Allah
Swt. dan yakin bahwa Dia selalu mengawasinya, serta penjagaan Allah swt.
bagi setiap yang berbuat baik dan menepati janji.
Kedua: kekuatan material (jasmani), yaitu: pemimpin Negara yaitu Muhammad Saw.
· Pelajaran-pelajaran dan nasihat:
1. Seorang
mukmin jika yakin dengan kekuatannya maka ia tidak akan melakukan
aktivitasnya dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi ia mengerjakannya
dengan secara terang-terangan, dan ia tidak khawatir dengan para
musuhnya untuk mendakwahkan dakwahnya selama ia yakin bahwa ia bisa
mengalahkan mereka, sebagaimana yang di lakukan oleh Umar bin Khattab
Ra. Ketika akan berhijrah, hal ini adalah bukti bahwa kekuatan akan
membuat takut musuh-musuh Allah swt., dan akan memberikan rasa gelisah
pada diri mereka. Tidak di ragukan bahwa seandainya mereka berkumpul
untuk membunuh umar maka pasti mereka bisa melakukannya, akan tetapi
posisi umar yang menakutkan di dalam setiap diri mereka, maka orang yang
akan menghalanginya takut akan meninggal di bunuh olehnya, karena
orang-orang jahat sangat mengkhawatirkan hidup mereka.
2. Ketika
orang-orang yang ingin menghentikan dakwah kebenaran dan perbaikan
telah berputus asa, dan ketika orang-orang mukmin telah lepas dari
tangan mereka, dan orang-orang mukmin telah terpelihara dari
musuh-musuhnya. Maka harapan mereka yang terakhir ialah membunuh da’I
pembawa kebenaran tersebut, karena mereka mengira jika mereka telah
berhasil membunuhnya maka dakwahnya bisa di hentikan, dan inilah ide
jahat setiap orang yang ingin
menentang dakwah perbaikan yang terdapat di setiap zaman, kita telah
melihat dan menyaksikan hal seperti ini dalam kehidupan kita.
3. Sesungguhnya
tentara yang jujur dan ikhlas untuk dakwah perbaikan, maka ia akan
mengorbankan hidupnya untuk pimpinannya, karena keselamatan pimpinan
juga termasuk keselamatan dakwah, sementara jika pimpinannya terbunuh
maka dakwahnya juga akan ikut lenyap. Maka apa yang telah di lakukan
oleh Ali bin Abi Thalib Ra. Dengan tidur di ranjang Rasulullah saw.
yaitu mengorbankan hidupnya demi keselamatan Rasulullah saw., karena
mungkin saja para pemuda Quraisy yang telah di tugaskan untuk membunuh
Rasulullah saw. pedangnya tertancap di atas kepala Ali bin Thalib Ra.,
akan tetapi hal ini tidak di hiraukan oleh Ali bin Abi Thalib Ra., dia
hanya menginginkan bagaimana supaya Rasulullah saw. selamat sebagai Nabi
umat dan pimpinan dakwah.
4. Mengenai
titipan orang-orang musyrik yang mereka titipkan kepada Rasulullah saw.
sementara mereka memeranginya dan berkeinginan untuk membunuhnya,
adalah suatu bukti bahwasanya musuh-musuh perbaikan sebenarnya
yakin dalam diri mereka dengan kelurusan da’I tersebut (yaitu Muhammad
saw.), sifat amanahnya, ketulusannya, dia mempunyai sejarah hidup yang
terbaik di bandingkan dengan mereka, dan bersih jiwanya. Akan tetapi
karena kesesatan, tekanan, dan kekentalan terhadap adat-adat dan
akidah-akidah yang sesat, hal inilah yang membuat mereka memerangi
Muhammad saw., dan memasang perangkap untuknya, serta melakukan
persekongkolan untuk membunuhnya jika mereka mampu untuk melakukan hal
tersebut.
5. Sesungguhnya
ide seorang pemimpin dakwah atau pemimpin Negara, atau pemimpin suatu
gerakan perbaikan untuk selamat dari persekongkolan orang-orang yang
tidak senang dengannya, serta membuat taktik keberhasilan untuk memulai
gerakannya sehingga lebih kuat dalam lingkungan yang lain, maka ia tidak
akan di kategorikan sebagai seorang pengecut, dan tidak menghindar dari mati serta tidak takut untuk berkorban jiwa dan raga.
