Karbala. Akhirnya tibalah AlHusain dan keluarga serta para pengikutnya yang masih setia bersamanya disebuah tempat yang bernama Karbala.Setibanya ditempat itu,datanglah pasukan Umar bin Sa’ad dan langsung mengepung mereka dengan pasukan berkuda.Melihat situasi genting seperti ini,AlHusain kemudian mengambil insiatif jalan damai dengan Umar bin Sa’ad.
Keduanya lalu berdialog dan berunding mencari jalan damai.AlHusain radhiyallahu’anhu memberitahukan kepada Umar bin Sa’ad bahwa beliau datang ke Kufah bukan atas kemauannya sendiri namun atas permintaan Kaum Syiah Kufah seraya menunjukkan beberapa bukti akan hal tersebut berupa surat-surat Kaum Syiah Kufah yang didalamnya tercantum lafaz baiat dan nama-nama Kaum Syiah yang membaiat dan memanggilnya untuk ke Kufah.Mengetahui hal tersebut,Umar bin Sa’ad mengirimkan surat kepada Ibnu Ziyad yang berisi :
(Bismillaahirrahmanirrahim…amma ba’du…Sesungguhnya aku telah berada disebuah tempat dimana AlHusain berada…lalu aku bertanya padanya tentang apa yang menyebabkan ia datang (Ke Kufah) dan apa yang hendaknya ia minta (dariku),maka iapun menjawab : ((PENDUDUK DAERAH INI ( Kaum Syiah Kufah) TELAH MENGIRIMKAN SURAT-SURAT KEPADAKU,JUGA UTUSAN-UTUSAN MEREKA TELAH MENDATANGIKU UNTUK MEMINTA AGAR AKU MENDATANGI MEREKA (di Kufah),SEBAB ITU AKUPUN MELAKUKANNYA,NAMUN JIKA TERNYATA MEREKA TELAH MEMBENCIKU,DAN TELAH NAMPAK DARI MEREKA HAL YANG MENYELISIHI ISI SURAT BAIAT MEREKA KEPADAKU,AKU AKAN MENINGGALKAN MEREKA (Kaum Syiah Kufah))
Ketika surat ini sampai kepada Ibnu Ziyad,ia membalasnya dengan menulis : (Bismillahirrahmanirrahim…amma ba’du..suratmu telah sampai kepadaku,aku telah paham apa yang engkau sebutkan,maka tawarkanlah AlHusain dan semua pengikutnya agar membaiat Yazid bin Mu’awiyah,kalau mereka telah melakukannya,maka kami akan melakukan perkara sekehendak kami (kepada AlHusain dan pengikutnya)
Membaca isi surat ini,Umar bin Sa’ad merasa bahwa Ibnu Ziyad tidaklah menginginkan keselamatan atas AlHusain radhiyallahu’anhu dan para pengikutnya.Kemudian Umar bin Sa’ad kembali mengirim surat kedua kalinya kepada Ibnu Ziyad memberitahukan padanya bahwa ketegangan yang sempat terjadi dengan AlHusain telah berubah stabil,dan kata damai telah disepakati,tinggal menanti keputusan Ibnu Ziyad selaku pimpinan pasukan tertinggi (lht ; Tarikh Ath Thabary : 6/430).
Setelah membaca surat ini,Ibnu Ziyad hampir saja menyetujui perdamaian yang ditawarkan AlHusain dan membiarkan AlHusain dan pengikutnya melanjutkan perjalanan ke Damaskus untuk menjumpai Khalifah Yazid,tapi berdirilah Syamr bin AlJausyan -seorang syiah- yang ternyata tidak setuju dengan pendapat Ibnu Ziyad ini seraya berkata : (Hal yang benar adalah engkau meminta kepada AlHusain agar tunduk kepada hukum dan keputusanmu agar engkau menjadi orang yang bisa menguasai dan menunudukannya) (lihat : Tarikh Ath Thabary : 6/430-431)
Cat: ( Sumber Rujukan Kaum Sunni dan Syiah sama-sama menyepakati bahwa Syamr bin Dzi AlJausyin ini pada mulanya adalah salah seorang pendukung Ali radhiyallahu’anhu dan merupakan salah seorang Syiah,namun ia dan Kaum Syiah melakukan pengkhianatan dan penistaan terhadap AlHusain radhiyallahu’anhu ).
