Kehancuran bangsa Yahudi menurut Al-Qur’an, Hadis, Taurat dan Fakta Terkini.


Kata Taurat berarti penjelasan dan pemaparan, dan Taurat Musa adalah Taurat yang benar akan tetapi Yahudi merubah-rubah serta menyembunyikan kebenaran isi dan memalsukannya. Sehingga ditemukanlah berbagai versi Taurat dengan isi yang saling bertentangan dengan kebenaran ilmu dan sunah kauniyah.

Taurat, Kitab para Nabi, dan Suhuf Musa adalah dalil dan sumber petunjuk serta syariat bagi kaum Yahudi. Taurat terbagi menjadi lima kitab yaitu: Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.

Taurat yang benar adalah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, di Tursina tahun 1571 SM, lalu menghilang, dan hanya Allah SWT saja yang mengetahui hikmahnya. Lalu setelah itu Allah menurunkan kitab Injil kepada nabi Isa AS, setelah berlalu ratusan tahun Injil baru ditulis, hingga pesan-pesan benar dari Allah dan nabi Isa AS hilang, kemudian diturunkan Al-Qur’an risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebaik-baik manusia, shalawat dan salam atasnya beserta para sahabatnya yang mulia. Dan Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan untuk manusia. Keberadan Al-Qur’an senantiasa dijaga Allah SWT, tidak mungkin berubah dan diselewengkan karena Allah tidak mengutus rasul-rasul lagi, dan risalah itu diberlakukan hingga hari kiamat. Dan hari kiamat itu sudah dekat dengan sebagian tandanya yaitu kesombongan Yahudi.

Kitab mereka sekarang ini bukan Taurat Musa yang suci, begitu mereka murtad dan kafir, Allah SWT melepaskannya dari hati mereka, karena mereka makhluk yang sangat durhaka. Ini pun tak terlepas dari peran tukang-tukang sihir mereka yang memerankan kepalsuan dengan mengarang Taurat palsu. Mereka menulis apa yang menurut mereka halal dengan perkara-perkara khurafat, dan bahan tertawaan secara berurutan. Setiap mereka selesai satu baris, datang orang setelahnya dan merubah serta mengoreksi Taurat, maka tak heran setelah beberapa masa ada sekelompok penyusun Taurat menurut bisikan hawa nafsu kebodohan dan kekafiran mereka.

Bukti itu semua adalah adanya kesalahan yang terjadi dalam sejarah, akidah kebobrokan moral, pertentangan, dan kebodohan. Oleh karena itu seorang filosof Perancis bernama Mourice Bucail menggambarkan dalam kitabnya : Ilmu Pengetahuan, Al-Qur’an, Taurat serta Injil dalam pernyataannya:

“Sesungguhnya abad yang lalu ada sekelompok pengarang sastra yang menghasilkan karya kira-kira dalam  sembilan abad, kelompok tersebut merubah nash-nash dengan pendapat manusia bertahun-tahun lamanya”.
                                                                                                                                             
Laki-laki ini adalah sosok moderat, yang mencari kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan, akal serta perbandingan agama, tanpa penyelewengan, penghinaan dan pembangkangan. Manusia manapun bila membaca Taurat, maka ia akan mendapati kekafiran, kebodohan dan pertentangan. Yang menyebabkan tudingan bahwa itu bukan lah Taurat Musa Rasul Ulul Azmi. Ternyata Yahudi telah menghilangkan bekas peninggalan dalam bahasa Arab, yang jumlahnya mencapai setengah juta dari peninggalan tersebut ditangan mereka. Ketika terbukanya kedok para pengarang Taurat tersebut. Taurat mereka ditulis dengan pena yang berbeda dalam kurun waktu dan tempat yang berbeda pula. Kisah–kisah tentang modernisasi bangsa Yahudi,  tidak jauh berbeda dengan Taurat terdahulu. Dan Taurat Yahudilah yang mengklaim diri sebagai Taurat suci dan murni.

Hingga akhirnya berbicaralah seorang penulis Yahudi Artsaroben menyatakan:

“Sesungguhnya dasar-dasar sejarah akidah bangsa Yahudi telah tertulis dalam syariatnya Azra dan Nahemiya sekitar 400 tahun SM, kemudian dirubah dan digantilah syariat tersebut pada abad-abad setelahnya menyesuaikan ambisi zionis”.

