Seperti halnya manusia, induk katak juga memiliki perilaku merawat anak-anaknya. Begitu telaten mereka menjaga telur-telur hingga menetas dan menjadi berudu. Bahkan, induk katak dari berbagai jenis memiliki beragam cara yang unik untuk menjaga agar berudu-berudu keturunan mereka tetap bertahan hidup.
Katak adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di setiap benua, kecuali Antartika.
Lingkungan hidupnya pun beragam. Ada yang hidup di padang pasir, hutan, padang rumput, bahkan di Himalaya dan Andes, yang ketinggiannya melebihi 16.500 kaki (5.000 meter). Walau demikian, kebanyakan katak dapat ditemui di wilayah-wilayah tropis.
Pada dasarnya katak berkembang biak dengan bertelur dan pertumbuhan berudu. Setelah dikeluarkan oleh induk betinanya, telur-telur itu menetas menjadi berudu, lalu lama kelamaan berudu tumbuh menjadi katak.
Dalam masa perkembangan antara menetasnya telur hingga berkembangnya berudu menjadi katak, anak-anak katak ini membutuhkan penjagaan induknya untuk dapat bertahan hidup.
Di Kostarika, ada katak jenis “Panah Beracun” yang sangat sabar mengawasi dan menunggu telur-telur yang akan menetas. Sang katak sampai rela menunggui calon anaknya itu selama 10 hingga 12 hari.
Dengan usaha yang luar biasa, berudu yang baru lahir memanjat dan menempel di punggung induknya dengan erat sehingga terlihat menyatu. Kemudian sang induk memanjat sejenis pohon dan meletakkan anaknya ke dalam bunga yang ada di pohon itu.
Bunga itulah tempat hidup baru untuk berudu. Induk katak memilihkannya karena bunga tersebut berbentuk seperti piala, menganga dan berisi air.
Cukup aman untuk pertumbuhan berudu. Tahukah anda bahwa sang induk yang begitu telaten merawat telur dan memindahkannya setelah menetas adalah katak Panah Beracun jantan? Pada jenis lain, induk betina atau kedua induklah yang melakukannya.
Karena tidak terdapat makanan di perairan tersebut, sang induk sering menempatkan telur-telurnya yang belum dibuahi di dalam bunga tersebut untuk katak-katak yang baru lahir tadi. Berudu memakan telur-telur ini, yang kaya akan protein dan karbohidrat.
Ada lagi katak “Gladiator”. Untuk melindungi keluarganya, katak-katak jantan mereka dilengkapi dengan jalu, semacam jepitan di ibu jarinya, yang digunakan untuk menyobek kulit katak jantan lain yang mengganggu.
Di Afrika, katak kecil Nectophyrne afra jantan membuat “kolam” dari lumpur yang diisi air di pinggiran danau atau pada sungai berarus lambat. Katak ini membuat lapisan tipis di permukaan air agar telur-telur dapat menempel sendiri. Dengan cara ini, telur dapat berada di permukaan air untuk menghirup oksigen.
Sayangnya, jika ada getaran kecil akibat gerakan katak lain atau capung yang melewatinya, selaput ini mudah rusak dan menenggelamkan telur ke dasar air sehingga akan membuat telur-telur mati karena kekurangan oksigen. Karenanya induk katak berusaha melindungi anak-anaknya dengan memukulkan kakinya ke air untuk menambah aliran oksigen melalui selaput telur.
Jenis lain, ada yang disebut katak “Kaca” karena bentuknya yang bening. Katak Kaca tidak mengawasi telurnya. Allah mengilhamkan cara lain kepada katak ini. Mereka meninggalkan sekelompok telur di bebatuan dan tumbuhan pada danau tropis atau sungai-sungai. Ketika telur tersebut menetas, berudu langsung jatuh ke air.
Adalah katak Rheobatrachus silus, contoh dari rancangan sempurna ciptaan Allah yang memiliki cara berkembang biak yang luar biasa. Katak betina Rheobatrachus menelan telur-telurnya setelah dibuahi, bukan untuk memakannya, melainkan untuk melindunginya.
Berudu yang menetas tetap berada dan tumbuh di dalam lambung selama enam minggu pertama sejak menetas. Bagaimana mungkin mereka dapat tetap berada di dalam perut induknya begitu lama tanpa tercerna?
Suatu sistem yang sempurna telah diciptakan untuk memungkinkan mereka melakukan itu. Pertama, sang induk berpuasa selama enam minggu, yang berarti lambung dikhususkan hanya untuk berudu. Meskipun demikian, bahaya lainnya adalah pelepasan asam hidroklorat dan pepsin secara teratur di dalam lambung.
Zat-zat kimia tersebut tentu akan segera membunuh anak-anak katak ini. Sekalipun begitu, hal ini tercegah karena suatu alat yang sangat khusus.
Cairan di dalam lambung induk dinetralkan oleh zat seperti hormon prostaglandin E2, yang mula-mula dikeluarkan oleh cangkang telur dan kemudian oleh berudu. Oleh sebab itu, berudu tumbuh dengan sehat, meskipun mereka berenang di kolam asam.
Bagaimana berudu makan di dalam lambung yang kosong? Pemecahannya pun sudah dipikirkan pula. Telur jenis ini begitu besar dibanding telur jenis lainnya, karena telur ini mengandung kuning telur yang sangat kaya akan protein, yang cukup untuk memberi makan berudu selama enam minggu.
Waktu kelahiran pun dirancang sesempurna mungkin pula. Kerongkongan katak betina membuka seperti halnya vagina hewan menyusui selama melahirkan. Ketika katak muda muncul, baik kerongkongan maupun lambung katak betina akan kembali normal dan katak betina pun mulai makan kembali.
Mungkinkah semua hal di atas ada dalam kehidupan katak karena peristiwa alamiah belaka? Mampukah katak memperoleh segala kesempurnaan sistem perkembangbiakannya dengan sendirinya, atau karena warisan nenek moyangnya, dan tanpa tampur sengaja kekuatan lain di luar alam ini, sebagaimana pandangan teori evolusi? Jawabannya adalah mustahil.
Semua hal di atas adalah pertanda yang jelas bahwa makhluk hidup telah diciptakan oleh Allah dan diarahkan dengan naluri yang diilhamkan-Nya kepada mereka. Untuk itulah manusia diseru agar meneliti dengan seksama ciptaan Allah di alam:
Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (QS. Al Jaatsiyah, 45:4)
(insight-magazine)
0 Response to "Keajaiban Katak, Berenang di Kolam Asam"
Post a Comment