Oleh: Turgut Alp Boyraz*
Sekitar 10.000 warga Somalia yang mengungsi ke Suriah 25 tahun lalu, kini telah menjadi pengungsi untuk kedua kalinya dalam satu generasi. Mereka memilih Turki sebagai negara persinggahan keduanya.
Setelah melarikan diri dari perang saudara di negerinya yang kemudian dinilai sebagai negara yang gagal selama dua puluh tahun, kini mereka harus mengungsi lagi dari Suriah yang dilanda konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Fatima Muhammad Abd
Fatima Muhammad Abd berusia 60-an, adalah salah seorang dari ribuan pengungsi Somalia dari Suriah yang tinggal di Ankara, menurut lembaga bantuan Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH) Turki.
IHH mengatakan, jumlah pengungsi Somalia sebenarnya sekitar tiga kali lebih tinggi dari angka yang ada.
Ibu dari empat anak itu sekarang tinggal di sebuah rumah kumuh tiga kamar di lingkungan berpendapatan rendah di pinggiran ibu kota Ankara dengan tiga putranya yang berusia dua puluhan.
"Kami tinggal di Suriah sejak tahun 2004 dan semuanya baik-baik saja, sampai kelompok oposisi berubah menjadi konflik berdarah dua tahun lalu," kata Abd kepada wartawan Anadolu Agency yang mengunjungi rumah dan keluarganya di lingkungan Altindag.
Suriah adalah tempat tinggalnya selama sepuluh tahun, keluarganya menetap di sana dan anaknya memiliki pekerjaan yang baik di kedutaan Somalia di Damaskus.
"Setelah konflik meletus, kondisi di Suriah menjadi benar-benar buruk. Tidak ada pekerjaan, tidak ada sekolah dan bahkan tidak ada roti untuk hidup. Tidak ada lagi yang aman di sana," kata Abd mengingat pengalamannya di Suriah sebelum dia dan keluarganya melarikan diri delapan bulan yang lalu.
Dia mengatakan, hanya satu anaknya yang bekerja dan dia menanggung seluruh keluarga dari sepuluh orang. Anaknya bekerja sebagai penerjemah dari bahasa Arab ke Turki. Mereka bertahan hidup dengan gajinya dan juga mendapatkan makanan dari badan amal Turki untuk bertahan hidup.
Anaknya itu juga menanggung hidup adiknya, Hirda Awil Jama (35), yang juga melarikan diri dari Suriah delapan bulan lalu.
Jama tinggal di lantai pertama dari gedung yang sama bersama enam anak- anaknya, semua berusia di bawah delapan tahun.
"Suami saya kehilangan pekerjaannya di Suriah dan melarikan diri untuk kembali ke Somalia. Saya sendiri dengan keenam anak saya di Turki, bergantung pada bantuan dari yayasan kemanusiaan dan komunitas lokal," kata Jama.
Seorang pengusaha lokal bernama Habibullah Orhan, memberikan bantuan setiap hari untuk pengungsi Somalia yang tinggal di Ankara. Abd menganggapnya sudah seperti anak sendiri.
"Dia melihat kami. Kami semua bergantung pada bantuan dan tetangga lain," kata Abd.
Orhan mengatakan, dua penyewa rumah miliknya adalah warga Somalia dan satu warga Suriah, dan dia membiarkan mereka tinggal di sana secara gratis.
Orhan mengatakan, dia bukanlah satu-satunya orang yang membantu warga Somalia di Ankara. Perkiraannya ada 400 keluarga di tempat itu.
"Masyarakat setempat memberikan bantuan kepada mereka. Yayasan juga memberi mereka batubara setiap tiga bulan sekali. Mereka semua hidup dalam kondisi tidur yang sangat buruk dan benar-benar tergantung pada bantuan," kata Orhan.
Abdurrahman Husein
Pengungsi Somalia lainnya, Abdurrahman Husein (22), tinggal di lingkungan yang sama dalam dua kamar kosong bersama adiknya dan seorang kerabat.
"Saya belajar teologi di salah satu universitas Damaskus, tapi saya harus meninggalkan semuanya dan pindah keTurki setahun yang lalu," kata Husein.
Jika dia beruntung, dia bisa mendapatkan pekerjaan yang langsung dibayar dan cukup untuk menutupi sewa bulanannya sebesar 170 lira.
"Saya tidak punya pekerjaan tetap. Setiap kali bos memanggil saya, saya pergi bekerja di toko furniture. Kadang-kadang dia tidak menelepon selama berminggu-minggu," kata Husein.
Dia hanya mendapat 200 lira seminggu jika dia cukup beruntung menemukan pekerjaan. Adiknya bernama Ahmad Hamid (17), sedang menuntut ilmu di sebuah sekolah bahasa Turki.
"Dia tidak punya pekerjaan. Jadi, saya harus merawatnya juga," kata Husein. "Orang tua kami yang pulang ke Somalia, juga dalam kondisi yang buruk," katanya.
Husein yang fasih berbahasa Turki mengatakan, ada sekitar 150 keluarga Somalia yang tinggal di lingkungan terdekat.
"Konflik Suriah mengubah hidup saya jadi terbalik dan sekarang saya harus membangun kembali hidup saya di sini, di Turki," tambahnya.
Jamila Mohammad
Dalam rumah sewa lainnya yang berkamar tiga, pengungsi lain bernama Jamila Mohammad, tinggal bersama delapan orang.
Jamila adalah ibu dari tiga remaja yang tinggal bersama ibunya (70-an) dan tiga sudara kandungnya serta tiga kerabatnya, salah satunya penyandang cacat.
Mereka meninggalkan Somalia menuju Suriah pada akhir 1990-an, mereka mengungsi lagi dari Suriah ke Turki dua tahun yang lalu.
"Saya punya pekerjaan di Suriah dan anak-anak saya pergi ke sekolah. Sekarang, kami benar-benar bergantung pada bantuan kemanusiaan dari tetangga warga Turki dan badan amal kemanusiaan. Saya harus membayar sewa apartemen 150 lira per bulan. Di sini sangat sulit mencari nafkah karena saya tidak punya pekerjaan," kata Jamila.
Dia menjelaskan, salah satu kerabatnya yang tinggal bersamanya, Abdullah Hassan, tidak mampu berjalan. Dia mengatakan bahwa mereka harus menjaganya juga.
"Ketika saya sedang bekerja secara ilegal di Arab Saudi, saya tertabrak mobil. Sejak saat itu, saya tidak bisa berjalan. Pemerintah Saudi mendeportasi saya dan istri saya. Kami tidak punya tempat kecuali di Turki," Hassan mengisahkan.
Istri Hassan, Maryam Ahmed mengatakan, aturan tentang imigran di Arab Saudi terlalu ketat.
"Saya menghargai Turki yang memungkinkan kami untuk tinggal di sini sebagai pengungsi," katanya.
Beberapa kerabat mereka yang masih tinggal di Arab Saudi ikut membantu mereka, tapi itu tidak cukup.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
*) Wartawan Anadolu Agency yang diterjemahkan oleh Rudi Hendrik MINA.
0 Response to "SEPENGGAL KISAH PENGUNGSI SOMALIA ASAL SURIAH DI TURKI"
Post a Comment