6. Sikap
yang di contohkan Abdullah bin Abu Bakar Ra. Memberikan bukti tentang
pengaruh para pemuda dalam keberhasilan suatu dakwah, mereka
merupakan tiang bagi seluruh dakwah perbaikan, dan pembelaan mereka
untuk berkorban memberikan pertolongan untuk dakwah dengan cepat, dan
kita melihat orang-orang mukmin yang terlebih dahulu masuk islam mereka
semua rata-rata adalah para pemuda, Rasulullah saw.ketika di utus
menjadi seorang Rasul berumur 40 tahun, Abu Bakar Ra. Lebih muda dari beliau saw. 3 tahun, Umar Ra. Lebih muda dari keduanya, Ali Ra. Paling muda dari mereka, dan
Usman Ra. Lebih muda dari Rasulullah saw., demikian juga Abdullah bin
Mas’ud Ra., Abdurrahman bin Auf Ra., Arqam bin Abi Arqam Ra., Sa’id
bin Zaid, Bilal bin Rabah Ra., dan Ammar bin Yasir Ra., dan selain dari
mereka, mereka semua adalah pemuda yang memikul beban dakwah di saat
mereka telah berumur di atas 30 tahun,
mereka membawa dakwah dengan jalan pengorbanan, merasakan siksaan dan
kepedihan karena dakwah, dengan mereka islam menang, dengan kesungguhan
mereka dan kesungguhan saudarar-saudara mereka berdirilah pemerintahan
Khulafa’u rrasyidin, kemudian sempurna pembukaan negeri-negeri islam
yang indah, dan dengan kerja keras mereka islam telah sampai kepada
kita, yang karenanya Allah swt. membebaskan kita dari kebodohan, kesesatan, menyembah berhala, kekafiran dan kefasikan.
7. Sikap
Aisyah Ra. Dan Asma’ Ra. Ketika Rasulullah saw. akan berhijrah adalah
suatu bukti bahwa dakwah perbaikan membutuhkan bantuan para wanita,
mereka adalah makhluk yang lemah lembut, lebih toleransi, dan hatinya
lebih baik. Seorang perempuan jika telah percaya dengan sesuatu maka ia
tidak menghiraukan segala kesukaran untuk mendakwahkannya, dan ia
berusaha untuk menarik suaminya, saudarinya, anak-anaknya untuk beriman
dengan hal tersebut.
jihadnya
para perempuan pada masa Rasulullah saw. adalah merupakan
halaman-halaman yang putih dan berkilau, hal ini menguatkan kepada kita
bahwa pergerakan perbaikan secara islami akan senantiasa di warnai
sedikit kekeliruan, dan tidak terlalu berpengaruh dalam masyarakat
sampai perempuan ikut andil dalam dakwah tersebut.
maka
tumbuhlan generasi dari golongan wanita dengan iman, akhlak, dan
kesucian, para perempuan tersebut lebih mampu untuk menyebarkan dakwah
ini yang di butuhkan oleh
masyarakat kita sekarang di tengah-tengah para perempuan di bandingkan
para laki-laki. Selain dari hal tersebut mereka adalah seorang isteri
dan ibu.
Dan
keistimewaan yang besar dalam mendidik sahabat yang masih kecil
kemudian tabi’in setelah mereka, hal ini kembali kepada para perempuan
yang tumbuh dari generasi –generasi ini, dengan akhlak islam dan
etikanya, mencintai islam dan rasulnya, oleh karena itu mereka(sahabat
dan tabi’in serta para atba’ tabi’in) adalah generasi yang paling baik dalam sejarah di karenakan ketinggian cita-cita mereka, kelurusan akhlaknya, dan bagusnya agama dan dunia mereka.
Semestinya
kita sekarang menemukan hakikat ini, oleh karena itu, kita membawa para
anak-anak gadis dan para isteri sebagai pembawa bendera islam di
tengah-tengah para perempuan, karena perempuan adalah golongan paling
terbanyak jumlahnya di dunia ini, oleh karena itu kita harus memotivasi
anak-anak kita untuk belajar syari’at islam di sekolah-sekolah yang
terpercaya mengajarkan agama islam, seperti kuliah syari’at di
tempat-tempat perkuliahan, karena jika jumlah wanita yang mengenal agama
islam semakin bannyak, seperti ilmu fiqhi dalam syariat islam, yang
mengenal sejarah islam, yang cinta Rasulullah saw, perempuan yang
berakhlak dengan akhlaknya para isteri-isteri Rasulullah saw., maka kita
mampu mendakwahkan agama islam kedepan dengan kuat, kemudian menerapkan hukum-hukum syari’at islam dalam masyarakat kita sesuai dengan kenyataan, insya Allah!.
