Sejak berhijrah sampai Rasulullah saw. Menetap di Madinah. Oleh: DR. Mustafa as Siba’i

Fakta-fakta Sejarah

1.     Quraisy mengetahui tentang keislaman sebagian orang-orang Yatsrib, maka ia semakin keras menyiksa orang-orang mukmin di Makkah, maka Rasulullah saw. memerintahkan orang-orang mukmin yang menetap di mekkah untuk berhijrah ke Madinah, merekapun berhijrah dengan sembunyi-sembunyi , kecuali Umar Ra. Karena ia mengumumkan ke orang-orang Quraisy bahwa ia akan berhijrah, beliau Ra. Berkata kepada mereka: barangsiapa yang ingin mati maka temuilah saya besok di lembah ini, satupun tidak ada yang berani keluar untuk menemuinya”.



2.    Ketika orang-orang Quraisy telah mendengar kabar bahwa orang-orang mukmin di Madinah semakin kuat dan Berjaya, maka mereka mengadakan muktamar-muktamar di Dar an Nadwah untuk memikirkan bagaimana caranya untuk menghentikan dakwah Rasulullah saw., kemudian mereka sepakat untuk memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat, agar bisa bekerja sama untuk membunuh Muhammad saw., sehingga darahnya terpencar pada setiap kabilah, dan Bani Manaf tidak mampu untuk memerangi mereka secara kesuluruhan, sehingga rela dengan pembayaran Diyat, kemudian berkumpullah para pemuda yang di tugaskan untuk membunuh Rasulullah saw. di pintunya di malam ketika beliau saw. akan berhijrah, mereka menunggu Muhammad saw. keluar dan membunuhnya.


3.    Pada malam itu, Rasulullah saw. tidak tidur di atas ranjangnya, akan tetapi beliau saw. meminta kepada Ali bin Thalib Ra. Untuk  tidur di tempatnya, dan beliau saw. memerintahkannya jika sudah pagi untuk mengembalikan seluruh titipan kepada para pemiliknya,  yang telah di titipkan Quraisy kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. meninggalkan rumahnya tanpa di ketahui oleh orang-orang yang akan membunuhnya, beliau saw. ke rumah Abi Bakar Ra., dan Abu Bakar Ra. Telah mempersiapkan dua tunggangan yang akan di pakai di perjalanan yaitu untuk dia dan Rasulullah saw., kemudian keduanyapun berniat untuk keluar. Abu Bakar Ra. Menyewa Abdullah bin Ariiqat Ad Daily, dan ia seorang musyrik sebagai penunjuk jalan ke Madinah, dan mereka menghindari jalan yang biasa di pakai orang-orang dan memilih jalan yang lain sehingga orang-orang Quraisy tidak dapat melacaknya.

4.    Rasulullah saw. dan sahabatnya Abu Bakar Ra. Keluar pada hari kamis tanggal 1 Rabi’ul Awal tahun 53 dari tahun kelahiran Rasulullah saw., tidak ada satupun yang mengetahui tentang hijrahnya Rasulullah saw. kecuali Ali bin Abi Thalib Ra. Dan keluarga Abi Bakar Ra., sementara Aisyah Ra. Dan Asma’ Ra. Yang keduanya Putri Abi Bakar Ra. Mempersiapkan bekal untuk Rasulullah saw. dan ayahnya, Asma’ Ra. Memotong kain pengikat pinggangnya dan mengikat wadah atau tempat makanan, maka di namailah ia sejak itu: Zatu nnithaqain”. Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ra. Serta penunjuk jalannya berjalan pada jalan yang menuju ke Yaman dan mereka sampai di gua Tsur, dan bermalam di gua tersebut selama tiga malam, Abdullah bin Abi Bakar Ra. juga bermalam bersama mereka, ia adalah seorang pemuda yang pandai, cepat paham dan tangkas, maka Abdullah bin Abi Bakar Ra. meninggalkan ke duanya pada saat dini hari, dan pagi hari dia sudah berada di Makkah , sehingga seolah-olah ia bermalam di Makkah, dan ia senantiasa mengabarkan keadaan orang-orang Quraisy kepada Rasulullah saw. di sore hari.

5.     Orang-orang Quraisy sangat terkejut dan marah, karena Rasulullah saw. berhasil lolos dari rencananya, dan merekapun keluar mencari Rasulullah saw. dengan melalui jalan yang biasa di lewati orang, akan tetapi mereka tidak berhasil menemukannya, kemudian mereka  mengambil jalan yang menuju ke Yaman, dan tidak lama kemudian mereka sampai di depan pintu gua Tsur, Abu Bakar Ra. Melihat kaki mereka dan mereka sedang berdiri di depan pintu gua Tsur, maka ia menjadi takut dan  mengkhawatirkan Rasulullah saw. , ia berkata: “demi Allah,  Wahai Rasulullah! Jika salah seorang di antara mereka menunduk ke bawah maka ia akan melihat kita”. Maka Rasulullah saw. menenangkannya dengan mengatakan: “wahai Abu Bakar! Jangan kamu kira kita hanya berdua , Allah Swt. adalah yang  ke tiga dari kita berdua”.
6.    Quraisy menyurati setiap Kabilah yang dapat menangkap Rasulullah saw. dan sahabatnya Abi Bakar Ra., atau menahannya, atau membunuhnya akan mendapatkan imbalan harta yang banyak, tawaran ini membuat tergiur banyak orang, maka Suraqah bin Ju’syum mengutus delegasi untuk hal tersebut , dan ia sendiri yang akan melakukan hal tersebut sehingga ia dapat mengambil seluruh imbalan harta yang di janjikan.