Mendengar saran orang syiah ini,Ibnu Ziyadpun memerintahkan Umar bin Sa’ad agar AlHusain wajib tunduk dibawah hukum dan keputusannya.Ini pertanda bahwa jika Ibnu Ziyad memutuskan pembunuhan atau penangkapan AlHusain maka beliau wajib taat terhadap hukum tersebut.Ini merupakan saran paling keji dan sebuah pengkhianatan,keluar dari lisan orang terkeji dan sang pengkhianat,Syamr bin AlJausyan –seorang syiah-.semoga ia diberikan oleh Allah ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya. ‘
Demi mendengar keputusan Ibnu Ziyad tersebut,AlHusain dengan keras menentangnya dan berkata : (Tidak,Demi Allah aku tidak akan pernah tunduk dibawah hukum dan keputusan Ubaidullah bin Ziyad)
Dengan sambil menyiapkan peperangan yang beliau telah yakini akan terjadi,beliau berkata kepada para sahabat dan pengikutnya : (Sekarang kalian tidak lagi terikat dengan ketaatan padaku,maka pergilah kalian)
Akan tetapi para pengikut beliau telah berazam untuk terus bersama beliau sampai titik darah mereka yang penghabisan demi mencapai syahadah disisi Allah ta’ala. Karena upaya Jalan damai kedua belah pihak terhalangi oleh saran jahannam sang pengkhianat (Syimr),akhirnya kini kedua belah pihak tengah bersiap untuk sebuah pertempuran besar. Disaat yang genting itu juga,pasukan Umar bin Sa’ad yang terdiri dari banyak Kaum Syiah melarang kafilah AlHusain yang terdiri dari beberapa pasukan,kaum wanita dan anak-anak untuk mengambil air sungai Eufrat untuk keperluan minum. (Hiqbatun min At Tarikh : 132 dan Tarikh Ath Thabary : 6 : 342 dan 346 )
Ketika pertempuran semakin mendekat,AlHur bin Yazid AtTamimy berkata kepada Umar bin Sa’ad : (Semoga Allah memperbaiki (akhlakmu),Apakah engkau sungguh akan memerangi orang ini (AlHusain)?
Umar bin Sa’ad yang takut menyelisihi perintah Ibnu Ziyad menjawab : (ya,demi Allah,saya akan memeranginya…)
Mendengar penuturan Umar bin Sa’ad tersebut,AlHur langsung memacu kudanya menuju pasukan AlHusain radhiyallahu’anhu untuk bergabung dengan mereka sambil berteriak kearah Kaum Syiah yang telah mengkhianati baiat AlHusain dan kini tergabung dalam pasukan Umar bin Sa’ad : (Wahai Penduduk Kufah (Syiah) ,celakalah kalian,apakah kalian tega meminta AlHusain mendatangi kalian (sebagai pemimpin kalian),namun ketika beliau datang,kalian malah membiarkannya (terhina dan terbunuh) !? sebelumnya kalian telah bersumpah baiat untuk setia membelanya, namun kini malah kalian memusuhinya dan akan memeranginya !? Lalu kalian melarangnya untuk pergi menempati luasnya bumi Allah yang mana sampai anjing dan babipun tidaklah terlarang untuk menempatinya !? Kalian juga telah melarang mereka untuk meminum air sungai Eufrat yang mana anjing dan babipun bebas meminumnya, padahal mereka sangat dahaga !? Sungguh keji perbuatan kalian (wahai Kaum Syiah) terhadap anak keturunan Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.Jika kalian tidaklah bertaubat dari amalan kalian pada hari ini, disaat sekarang ini,maka Allah tidak akan pernah memberikan kalian minuman pada hari kehausan yang maha dahsyat kelak (hari kiamat))
Lantaran perbuatan dan ucapannya tersebut, Kaum Syiah dan para sahabatnya yang berada dibawah komando Umar bin Sa’ad lantas mencela dan mencemoohnya namun ia hanya menimpalinya dengan ucapan : (Demi Allah,aku telah memilihkan diriku antara surga dan neraka,dan demi Allah aku tidak akan pernah memilih selain surga walaupun sampai aku dibunuh atau dibakar (hidup-hidup)) (Tarikh Ath Thabary : 6/355-356).