8. Ketika
orang-orang musyrik di butakan matanya sehingga tidak bisa melihat
Rasulullah saw. dan sahabatnya di dalam Gua hira sementara mereka telah
berada di situ, hal ini adalah gambaran ke khusyu’an hati yakin dengan
pertolongan Allah swt. untuk Rasul-Nya, para da’i-Nya, dan orang-orang
yang di cintai-Nya, seandainya bukan karena rahmat Allah swt. kepada
para hamba-Nya, maka Dia akan membiarkan orang-orang musyrik menemukan
Rasulullah saw. kemudian mereka membunuhnya sehingga dakwahnya juga
lenyap, dan Dia yang mengutus Muhammad saw. untuk semesta alam, demikian
pula Allah swt. akan Ramah dan Berlemah lembut kepada para da’I
kebenaran ketika mereka mendapatkan kesulitan, mengeluarkan mereka dari
kesulitan, dan mereka tidak akan terlihat –pada umumnya- oleh mata-mata
yang berniat jahat dan buruk kepada mereka. Selamatnya Rasulullah saw.
dan sahabatnya Abu Bakar Ra. Setelah di kelilingi oleh orang-orang
musyrik ketika berada di gua hira, tidak lain kecuali hal tersebut
adalah kebenaran Firman Allah swt. yang artinya:
“Sesungguhnya
Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. (QS. Ghaafir: 51)
Dalam surah yang lain Allah swt. berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Allah swt. membela orang-orang yang beriman…”. (QS. Al Hajj: 38).
9. Ketakutan
Abu Bakar Ra. Ketika berada di dalam gua hira, jika keduanya terlihat
oleh para kafir Quraisy, adalah contoh yang ideal bagi para tentara
dakwah yang jujur dan ikhlas terhadap keadaan pimpinannya yang
terpercaya, ketika pemimpinnya mendapatkan kesulitan maka ia menjadi
khawatir terhadap hidup pimpinannya, pada waktu itu Abu Bakar Ra. Tidak
mengkhawatirkan hidupnya, karena seandainya seperti itu maka ia tidak
akan menemani Rasulullah saw. dalam hijrahnya yang berbahaya tersebut.
Abu
Bakar Ra. Mengetahui bahwasanya jika ia tertangkap dan Rasulullah saw.
oleh orang-orang musyrik maka ia kan terbunuh, akan tetapi yang ia
khawatirkan adalah kehidupan Rasulullah saw., serta keadaan islam yang
akan datang jika Rasulullah saw. tertangkap oleh orang-orang musyrik.
10. Jawaban Rasulullah saw. kepada Abi Bakar Ra. Untuk menentramkannya ketika ia gelisah, Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai Abu Bakar! Jangan kamu kira kita hanya berdua, Allah swt. adalah pihak ke tiga”.
Rasulullah
saw. memberikan contoh untuk benar-benar mempercayai Allah Swt. dan
merasa tentram dengan pertolongan-Nya, bertawakkal kepada-Nya ketika
mengalami kesulitan, hal ini adalah merupakan dalil atau bukti yang
jelas atas kejujuran Rasulullah saw. dalam berdakwah, ketika ia
mendapatkan jalan buntu maka ia mendapatkan solusinya, bersamaan dengan
hal tersebut terlihat dari beliau tanda-tanda ketenangan bahwasanya
Allah swt. akan mengutusnya sebagai petunjuk dan rahmat untuk manusia.
hal
ini tidak pernah lenyap darinya di waktu-waktu tersebut. apakah anda
pernah melihat ketenangan dan ketentraman seperti ini dari orang-orang
yang berpura-pura sebagai seorang nabi yang menjiplak cirri-ciri pembawa
risalah? Dalam keadaan seperti ini akan jelas perbedaan antara orang
yang mendakwahkan kepada kebaikan dengan orang yang hanya berpura-pura
sebagai seorang da’I, para da’I yang benar-benar mendakwahkan kebaikan
senantiasa hati mereka di penuhi dengan ridha Allah swt., percaya dengan
pertolonga Allah swt., sementara mereka yang hanya berpura-pura sebagai
seorang da’I tidak bersungguh-sungguh, ketika telah mengalami kesulitan
atau ketakutan, mereka akan jatuh, kemudian mereka tidak akan
mendapatkan perwalian dan pertolongan dari Allah swt.