7.    Ibn Syihab Ra. Mengatakan: saya di beritakan oleh Abdurrahman bin Malik al Mudlihiyyu, dan ia adalah anak saudara Suraqah bin Malik bin Ju’syum, bahwasanya ayahnya telah mengabarkannya bahwasanya ia mendengar Suraqah bin Ju’syum mengatakan: kami di datangi utusan kafir Quraisy dan menjadikan pada diri Rasulullah saw. dan Abi Bakar Ra. Diyat, bagi siapa saja yang bisa membunuh atau menahannya , maka ketika saya sedang duduk di salah satu pertemuan yang terdapat pada kaum saya Bani Mudlij, salah seorang dari mereka menemui kami dan kami sedang duduk, ia berkata: Wahai Suraqah! Saya tadi melihat (dari kejauhan) orang (yang berjalan dari kejauhan) di pesisir, saya kira ia adalah Muhammad dan sahabatnya, lalu Suraqah mengatakan aku tahu mereka adalah Muhammad dan sahabatnya , maka aku (suraqah) mengatakan kepadanya: mereka itu bukan Muhammad dan sahabatnya akan tetapi kamu melihat orang lain kami melihat mereka pergi, kemudian aku tinggal di tempat pertemuan dalam beberapa saat, kemudian aku berdiri dan aku masuk, lalu aku memerintahkan anak perempuanku untuk mengeluarkan kudaku (dari kandangnya) yang terletak di belakang anak bukit, maka ia menjaganya untuk saya, lalu aku mengambil tombakku, maka aku keluar dengan tombakku dari permukaan rumah dengan secara pelan-pelan dan sembunyi-sembunyi , sampai aku ke tempat kudaku, maka aku menungganginya, dan aku mengangkatnya untuk agar dekat kepadaku, sampai aku mendekat kepada mereka (Muhammad saw. dan Abu Bakar Ra.), kemudian kudaku tersungkur dan aku terjatuh dari kudaku, kemudian aku berdiri dan mengambil  tabung (tempat penyimpanan anak panah) lalu mengeluarkan darinya al azlaam (benda yang di pakai oleh orang arab jahiliyah untuk menentukan nasibnya) kemudian aku menggunakannya apakah aku akan di bahayakan mereka atau tidak, lalu keluar sesuatu yang aku tidak senangi, kemudian aku menunggangi kudaku kembali, dan aku tidak menghiraukan al Azlaam, sampai aku mendengarkan bacaan Rasulullah saw. sementara beliau saw. tidak berpaling dan Abu bakar sering berpaling (ke kiri dan ke kanan), (tiba-tiba) kedua kaki depan kudaku tenggelam ke dalam tanah sampai ke lutut, dan aku terjatuh darinya, kemudian aku membentaknya maka kudaku kembali berdiri, hampir saja kudaku tidak mampu untuk mengeluarkan kakinya dari tempatnya tenggelam, dan ketika kudaku sudah berdiri dengan tegap dan seimbang, tiba-tiba bekas kedua kaki depannya terdapat kabut yang jelas di langit seperti asap, kemudian aku mengundi nasibku menggunakan al Azlaam dan keluar darinya sesuatu yang aku tidak suka, maka akupun memanggil mereka (Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ra.) dengan panggilan yang aman, lalu merekapun berhenti, dan aku kembali menunggangi kudaku sampai aku mendatangi mereka…lalu aku mengatakan kepada beliau saw.: sesungguhnya kaummu telah membuat sayembara (barang siapa yang dapat menangkapmu) akan di beri imbalan atau tebusan, dan aku mengabarkan tentang apa yang di inginkan orang-orang terhadap mereka, kemudian aku menawarkan kepada mereka perbekalan dan barang-barang, akan tetapi mereka menolaknya, dan keduanya tidak meminta apa-apa kepadaku kecuali beliau saw. bersabda: rahasiakan (kabar) tentang kami, kemudian aku meminta kepadanya untuk menuliskan untukku sebuah surat keamanan, kemudian beliau saw. memerintahkan Aamir bin Fuhairah untuk menulisnya, maka ia menulisnya pada kulit binatang yang telah di samak, kemudian Rasulullah saw. pergi.