Allah berfirman:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (البقرة79)

Artinya :“Maka celakalah  orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu berkata: “Ini dari Allah (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga yang murah. Maka celakalah mereka, Karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka apa yang mereka perbuat”. (QS. Al-Baqarah:79)

Al-Quran menjelaskan bagaimana kaum Yahudi hobi mengubah-ubah kitab suci mereka, sehingga tidak diketahui lagi mana wahyu yang asli dan mana yang merupakan tambahan mereka. Akibat pengkhianatan mereka terhadap kebenaran ini, maka mereka juga menyesatkan kaum lainnya yang mengikuti mereka.  Hingga kini diakui oleh para pengkaji agama Yahudi, bahwa masalah besar dalam mengkaji Kitab Yahudi (Bibel Yahudi – yang oleh orang Kristen disebut sebagai ‘Perjanjian Lama’) adalah masalah keotentikan (original) teks-teks Bibel tersebut. Yakni membedakan, mana yang asli dan mana yang sisipan. Th.C. Vriezen, dalam bukunya, Agama Israel Kuno (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 2001), menulis:



“Ada beberapa kesulitan yang harus kita hadapi jika hendak membahas bahan sejarah Perjanjian Lama secara bertanggung jawab. Sebab yang utama ialah bahwa proses sejarah ada banyak sumber kuno yang diterbitkan ulang atau diredaksi (diolah kembali oleh penyadur). Proses penyaduran turun-temurun itu ada untung ruginya. Salah satu keuntungannya ialah bahwa sumber-sumber kuno itu dipertahankan dan tidak hilang atau terlupakan. Namun, ada kerugiannya yaitu adanya banyak penambahan dan perubahan yang secara bertahap dimasukkan ke dalam naskah, sehingga sekarang sulit sekali untuk menentukan bagian mana dalam naskah historis itu yang asli (original) dan bagian mana yang merupakan sisipan.”

Richard Elliot Friedman, dalam bukunya, Who Wrote the Bible, (New York: Perennial Library, 1989), juga menulis: “It is a strange fact that we have never known with certainty who produced the book that has played a central role in our civilization.” Jadi, menurut Friedman, adalah hal yang ajaib bahwa kaum Yahudi-Kristen sebenarnya tidak pernah tahu dengan pasti, siapa yang menulis kitab mereka. Padahal, kitab itu sudah begitu memainkan peran sentral dalam peradaban mereka. Bahkan, Kitab Torah (Five Book of Moses, yakni Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan) dikatakan Friedman sebagai salah satu teka-teki paling kuno di dunia (It is one of the oldest puzzles in the world).

Mudah-mudahan kita semuanya senantiasa diselamatkan Allah, agar tidak terjebak dalam pola pikir dan jalan orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdub alaihim). Berikut ini adalah contoh bentuk-bentuk ayat Bible (Taurat) yang tidak pernah diekpos dan mengundang pertanyaan, benarkah ini firman Allah, atau perubahan yang ditulis para Yahudi tersebut:

1.  Pelecehan Alkitab (Bibel) kepada Tuhan: Tuhan menyesal

Kejadian 6:5  Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan   manusia besar  di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, 6:6 maka menyesal-lah   TUHAN  , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.Tuhan lelah kepayahan dan kecapaian (Keluaran 31: 17) ” Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh IA BERHENTI BEKERJA UNTUK BERISTIRAHAT.”

2.  Pelecehan terhadap Nabi. Bagaimana mungkin seorang nabi yang suci yang menyuruh menyembah Allah justru menyesatkan kaumnya agar menyembah patung.

Nabi Harun membuat dan menyembah patung emas (Keluaran 32:2-4) Keluaran 32:2-4, Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting  emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.” 32:3 Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepadaHarun. 32:4 Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu  tuangan  .  Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu,  yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!  “

3.   Nabi Sulaiman (Salomo) tidak taat kepada Tuhan karena lebih mencintai 700 istri dan menyimpan 300 gundik (I Raja-raja 11:3)

 Tidak mungkin seorang Nabi dan Rasul rakus perempuan dan menjauhkan Tuhan: “Ia (Nabi Sulaiman) mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN”, dan masih banyak lagi. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan dan penyelewengan dalam Taurat yang dilakukan para Yahudi tsb.(Bersambung…).

Penulis: DR. Muqoddam Cholil, MA

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kehancuran bangsa Yahudi menurut Al-Qur’an, Hadis, Taurat dan Fakta Terkini."

Post a Comment