11. Kejadian
yang di alami Suraqah ketika ia mendapati Rasulullah saw. dan tidak
mampu untuk menangkapnya adalah suatu bukti tentang kenabian Rasulullah
saw. , kaki kudanya tenggelam ke dalam pasir ketika ia menghadap ke arah
Rasulullah saw., hal ini senantiasa terulang kepada suraqah ketika ia
akan sampai ke Rasulullah saw.
12. Janji
Rasulullah saw. kepada Suraqah dengan ketinggian kerajaan persi adalah
mukjizat yang lain, orang yang lari dari pandangan kaumnya tidak akan
bosan dalam menaklukkan negeri persi dan menguasai perbendaharaan harta
raja persi, kecuali dia adalah seorang nabi yang di utus, dan janji
Rasulullah saw. kepada suraqah benar-benar telah terjadi, kemudian
Suraqah meminta kepada Umar bin Khattab Ra. Untuk melaksanakan janji
Rasulullah saw. untuknya dalam hal ghanimah (harta rampasan perang)
ketika ia telah melihat ketinggian kerajaan persi , kemudian Umar bin
Khattab Ra. Melakukan hal tersebut.
13. kebahagian
orang-orang Anshar dan Muhajirin dengan kedatangan Rasulullah saw.
kepada mereka dengan selamat, kebahagian untuk setiap kalangan, para
perempuan dan anak-anak dari keluar rumah-rumah mereka, para laki-laki
meninggalkan kerja mereka, orang yahudi juga ikut bergembira secara
lahir dengan penduduk setempat dengan kedatangan Rasulullah saw., dan
yang menyakitkan adalah persaingan secara batin untuk meraih kedudukan
sebagai pemimpin baru, adapun kegembiraan orang-orang mukmin karena
bertemu dengan rasul mereka,
tidak ada yang mengherankan di dalamnya, karena Rasulullah saw. yang
menyelamatkan mereka dari zaman yang penuh dengan kezaliman kepada zaman
yang di penuhi dengan cahaya dengan izin Allah swt. yaitu kepada jalan
Allah swt. Yang Maha Perkasa dan Yang memiliki segala pujian.
Sementara
sikap orang-orang Yahudi, tidak ada keganjilan di dalamnya, karena
mereka di kenal dengan sifat penjilat dan munafik secara kesuluruhan, di
karenakan kekuasaan telah hilang darinya dan dengki kepada orang yang
mengambil kepemimpinan mereka, dan mengganti antara mereka dan antara
orang yang mengambil harta mereka dengan nama pinjaman, dan pertumpahan
darah dengan nama nasihat dan musyawarah.
Senantiasa
orang-orang yahudi benci terhadap penguasaan rakyat setempat terhadap
mereka, dan kedengkian mereka berakhir dengan pembunuhan jika mereka
mampu untuk melakukan hal tersebut, hal tersebut adalah kebiasaan dan
watak mereka, mereka telah mencoba
melakukan hal tersebut ketika Rasulullah saw. telah menetap di Madinah,
bagaimanapun perjanjian yang telah di buat antara Rasulullah saw. dan
mereka untuk hidup secara damai dengan saling tolong menolong, akan
tetapi orang-orang Yahudi tetap saja menyalakan api peperangan
selamanya. Allah swt. berfirman, yang artinya:
“Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah swt. memadamkannya …”. (QS. Al Maa-idah: 64).
14. Diantara
hal-hal yang terjadi ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah yang
merupakan pelajaran buat kita ialah Rasulullah saw. tidak menetap pada
suatu tempat kecuali beliau saw. membangun suatu tempat yang merupakan
tempat perkumpulan orang-orang mukmin, Rasulullah saw. membangun mesjid
Quba’ ketika beliau saw. singgah di sana selama empat hari, beliau saw.
membangun sebuah mesjid di pertengahan jalan antara Quba’ dan Madinah
ketika Beliau saw. menemukan waktu shalat jum’at di tempat Bani saalim
bin Auf di lembah Raanuna’.