8.    Rasulullah saw. dan sahabatnya tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul awal, setelah para sahabatnya menunggunya dengan penantian yang lama, setiap subuh mereka keluar ke pinggir kota (untuk menanti Muhammad saw.), dan mereka tidak kembali kecuali setelah sinar matahari telah memanas (waktu dzuhur), maka ketika Rasulullah saw. telah tiba di Madinah, mereka sangat bahagia, dan anak-anak menyambut kedatangannya sambil memukul rebana dan mendengdangkan anasyid:

طلع البدر علينا ***من ثنيات الوداع
وجب الشكر علينا *** ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا *** جئت بالأمر المطاع

9.    Di pertengahan perjalanan Rasulullah saw. ke Madinah beliau saw. sampai ke Quba’ sebuah kampung yang terletak di sebelah selatan Madinah dengan jarak sekitar 2 Mil darinya, Rasulullah saw. membangun di tempat tersebut  sebuah Mesjid dan inilah mesjid pertama yang di bangun dalam Islam, beliau saw. tinggal di tempat tersebut selama empat hari, kemudian pada hari jum’at pagi beliau saw. berangkat ke Madinah, dan beliau saw. menemukan waktu Shalat Jum’at di tempat Bani Salim bin Auf, maka beliaupun saw. membangun mesjid di tempat itu, dan melaksanakan shalat jum’at pertama di tempat tersebut, dan menyampaikan khutbah jum’at, inilah khutbah pertama dalam islam. Kemudian Rasulullah saw. melanjutkan perjalanan ke Madinah, dan ketika beliau saw. telah sampai ke Madinah maka aktivitas yang pertama sekali yang beliau saw. lakukan ialah memilih tempat yang di tempati untanya mendekam untuk di jadikan sebagai tempat bangunan mesjid untuknya, dan tempat yang di tempati (untanya berhenti dan mendekam) adalah tempat dua orang anak yatim dari kaum anshar, maka Rasulullah saw. memberikan harga tempatnya tersebut dengan pembayaran yang sesuai, akan tetapi keduanya berkata: “kami telah memberikannya dengan Cuma-Cuma kepadamu  ya Rasulullah !, akan tetapi Rasulullah saw. menolaknya sampai keduanya menjualnya dengan harga 10 dirham emas, dan beliau saw. membayarnya dengan harta Abu Bakar Ra., kemudian orang-orang muslim yang lain ingin ikut andil dalam pembangunan mesjid tersebut, maka mereka bersegara melakukan hal tersebut, Rasulullah saw. mengangkat batu bata bersama dengan mereka, ketika pembangunan mesjid telah rampung, dindingnya dari batu bata, atapnya dari pelepah kurma.

10.  Kemudian tiba waktunya beliau saw. mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, maka beliau saw. menjadikan setiap dari orang anshar mendapatkan saudara dari orang muhajirin, maka orang anshar pergi ke rumahnya bersama dengan saudaranya dari kaum muhajirin, maka ia menawarkan segala sesuatu yang terdapat di rumahnya untuk saling berbagi.

11.  Kemudian Rasulullah saw. menulis sebuah surat antara muhajirin dan anshar, untuk bersikap ramah terhadap orang-orang yahudi, tidak mengusik agama mereka, dan harta mereka. Ibn Hisyam telah memaparkan dengan panjang lebar mengenai hal ini dalam kitab “sirah”nya, yaitu di dalamnya terdapat dasar-dasar yang di pakai oleh Negara pertama dalam islam, di dalamnya terdapat rasa kemanusiaan, keadilan, sosialis dan toleransi dalam beragama dan saling tolong-menolong dalam kemaslahatan bersama, dan hal ini pantas untuk di jadikan sebagai rujukan bagi setiap yang menginginkannya dengan memahaminya dan menjaga dasar-dasarnya.

Kami akan menyebutkan dasar-dasar umum yang di kandung oleh surat bersejarah tersebut yang kekal, sebagai berikut:

1.     Persatuan umat islam tanpa ada perbedaan di antara mereka.
2.    Menyamakan hak-hak dan kemuliaan terhadap anak-anak umat.
3.    Persatuan umat dengan saling membantu tanpa ada penganiyaan dan permusuhan.
4.    Umat ikut andil dalam menetapkan hubungan-hubungan dengan musuh-musuhnya.
5.    Membangun masyarakat dengan tatanan yang bagus, tujuan yang jelas, dan lurus serta teliti.
6.    Memerangi orang-orang yang di luar dari Negara dan undang-undangnya yang umum, dan wajib untuk tidak menolong mereka.
7.    Menjaga orang-orang yang ingin hidup bersama dengan orang-orang muslim secara damai dan saling tolong menolong, dan di larang menganiaya mereka dan menzalimi mereka.
8.    selain orang-orang muslim untuk mereka  agama dan harta mereka, mereka tidak di paksa untuk memeluk agama islam, dan harta mereka tidak di ganggu.
9.    orang-orang non muslim ikut andil dalam menafkahi  Negara sebagaimana orang-orang muslim.
10.  Setiap orang non muslim saling tolong menolong dengan orang-orang muslim untuk menolak segala sesuatu yang dapat membahayakan Negara dengan melawan setiap musuh.
11.  Mereka harus ikut andil dalam menafkahi peperangan selama Negara masih dalam keadaan peperangan.
12.  Negara harus menolong setiap yang teraniaya dari mereka, sebagaimana Negara menolong setiap yang teraniaya dari orang-orang muslim.
13.  Setiap muslim dan non muslim wajib untuk tidak menjaga setiap musuh Negara dan konco-konconya.
14.  Jika kemaslahatan umat adalah perdamaian, maka wajib bagi setiap muslim dan non muslim untuk menerima perdamaian.
15.  Seorang manusia tidak akan di hukum dengan dosa yang di lakukan oleh orang lain, dan seorang penjahat tidak akan membahayakan kecuali dirinya dan keluarganya.
16.  Bebas berpindah tempat dalam Negara atau di luar Negara, terlindungi dengan penjagaan Negara.
17.  Tidak ada perlindungan bagi penjahat dan penganiaya.
18.  Masyarakat berdiri dengan dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
19.  Dasar-dasar ini terpelihara dengan dua kekuatan, yaitu:

Pertama: kekuatan maknawiyah (abstrak), yaitu: keimanan masyarakat kepada Allah Swt. dan yakin bahwa Dia selalu mengawasinya, serta penjagaan Allah swt. bagi setiap yang berbuat baik dan menepati janji.

Kedua: kekuatan material (jasmani), yaitu: pemimpin Negara yaitu Muhammad Saw.


·         Pelajaran-pelajaran dan nasihat:

1.     Seorang mukmin jika yakin dengan kekuatannya maka ia tidak akan melakukan aktivitasnya dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi ia mengerjakannya dengan secara terang-terangan, dan ia tidak khawatir dengan para musuhnya untuk mendakwahkan dakwahnya selama ia yakin bahwa ia bisa mengalahkan mereka, sebagaimana yang di lakukan oleh Umar bin Khattab Ra. Ketika akan berhijrah, hal ini adalah bukti bahwa kekuatan akan membuat takut musuh-musuh Allah swt., dan akan memberikan rasa gelisah pada diri mereka. Tidak di ragukan bahwa seandainya mereka berkumpul untuk membunuh umar maka pasti mereka bisa melakukannya, akan tetapi posisi umar yang menakutkan di dalam setiap diri mereka, maka orang yang akan menghalanginya takut akan meninggal di bunuh olehnya, karena orang-orang jahat sangat mengkhawatirkan hidup mereka.

2.    Ketika orang-orang yang ingin menghentikan dakwah kebenaran dan perbaikan telah berputus asa, dan ketika orang-orang mukmin telah lepas dari tangan mereka, dan orang-orang mukmin telah terpelihara dari musuh-musuhnya. Maka harapan mereka yang terakhir ialah membunuh da’I pembawa kebenaran tersebut, karena mereka mengira jika mereka telah berhasil membunuhnya maka dakwahnya bisa di hentikan, dan inilah ide jahat setiap orang  yang ingin menentang dakwah perbaikan yang terdapat di setiap zaman, kita telah melihat dan menyaksikan hal seperti ini dalam kehidupan kita.

3.    Sesungguhnya tentara yang jujur dan ikhlas untuk dakwah perbaikan, maka ia akan mengorbankan hidupnya untuk pimpinannya, karena keselamatan pimpinan juga termasuk keselamatan dakwah, sementara jika pimpinannya terbunuh maka dakwahnya juga akan ikut lenyap. Maka apa yang telah di lakukan oleh Ali bin Abi Thalib Ra. Dengan tidur di ranjang Rasulullah saw. yaitu mengorbankan hidupnya demi keselamatan Rasulullah saw., karena mungkin saja para pemuda Quraisy yang telah di tugaskan untuk  membunuh Rasulullah saw. pedangnya tertancap di atas kepala Ali bin Thalib Ra., akan tetapi hal ini tidak di hiraukan oleh Ali bin Abi Thalib Ra., dia hanya menginginkan bagaimana supaya Rasulullah saw. selamat sebagai Nabi umat dan pimpinan dakwah.

4.    Mengenai titipan orang-orang musyrik yang mereka titipkan kepada Rasulullah saw. sementara mereka memeranginya dan berkeinginan untuk membunuhnya, adalah suatu bukti bahwasanya musuh-musuh perbaikan  sebenarnya yakin dalam diri mereka dengan kelurusan da’I tersebut (yaitu Muhammad saw.), sifat amanahnya, ketulusannya, dia mempunyai sejarah hidup yang terbaik di bandingkan dengan mereka, dan bersih jiwanya. Akan tetapi karena kesesatan, tekanan, dan kekentalan terhadap adat-adat dan akidah-akidah yang sesat, hal inilah yang membuat mereka memerangi Muhammad saw., dan memasang perangkap untuknya, serta melakukan persekongkolan untuk membunuhnya jika mereka mampu untuk melakukan hal tersebut.


5.    Sesungguhnya ide seorang pemimpin dakwah atau pemimpin Negara, atau pemimpin suatu gerakan perbaikan untuk selamat dari persekongkolan orang-orang yang tidak senang dengannya, serta membuat taktik keberhasilan untuk memulai gerakannya sehingga lebih kuat dalam lingkungan yang lain, maka ia tidak akan di kategorikan sebagai  seorang pengecut, dan tidak menghindar dari mati serta tidak takut untuk berkorban jiwa dan raga.