MENDUNG DILANGIT KARBALA
Jum’at pagi,10 Muharram 61 H (Hari Asyura’).Kini kedua belah pihak sudah siap berperang. Pasukan AlHusain terdiri dari 32 pasukan berkuda dan 40 pasukan pejalan kaki.Dengan jumlah yang sangat sedikit ini beliau mengatur strategi perangnya dengan menempatkan Zuhair bin AlQain sebagai komandan disayap kanan, Habib bin Madzhahir sebagai komandan disayap kiri, dan bendera perang diserahkan kepada Al’Abbas bin Ali.Adapun kemah-kemah keluarga beliau yang terdiri dari para wanita dan anak- anak ,beliau tempatkan dibelakang pasukan agar mereka aman, beliau juga memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya dibelakang kemah-kemah agar pasukan Kufah yang jumlahnya ribuan tidak bisa menyerang mereka dari arah belakang,juga agar kaum wanita dan anak-anak dari kalangan Ahli Bait tidak terancam keselamatannya oleh pasukan Kufah yang memang populer dengan banyaknya pengkhianatan dan kelicikan mereka.
Sedangkan Umar bin Sa’ad juga tidak ketinggalan mengatur ribuan pasukannya demi mengawali sebuah pertempuran melawan 70an pasukan.Sungguh suatu pertempuran yang sama sekali tidak berimbang. Disayap kanan ia menempatkan ‘Amr bin AlHajjaj AzZabidy sebagai komandan, pada awalnya tempat ini dikomandoi AlHur bin Yazid AtTamimy namun karena ia telah bergabung dengan pasukan AlHusain,Umar bin Sa’adpun menggantinya dengan ‘Amr AzZabidy. Disayap kiri ia menempatkan tangan kanannya yang juga seorang syiah paling licik, Syamr bin Dzi AlJusyin yang saat itu turut hadir.Ia juga memerintahkan ‘Uzrah bin Qais AlAhmasy sebagai komandan pasukan berkuda, Syabt bin Rib’I ArRiyahi sebagai komandan pasukan pejalan kaki, dan menyerahkan bendera perang kepada hamba sahayanya yang bernama Dzuwaidan. (lihat : Tarikh Ath Thabary : 6/349).
Setelah kedua pasukan selesai mengatur strategi, dipukullah genderang perang.Hal itu ditandai dengan dimulainya duel satu lawan satu terlebih dahulu. Satu persatu pasukan Umar bin Sa’ad yang menentang adu kekuatan kalah dan terbunuh. Setelah itu berkecamuklah peperangan itu. Jumlah yang tidak mencapai ratusan yang mencoba menahan serangan ribuan pasukan adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk dimenangkan oleh pasukan AlHusain. Pada awalnya AlHusain tidaklah ikut dalam peperangan karena beliau sebagai komandan hanyalah mengatur pasukan,namun karena satu persatu pasukannya telah mulai terbunuh oleh serangan ribuan pasukan Umar bin Sa’ad, beliaupun turun tangan. Namun apalah daya,kini AlHusain tinggallah sendiri,semua pasukannya telah syahid. Walaupun tinggal sendiri beliau tetap memberikan perlawanan terhadap pasukan yang sangat banyak itu. Disisi lain, pasukan Umar bin Sa’ad sebenarnya tidak berani untuk maju menyerang jasad cucu kesayangan Rasulullah itu,mereka saling berpandangan satu sama lain seraya saling menyuruh siapa yang maju duluan untuk melawan AlHusain radhiyallahu’anhu.
Melihat keseganan teman-temannya terhadap AlHusain,berteriaklah pahlawan Syiah yang keji yang juga salah salah satu putera kerajaan Majusi Persia,Syamr bin Dzi Jusyin kepada para pasukan untuk segera membunuh AlHusain.
Sungguh sesuatu yang mengejutkan wahai Syamr.Dulu engkau bergabung dengan ayahnya,Ali..membaiat AlHusain..namun kini engkau telah memerintahkan pasukanmu untuk membunuhnya,.Makar apakah yang engkau dan sahabat-sahabatmu (Kaum Syiah) atur dan organisir sehingga AlHusain yang beberapa hari lalu kalian menampakkan ketaatan dan baiat kepadanya kini semuanya telah berubah setelah ia datang kepada kalian dalam kedaan lemah dan tidak berdaya !? Ini adalah tanda tanya besar dalam sejarah islam yang perlu nenek moyang kaum Syiah jawab, bukan hanya didunia…tapi juga diakhirat kelak dihadapan Allah ta’ala.
Mendengar teriakan Syamr tersebut,beberapa pasukan yang tidak kalah kejinya dengan Syamr semisal Zur’ah bin Syarik AtTamimy,Sinan bin Anas An Nakha’i,’Amr bin Baththar AtTaghliby, Zaid bin Raqadah AlHainy dan selain mereka,maju menyerang AlHusain radhiyallahu’anhu dengan dipimpin oleh syamr..Sebagai seorang mujahid dan ksatria sejati,AlHusain mencoba melawan para pasukan yang mengerumuninya dengan pedang.Namun sekuat apapun,jika menghadapi puluhan pasukan,hampir mustahil bisa mengalahkan mereka. Begitulah sunnatullah.