Dan
ketika Rasulullah saw. telah sampai di Madinah, aktivitas pertama yang
beliau lakukan ialah membangun mesjid, hal ini menunjukkan kita bahwa
betapa pentingnya sebuah mesjid dalam islam, ibadah-ibadah islam secara
keseluruhan ialah untuk kesucian jiwa dan pembersihan akhlak, memperkuat
hubungan keluarga dan saling tolong menolong antara orang-orang muslim,
mesjid adalah tempat shalat jamaah, shalat jum’at, shalat
idul Fitri dan Adha, sebagai tanda kekuatan persatuan orang-orang
muslim, sebagai persatuan kalimat mereka, tujuan mereka, dan saling
tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
tidak
di ragukan lagi bahwa kedudukan sebuah mesjid dalam suatu masyarakat
islam adalah sangat agung, karena mesjid akan merapatkan barisan mereka,
mendidik jiwa mereka, membangun hati dan akal mereka, memberikan solusi
terhadap permasalahan mereka, di dalamnya tergambar kekuatan
orang-orang muslim dan keuletan mereka.
Telah di tetapkan, sejarah masjid dalam islam bahwasanya darinya muncul
kelompok-kelompok tentara islam yang membanjiri bumi dengan petunjuk
Allah swt. dari mesjid muncul cahaya petunjuk untuk orang –orang muslim
dan selain mereka, di dalamnya berkembang bibit peradaban islam dan
tumbuh, bukankah Abu Bakar Ra., Umar bin Khattab Ra., Usman bin Affan
Ra., Ali bin Abi Thalib Ra., Khalid Ra., Sa’ad Ra., dan Abu Ubaidah Ra.,
serta orang-orang yang sama dengan mereka dari orang-orang agung dalam
sejarah islam, adalah murid-murid sekolah Muhammadiyah yang tempatnya di
mesjid Nabawi.
Keistimewaan
lain yang di miliki sebuah mesjid dalam islam ialah terpancar darinya
dalam setiap minggu kalimat-kalimat yang hak melalui lisan para
khatibnya, untuk melarang yang mungkar dan memerintahkan kepada yang
ma’ruf, atau mendakwahkan kepada kebaikan. tempat untuk mengingatkan
bagi yang lupa kepada Allah swt., tempat dakwah untuk secara
kesuluruhan, tempat untuk menghakimi orang yang zalim, tempat untuk
memberikan peringatan bagi orang yang lalim.
Pada
waktu kita masih kecil, kita telah menyaksikan bagaimana sebuah mesjid
di jadikan sebagai tempat pergerakan nasionalisme dalam melawan penjajah
Prancis, para pemimpin jihad berlindung di mesjid untuk melawan para
penjajah dan Zionisme, akan jika kita melihat bahwa mesjid sekarang
tidak lagi di fungsikan sebagaimana mestinya, hal tersebut di karenakan
ke keliruan sebagian khatib (ahli pidato) yang tidak ikhlas atau
orang-orang yang tidak paham dengan hal tersebut, akan tetapi seandainya
yang berkhutbah di mimbar-mimbar mesjid dan yang menjadi imam di mihrab
(bagian depan pada suatu mesjid) adalah orang-orang yang sangat
memperjuangkan kebenaran, adalah ulama syari’at islam, Ikhlas karena
Allah swt. dan Rasul-Nya dalam menasihati masyarakat. maka fungsi mesjid yang
sebenar-benarnya akan kembali tercipta di dalam masyarakat kita yang
islami dan menempati tempat paling depan dalam pondasi kita dalam
masyarakat, dan mesjid akan kembali melakukan fungsinya yaitu mendidik
masyarakat, mencetak orang-orang pintar, memperbaiki keburukan,
memerangi kemungkaran dan membangun mesjid dengan dasar takwa kepada
Allah swt. dan mengharap ridho-Nya.
kita
mencita-citakan hal tersebut, insya Allah! Ketika nanti
generasi-generasi yang bersih yaitu para remaja mukmin kita yang
terdidik dengan agama Allah swt. serta berakhlak dengan akhlak
Rasulullah saw. yang menguasai mimbar-mimbar mersjid.