6.    Sikap yang di contohkan Abdullah bin Abu Bakar Ra. Memberikan bukti tentang pengaruh para pemuda dalam keberhasilan suatu dakwah,  mereka merupakan tiang bagi seluruh dakwah perbaikan, dan pembelaan mereka untuk berkorban memberikan pertolongan untuk dakwah dengan cepat, dan kita melihat orang-orang mukmin yang terlebih dahulu masuk islam mereka semua rata-rata adalah para pemuda, Rasulullah saw.ketika di utus menjadi seorang Rasul berumur 40 tahun,  Abu Bakar Ra. Lebih muda dari beliau saw. 3 tahun, Umar Ra. Lebih muda dari keduanya,  Ali Ra. Paling muda dari mereka,   dan Usman Ra. Lebih muda dari Rasulullah saw., demikian juga Abdullah bin Mas’ud Ra., Abdurrahman bin Auf Ra., Arqam bin Abi Arqam Ra.,  Sa’id bin Zaid, Bilal bin Rabah Ra., dan Ammar bin Yasir Ra., dan selain dari mereka, mereka semua adalah pemuda yang memikul beban dakwah di saat mereka telah berumur di atas 30  tahun, mereka membawa dakwah dengan jalan pengorbanan, merasakan siksaan dan kepedihan karena dakwah, dengan mereka islam menang, dengan kesungguhan mereka dan kesungguhan saudarar-saudara mereka berdirilah pemerintahan Khulafa’u rrasyidin, kemudian sempurna pembukaan negeri-negeri islam yang indah, dan dengan kerja keras mereka islam telah sampai kepada kita, yang  karenanya Allah swt. membebaskan kita dari kebodohan, kesesatan, menyembah berhala, kekafiran dan kefasikan.

7.    Sikap Aisyah Ra. Dan Asma’ Ra. Ketika Rasulullah saw. akan berhijrah adalah suatu bukti bahwa dakwah perbaikan membutuhkan bantuan para wanita, mereka adalah makhluk yang lemah lembut, lebih toleransi, dan hatinya lebih baik. Seorang perempuan jika telah percaya dengan sesuatu maka ia tidak menghiraukan segala kesukaran untuk mendakwahkannya, dan ia berusaha untuk menarik suaminya, saudarinya, anak-anaknya untuk beriman dengan hal tersebut.

jihadnya para perempuan pada masa Rasulullah saw. adalah merupakan halaman-halaman yang putih dan berkilau, hal ini menguatkan kepada kita bahwa pergerakan perbaikan secara islami akan senantiasa di warnai sedikit kekeliruan, dan tidak terlalu berpengaruh dalam masyarakat sampai perempuan ikut andil dalam dakwah tersebut.

 maka tumbuhlan generasi dari golongan wanita dengan iman, akhlak, dan kesucian, para perempuan tersebut lebih mampu untuk menyebarkan dakwah ini  yang di butuhkan oleh masyarakat kita sekarang di tengah-tengah para perempuan di bandingkan para laki-laki. Selain dari hal tersebut mereka adalah seorang isteri dan ibu.

Dan keistimewaan yang besar dalam mendidik sahabat yang masih kecil kemudian tabi’in setelah mereka, hal ini kembali kepada para perempuan yang tumbuh dari generasi –generasi ini, dengan akhlak islam dan etikanya, mencintai islam dan rasulnya, oleh karena itu mereka(sahabat dan tabi’in serta para atba’ tabi’in)  adalah generasi yang paling baik dalam sejarah di karenakan ketinggian cita-cita mereka, kelurusan akhlaknya,  dan bagusnya agama dan dunia mereka.

Semestinya kita sekarang menemukan hakikat ini, oleh karena itu, kita membawa para anak-anak gadis dan para isteri sebagai pembawa bendera islam di tengah-tengah para perempuan, karena perempuan adalah golongan paling terbanyak jumlahnya di dunia ini, oleh karena itu kita harus memotivasi anak-anak kita untuk belajar syari’at islam di sekolah-sekolah yang terpercaya mengajarkan agama islam, seperti kuliah syari’at di tempat-tempat perkuliahan, karena jika jumlah wanita yang mengenal agama islam semakin bannyak, seperti ilmu fiqhi dalam syariat islam, yang mengenal sejarah islam, yang cinta Rasulullah saw, perempuan yang berakhlak dengan akhlaknya para isteri-isteri Rasulullah saw., maka kita mampu mendakwahkan agama islam kedepan dengan kuat,  kemudian menerapkan hukum-hukum syari’at islam dalam masyarakat kita sesuai dengan kenyataan, insya Allah!.

8.    Ketika orang-orang musyrik di butakan matanya sehingga tidak bisa melihat Rasulullah saw. dan sahabatnya di dalam Gua hira sementara mereka telah berada di situ, hal ini adalah gambaran ke khusyu’an hati yakin dengan pertolongan Allah swt. untuk Rasul-Nya, para da’i-Nya, dan orang-orang yang di cintai-Nya, seandainya bukan karena rahmat Allah swt. kepada para hamba-Nya, maka Dia akan membiarkan orang-orang musyrik menemukan Rasulullah saw. kemudian mereka membunuhnya sehingga dakwahnya juga lenyap, dan Dia yang mengutus Muhammad saw. untuk semesta alam, demikian pula Allah swt. akan Ramah dan Berlemah lembut kepada para da’I kebenaran ketika mereka mendapatkan kesulitan, mengeluarkan mereka dari kesulitan, dan mereka tidak akan terlihat –pada umumnya- oleh mata-mata yang berniat jahat dan buruk kepada mereka. Selamatnya Rasulullah saw. dan sahabatnya Abu Bakar Ra. Setelah di kelilingi oleh orang-orang musyrik ketika berada di gua hira, tidak lain kecuali hal tersebut adalah kebenaran Firman Allah swt. yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi  (hari kiamat)”. (QS. Ghaafir: 51)

Dalam surah yang lain Allah swt. berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Allah swt. membela orang-orang yang beriman…”. (QS. Al Hajj: 38).