Hingga suatu waktu,Zur’ah berhasil menyabetkan pedangnya pada tubuh AlHusain,iapun terhuyung…dan saat itulah Sinan langsung mengarahkan pedangnya kedadanya,menusuk dada yang penuh takwa itu.Beliaupun terjatuh bersimbah darah.Melihat AlHusain telah menghembuskan nafasnya yang terakhir,datanglah Syamr sang pengkhianat keji mengarahkan pedangnya keleher beliau,dan seketika kepala beliau terputus dari jasadnya. innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. (lihat : Mawaaqif AlMu’aaradhah : 276 dan Tarikh Ath Thabary : 6/385)
Dengan terbunuhnya AlHusain, berakhirlah pertempuran tersebut. Lalu Umar bin Sa’ad memerintahkan pasukannya agar tidak memasuki kemah-kemah keluarga AlHusain yang terdiri dari para wanita dan anak-anak.Kemudian Umar bin Sa’ad mengirim keluarga AlHusain tersebut dan kepala beliau kepada Ibnu Ziyad di Kota Kufah. (Mawaaqif AlMu’aaradhah : 276 dan 277)
Sejarah mencatat bahwa pertempuran yang tidak berimbang itu menelan korban dikedua belah pihak sekitar 161 jiwa.Di Kubu AlHusain sekitar 73 jiwa syuhada’ termasuk Alhusain sendiri,sedangkan dikubu Umar bin Sa’ad sekitar 88 jiwa. (lihat : Ath Thabaqat : 5/386).
SYUHADA’ KARBALA
Syuhada Karbala…siapakah mereka ? Banyak buku-buku dan ceramah-ceramah yang tidak menyebutkan nama-nama Syuhada’ karbala,entah sengaja disembunyikan ataupun tidak…padahal nama-nama mereka ada dalam kitab-kitab sejarah islam baik versi sunni maupun syiah sendiri.
Dari kalangan Ahli Bait Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang syahid bersama AlHusain radhiyallahu’anhu terdapat sekitar 20an syahid.Rincian nama-nama mereka adalah sebagai berikut :
- Dari putera Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu :
1.Ja’far
2.Al-Abbas
3.Abu Bakr
4.Muhammad
5.Utsman
6.Umar.
- Dari putera AlHusain bin Ali radhiyallahu’anhuma :
1.Ali Al-akbar (kakak Ali Al-Ashghar yang lebih dikenal dengan nama Zainal’abidin)
2.Abdullah
3.Abu Bakr
4.Umar
- Dari putera AlHasan bin Ali radhiyallahu’anhuma :
1.Abdullah
2.AlQasim
3.Abu Bakr.
- Dari putera ‘Aqil bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu :
1.Ja’far
2.AbdurRahman
3.Abdullah
4.Muslim,yang terbunuh di Kufah.
- Dari putera Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu :
1.’Aun
2.Muhammad.
Sekedar membaca nama-nama mereka,akan muncul dibenak kita sebuah tanda tanya besar yang juga muncul dalam sejarah islam…kenapa Ali,juga AlHasan dan AlHusain radhiyallahu’anhum menamakan anak-anak mereka dengan nama Abu Bakr,Umar dan Utsman !?
Tentu jawabannya adalah ini menunjukkan betapa cintanya Ahli bait Rasulullah terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam khususnya terhadap 3 khalifah sebelum beliau (Abu Bakr,Umar dan Utsman radhiyallahu’anhum) sehingga beliau menamai putera-puteranya dengan nama mereka karena seseorang tidak mungkin menamai anaknya kecuali dengan nama-nama yang paling ia cintai.
Adapun yang syahid dari selain Ahli Bait,maka sebagian mereka diketahui dan sebagian yang lainnya tidaklah disebutkan oleh kitab-kitab sejarah maupun hadis.Diantara nama-nama mereka adalah :
1.AlHur bin Yazid AtTamimy yang rela memisahkan diri dari pasukan Umar bin Sa’ad demi membela AlHusain radhiyallahu’anhu
2. Zuhair bin AlQain
3. Habib bin Madzhahir dan selain mereka.
0 Response to " Mendung Di Langit Karbala: Di Balik Pengkhianatan yang Terselubung"
Post a Comment