15. Ikatan
persaudaraan antara kaum anshar dan muhajirin yang di lakukan oleh
Rasulullah saw. adalah pemandangan yang sangat kuat tentang keadilan
islam yang manusiawi yang berakhlak positif, orang-orang muhajirin
adalah kaum yang meninggalkan harta dan tanah mereka demi mencari ke
ridhaan Allah swt. maka mereka datang ke Madinah tanpa memeliki harta
benda sedikitpun.
sedangkan
orang-orang anshar adalah orang-orang kaya dengan pertanian mereka,
harta mereka, dan kerajinan tangan mereka, oleh karena itu setiap
saudara (orang anshar) membawa saudaranya (orang muhajirin), dan berbagi
dengannya dalam suka dan duka kehidupan, kemudian tinggal bersama di
rumahnya jika tempatnya luas untuk mereka berdua, dan memberikan
setengah dari hartanya jika ia lebih kaya dari dia, dan cukup untuknya,
maka keadilan sosial yang bagaimana yang terdapat di dunia yang dapat
menyaingi persaudaraan ini?
Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari dengan adanya keadilan sosial dalam islam,
adalah kaum yang tidak ingin keunggulan cahaya islam terlihat oleh
setiap mata manusia dan menguasai hati mereka, atau mereka adalah kaum
yang beku yang tidak suka dengan setiap lafadz yang baru sekalipun hal
tersebut di sukai oleh orang lain sementara dalam islam terdapat
maknanya, jika tidak, maka bagaimana ia menolak keadilan sosialis dalam
islam, dalam sejarah persaudaraan antara kaum anshar dan muhajirin ini
langsung di lakukan oleh Rasulullah saw. , beliau saw. yang
mempraktekkannya karena kemuliannya, dengan dasar persaudaraan tersebut beliau saw. membangun masyarakat pertama yang di binanya, dan Negara pertama yang di bangun olehnya.
Oleh karna itu hal-hal yang menyudutkan islam adalah suatu kebohongan yang besar.
16. mengenai
surat perjanjian yang di dalamnya Rasulullah saw. mengadakan
kesepakatan ikatan persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, agar saling
tolong menolong antara orang –orang muslim dan selain dari mereka, hal
ini adalah kumpulan dalil-dalil yang tidak akan tertolak bahwasanya
dasar Negara islam di bangun di atas dasar keadilan sosial, dan dasar
hubungan antara orang-orang muslim dan selain dari mereka ialah
perdamaian, dan sesungguhnya dasar kebenaran, keadilan, tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan serta berbuat untuk kebaikan manusia dan
menghilangkan kejahatan dari masyarakat, semua hal ini adalah
syi’ar-syi’ar yang di dakwahkan oleh Negara islam.
Oleh
karna itu, Negara islam di manapun ia berdiri, dan pada masa kapanpun,
ia tetap berdiri di atas dasar-dasar yang paling kuat dan adil.
Dalam
keadaan apapun, sesungguhnya kemaslahatan kita ialah membangun Negara
kita atas dasar-dasar islam, dan dengan meninggalkan hal tersebut adalah
suatu kerugian yang besar, Islam tidak akan menyakiti orang-orang non
muslim yang tinggal di negeri islam, tidak akan menindas akidah-akidah
mereka dan tidak akan mengurangi hak-hak mereka.
Oleh karena itu, kenapa harus khawatir dan takut untuk menegakkan syari’at islam dan menerapkan hukum-hukumnya di
Negara-negara Islam, sementara semua yang terdapat di dalamnya adalah
keadilan, kebenaran, kekuatan, persaudaraan, jaminan sosial meliputi
dasar-dasar persaudaraan, kasih sayang, dan saling tolong menolong dalam
hal-hal yang baik? Sesungguhnya kita tidak akan terbebas dari para
penjajah, kecuali dengan seruan-seruan islam, sebagai jalan untuk hal
tersebut ialah Allah Swt. berfirman, yang artinya:
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..”. (QS. Al
A’raaf: 96).
“Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu di perintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al
An’aam: 153).
“Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya.
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
(yang di kehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq: 2-3).
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah swt. menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaaq: 4).
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (QS.
Ath Thalaaq: 5).
*Shahih Bukhari, Jilid 3, Hal. 1420.*
0 Response to "Sejak berhijrah sampai Rasulullah saw. Menetap di Madinah. Oleh: DR. Mustafa as Siba’i"
Post a Comment