9.    Ketakutan Abu Bakar Ra. Ketika berada di dalam gua hira, jika keduanya terlihat oleh para kafir Quraisy, adalah contoh yang ideal bagi para tentara dakwah yang jujur dan ikhlas terhadap keadaan pimpinannya yang terpercaya, ketika pemimpinnya mendapatkan kesulitan maka ia menjadi khawatir terhadap hidup pimpinannya, pada waktu itu Abu Bakar Ra. Tidak mengkhawatirkan hidupnya, karena seandainya seperti itu maka ia tidak akan menemani Rasulullah saw. dalam hijrahnya yang berbahaya tersebut.

 Abu Bakar Ra. Mengetahui bahwasanya jika ia tertangkap dan Rasulullah saw. oleh orang-orang musyrik maka ia kan terbunuh, akan tetapi yang ia khawatirkan adalah kehidupan Rasulullah saw., serta keadaan islam yang akan datang jika Rasulullah saw. tertangkap oleh orang-orang musyrik.

10.  Jawaban Rasulullah saw. kepada Abi Bakar Ra. Untuk menentramkannya ketika ia gelisah, Rasulullah saw. bersabda:

 “Wahai Abu Bakar! Jangan kamu kira kita hanya berdua, Allah swt. adalah pihak ke tiga”.

 Rasulullah saw. memberikan contoh untuk benar-benar mempercayai Allah Swt. dan merasa tentram dengan pertolongan-Nya, bertawakkal kepada-Nya ketika mengalami kesulitan, hal ini adalah merupakan dalil atau bukti yang jelas atas kejujuran Rasulullah saw. dalam berdakwah, ketika ia mendapatkan jalan buntu maka ia mendapatkan solusinya, bersamaan dengan hal tersebut terlihat dari beliau tanda-tanda ketenangan bahwasanya Allah swt. akan mengutusnya sebagai petunjuk dan rahmat untuk manusia.

 hal ini tidak pernah lenyap darinya di waktu-waktu tersebut. apakah anda pernah melihat ketenangan dan ketentraman seperti ini dari orang-orang yang berpura-pura sebagai seorang nabi yang menjiplak cirri-ciri pembawa risalah? Dalam keadaan seperti ini akan jelas perbedaan antara orang yang mendakwahkan kepada kebaikan dengan orang yang hanya berpura-pura sebagai seorang da’I, para da’I yang benar-benar mendakwahkan kebaikan senantiasa hati mereka di penuhi dengan ridha Allah swt., percaya dengan pertolonga Allah swt., sementara mereka yang hanya berpura-pura sebagai seorang da’I tidak bersungguh-sungguh, ketika telah mengalami kesulitan atau ketakutan, mereka akan jatuh, kemudian mereka tidak akan mendapatkan  perwalian dan pertolongan dari Allah swt.

11.  Kejadian yang di alami Suraqah ketika ia mendapati Rasulullah saw. dan tidak mampu untuk menangkapnya adalah suatu bukti tentang kenabian Rasulullah saw. , kaki kudanya tenggelam ke dalam pasir ketika ia menghadap ke arah Rasulullah saw., hal ini senantiasa terulang kepada suraqah ketika ia akan sampai ke Rasulullah saw.

12.  Janji Rasulullah saw. kepada Suraqah dengan ketinggian kerajaan persi adalah mukjizat yang lain, orang yang lari dari pandangan kaumnya tidak akan bosan dalam menaklukkan negeri persi dan menguasai perbendaharaan harta raja persi, kecuali dia adalah seorang nabi yang di utus, dan janji Rasulullah saw. kepada suraqah benar-benar telah terjadi, kemudian Suraqah meminta kepada Umar bin Khattab Ra. Untuk melaksanakan janji Rasulullah saw. untuknya dalam hal ghanimah (harta rampasan perang) ketika ia telah melihat ketinggian kerajaan persi , kemudian Umar bin Khattab Ra. Melakukan hal tersebut.


13.  kebahagian orang-orang Anshar dan Muhajirin dengan kedatangan Rasulullah saw. kepada mereka dengan selamat, kebahagian untuk setiap kalangan, para perempuan dan anak-anak dari keluar rumah-rumah mereka, para laki-laki meninggalkan kerja mereka, orang yahudi juga ikut bergembira secara lahir dengan penduduk setempat dengan kedatangan Rasulullah saw., dan yang menyakitkan adalah persaingan secara batin untuk meraih kedudukan sebagai pemimpin baru, adapun kegembiraan orang-orang mukmin karena bertemu dengan  rasul mereka, tidak ada yang mengherankan di dalamnya, karena Rasulullah saw. yang menyelamatkan mereka dari zaman yang penuh dengan kezaliman kepada zaman yang di penuhi dengan cahaya dengan izin Allah swt. yaitu kepada jalan Allah swt. Yang Maha Perkasa dan Yang memiliki segala pujian.

Sementara sikap orang-orang Yahudi, tidak ada keganjilan di dalamnya, karena mereka di kenal dengan sifat penjilat dan munafik secara kesuluruhan, di karenakan kekuasaan telah hilang darinya dan dengki kepada orang yang mengambil kepemimpinan mereka, dan mengganti antara mereka dan antara orang yang mengambil harta mereka dengan nama pinjaman, dan pertumpahan darah dengan nama nasihat dan musyawarah.

Senantiasa orang-orang yahudi benci terhadap penguasaan rakyat setempat terhadap mereka, dan kedengkian mereka berakhir dengan pembunuhan jika mereka mampu untuk melakukan hal tersebut, hal tersebut adalah kebiasaan dan watak mereka, mereka telah  mencoba melakukan hal tersebut ketika Rasulullah saw. telah menetap di Madinah, bagaimanapun perjanjian yang telah di buat antara Rasulullah saw. dan mereka untuk hidup secara damai dengan saling tolong menolong, akan tetapi orang-orang Yahudi tetap saja menyalakan api peperangan selamanya.  Allah swt. berfirman, yang artinya:

“Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah swt. memadamkannya …”. (QS. Al Maa-idah: 64).
14.  Diantara hal-hal yang terjadi ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah yang merupakan pelajaran buat kita ialah Rasulullah saw. tidak menetap pada suatu tempat kecuali beliau saw. membangun suatu tempat yang merupakan tempat perkumpulan orang-orang mukmin, Rasulullah saw. membangun mesjid Quba’ ketika beliau saw. singgah di sana selama empat hari, beliau saw. membangun sebuah mesjid di pertengahan jalan antara Quba’ dan Madinah ketika Beliau saw. menemukan waktu shalat jum’at di tempat Bani saalim bin Auf di lembah Raanuna’.

Dan ketika Rasulullah saw. telah sampai di Madinah, aktivitas pertama yang beliau lakukan ialah membangun mesjid, hal ini menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya sebuah mesjid dalam islam, ibadah-ibadah islam secara keseluruhan ialah untuk kesucian jiwa dan pembersihan akhlak, memperkuat hubungan keluarga dan saling tolong menolong antara orang-orang muslim, mesjid adalah tempat shalat jamaah, shalat jum’at,  shalat idul Fitri dan Adha, sebagai tanda kekuatan persatuan orang-orang muslim, sebagai persatuan kalimat mereka, tujuan mereka, dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

 tidak di ragukan lagi bahwa kedudukan sebuah mesjid dalam suatu masyarakat islam adalah sangat agung, karena mesjid akan merapatkan barisan mereka, mendidik jiwa mereka, membangun hati dan akal mereka, memberikan solusi terhadap permasalahan mereka, di dalamnya tergambar kekuatan orang-orang muslim dan keuletan mereka.

Telah di tetapkan, sejarah masjid dalam islam bahwasanya darinya  muncul kelompok-kelompok tentara islam yang membanjiri bumi dengan petunjuk Allah swt. dari mesjid muncul cahaya petunjuk untuk orang –orang muslim dan selain mereka, di dalamnya berkembang bibit peradaban islam dan tumbuh, bukankah Abu Bakar Ra., Umar bin Khattab Ra., Usman bin Affan Ra., Ali bin Abi Thalib Ra., Khalid Ra., Sa’ad Ra., dan Abu Ubaidah Ra., serta orang-orang yang sama dengan mereka dari orang-orang agung dalam sejarah islam, adalah murid-murid sekolah Muhammadiyah yang tempatnya di mesjid Nabawi.

Keistimewaan lain yang di miliki sebuah mesjid dalam islam ialah terpancar darinya dalam setiap minggu kalimat-kalimat yang hak melalui lisan para khatibnya, untuk melarang yang mungkar dan memerintahkan kepada yang ma’ruf, atau mendakwahkan kepada kebaikan. tempat untuk mengingatkan bagi yang lupa kepada Allah swt., tempat dakwah untuk secara kesuluruhan, tempat untuk menghakimi orang yang zalim, tempat untuk memberikan peringatan bagi orang yang lalim.

Pada waktu kita masih kecil, kita telah menyaksikan bagaimana sebuah mesjid di jadikan sebagai tempat pergerakan nasionalisme dalam melawan penjajah Prancis, para pemimpin jihad berlindung di mesjid untuk melawan para penjajah dan Zionisme, akan jika kita melihat bahwa mesjid  sekarang tidak lagi di fungsikan sebagaimana mestinya, hal tersebut di karenakan ke keliruan sebagian khatib (ahli pidato) yang tidak ikhlas atau orang-orang yang tidak paham dengan hal tersebut, akan tetapi seandainya yang berkhutbah di mimbar-mimbar mesjid dan yang menjadi imam di mihrab (bagian depan pada suatu mesjid) adalah orang-orang yang sangat memperjuangkan kebenaran, adalah ulama syari’at islam, Ikhlas karena Allah swt. dan Rasul-Nya dalam menasihati masyarakat.  maka fungsi mesjid  yang sebenar-benarnya akan kembali tercipta di dalam masyarakat kita yang islami dan menempati tempat paling depan dalam pondasi kita dalam masyarakat, dan mesjid akan kembali melakukan fungsinya yaitu mendidik masyarakat, mencetak orang-orang pintar, memperbaiki keburukan, memerangi kemungkaran dan membangun mesjid dengan dasar takwa kepada Allah swt. dan mengharap ridho-Nya.

kita mencita-citakan hal tersebut, insya Allah! Ketika nanti generasi-generasi yang bersih yaitu para remaja mukmin kita yang terdidik dengan agama Allah swt. serta berakhlak dengan akhlak Rasulullah saw. yang menguasai mimbar-mimbar mersjid.

15.  Ikatan persaudaraan antara kaum anshar dan muhajirin yang di lakukan oleh Rasulullah saw. adalah pemandangan yang sangat kuat tentang keadilan islam yang manusiawi yang berakhlak positif, orang-orang muhajirin adalah kaum yang meninggalkan harta dan tanah mereka demi mencari ke ridhaan Allah swt. maka mereka datang ke Madinah tanpa memeliki harta benda sedikitpun.

 sedangkan orang-orang anshar adalah orang-orang kaya dengan pertanian mereka, harta mereka, dan kerajinan tangan mereka, oleh karena itu setiap saudara (orang anshar) membawa saudaranya (orang muhajirin), dan berbagi dengannya dalam suka dan duka kehidupan, kemudian tinggal bersama di rumahnya jika tempatnya luas untuk mereka berdua, dan memberikan setengah dari hartanya jika ia lebih kaya dari dia, dan cukup untuknya, maka keadilan sosial yang bagaimana yang terdapat di dunia yang dapat menyaingi persaudaraan ini?

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari dengan adanya keadilan sosial dalam islam, adalah kaum yang tidak ingin keunggulan cahaya islam terlihat oleh setiap mata manusia dan menguasai hati mereka, atau mereka adalah kaum yang beku yang tidak suka dengan setiap lafadz yang baru sekalipun hal tersebut di sukai oleh orang lain sementara dalam islam terdapat maknanya, jika tidak, maka bagaimana ia menolak keadilan sosialis dalam islam, dalam sejarah persaudaraan antara kaum anshar dan muhajirin ini langsung di lakukan oleh Rasulullah saw. , beliau saw. yang mempraktekkannya karena kemuliannya, dengan  dasar persaudaraan tersebut beliau saw. membangun masyarakat pertama yang di binanya, dan Negara pertama yang di bangun olehnya.

 Oleh karna itu hal-hal yang menyudutkan islam adalah suatu kebohongan yang besar.

16.  mengenai surat perjanjian yang di dalamnya Rasulullah saw. mengadakan kesepakatan ikatan persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, agar saling tolong menolong antara orang –orang muslim dan selain dari mereka, hal ini adalah kumpulan dalil-dalil yang tidak akan tertolak bahwasanya dasar Negara islam di bangun di atas dasar keadilan sosial, dan dasar hubungan antara orang-orang muslim dan selain dari mereka ialah perdamaian, dan sesungguhnya dasar kebenaran, keadilan, tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta berbuat untuk kebaikan manusia dan menghilangkan kejahatan dari masyarakat, semua hal ini adalah syi’ar-syi’ar yang di dakwahkan oleh Negara islam.

Oleh karna itu, Negara islam di manapun ia berdiri, dan pada masa kapanpun, ia tetap berdiri di atas dasar-dasar yang paling kuat dan adil.

Dalam keadaan apapun, sesungguhnya kemaslahatan kita ialah membangun Negara kita atas dasar-dasar islam, dan dengan meninggalkan hal tersebut adalah suatu kerugian yang besar, Islam tidak akan menyakiti orang-orang non muslim yang tinggal di negeri islam, tidak akan menindas akidah-akidah mereka dan tidak akan mengurangi hak-hak mereka.

Oleh karena itu, kenapa harus khawatir dan takut untuk menegakkan syari’at islam dan menerapkan hukum-hukumnya  di Negara-negara Islam, sementara semua yang terdapat di dalamnya adalah keadilan, kebenaran, kekuatan, persaudaraan, jaminan sosial meliputi dasar-dasar persaudaraan, kasih sayang, dan saling tolong menolong dalam hal-hal yang baik? Sesungguhnya kita tidak akan terbebas dari para penjajah, kecuali dengan seruan-seruan islam, sebagai jalan untuk hal tersebut ialah Allah Swt. berfirman, yang artinya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..”. (QS. Al A’raaf: 96).

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu di perintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al An’aam: 153).

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang di kehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.  (QS. Ath Thalaaq: 2-3).

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah swt. menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaaq: 4).

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (QS. Ath Thalaaq: 5).


*Shahih Bukhari, Jilid 3, Hal. 1420.*




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejak berhijrah sampai Rasulullah saw. Menetap di Madinah. Oleh: DR. Mustafa as Siba’i"

Post a Comment