Seorang saudagar dari Mosul, Irak, datang ke Cordoba tahun 350 H / 961 M, ia menggambarkan kota ini dengan perkataannya, “Kota di Andalusia yang paling besar adalah Cordoba. Di kawasan Barat tidak ada kota yang serupa dengannya dilihat dari sisi banyaknya penduduk dan luas daerahnya. Dikatakan bahwa Cordoba mirip dengan salah satu sisi Kota Baghdad atau bahkan mirip dengan Baghdad secara keseluruhan (Baghdad kota yang maju kala itu dan merupakan ibu kota Abbasiyah pen.). Kota Cordoba dibentengi dengan pagar tembok, dan terdapat dua pintu yang mengarah ke al-Wadi di ar-Rashafah yaitu tempat tinggal penduduk di dataran tinggi yang bersambung ke tempat tumbuh-tumbuhan lebat di dataran rendah.
Bangunan-bangunan yang padat mengelilinginya, sedangkan kota ini sendiri mengarah ke lembahnya. Di bagian atas lembah terdapat tempat yang sangat ramai dengan pasar dan aktivitas ekonomi lainnya. Adapun tempat tinggal masyarakat umum berada di daerah yang ditanami banyak pepohonan. Secara umum penduduk kota ini adalah orang-orang kaya dari kalangan pengusaha (Mu’jam al-Buldan, 4:324).
Penduduk Cordoba terkenal sebagai orang-orang mulia, para ulama, dan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi. Al-Idrisi mengatakan, “Cordoba tidak sepi dari tokoh-tokoh ulama, para pemimpin, dan pedagang-pedagang yang kaya raya. Mereka memiliki banyak harta, kendaraan-kendaraan yang bagus, dan cita-cita yang tinggi.” (Nuzhah al-Musytaq fi ikhtiraq al-Afaq, 2:752).
Al-Himyari mengatakan, “Cordoba merupakan pusatnya Andalusia, ibu kota, dan tempat istana kekhalifahan Bani Umayyah II. Jejak-jejak mereka di sana tampak jelas, keutamaan-keutamaan Cordoba dan khalifahnya lebih banyak disebut (karena sedikit cacatnya pen.). Mereka adalah tokoh-tokoh dunia dan orang-orang terpandang. Mereka terkenal dengan madzhab yang benar, tingkah laku yang baik, identitas yang bagus, cita-cita yang tinggi, dan akhlak yang terpuji. Di sana terdapat ulama-ulama yang ternama dan para pemimpin yang mulia (ar-Raudh al-Mi’thar fi Khabar al-Aqthar, Hal. 456).
Yaqut mengatakan, “Cordoba adalah kota besar di Andalusia yang letaknya ada di tengah-tengah. Ia seperti ranjang bagi Andalusia. Di sanalah tempat raja-raja Bani Umayyah tinggal, tempat bermukimnya orang-orang mulia, dan juga melahirkan orang-orang terpandang Andalusia (Mu’jam al-Buldan, 4:324).
Abu al-Hasan al-Bassam bercerita tentang Kota Cordoba. Ia mengatakan, “Cordoba merupakan akhir dari segala tujuan, markas negara, ibu kota, tempat orang-orang penting dan bertakwa, negeri orang-orang berilmu lagi pandai, jantung kawasan Andalusia, sumber yang memancarkan ilmu-ilmu, kubah Islam, tempat para imam, negeri yang dituju oleh orang-orang pintar dan para pelajar, dan lautan mutiara sumber inspirasi. Dari ufuknya muncul bintang-bintang dunia, tokoh-tokoh zaman, dan para sastrawan. Alasan mereka diutamakan daripada selainnya baik dulu maupun sekarang adalah karena Kota Cordoba merupakan tempat para peneliti dan ilmuwan segala bidang dan para sastrawan.
Secara umum, kebanyakan penduduk negeri ini, adalah orang-orang Arab terhormat dari kawasan Timur yang menaklukkannya. Keturunan mereka menetap di sana dan mewarisi tardisi-tardisi pendahulu mereka. Sehingga tidak ada satu daerah pun di kota ini sepi dari penulis yang mahir dan penyair ulung (adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah, 1:33).
Ibnu al-Wardi menerangkan tentang Kota Cordoba dan penduduknya dalam kitab Kharidah al-Aja’ib. ia mengatakan, “Penduduknya merupakan tokoh-tokoh terpandang di dunia dan orang-orang yang terdepan dalam hal baiknya makanan, pakaian, kendaraan (makmur pen.), dan cita-cita yang tinggi. Di sana terdapat figur-figur ulama, para pemimpin yang hebat, pasukan yang kuat, dan ahli strategi perang.” Kemudian setelah menjelaskan masjid dan jembatannya, ia mengatakan, “Keistimewaan kota ini lebih hebat dari kalimat-kalimat orang yang menjelaskannya.” (Kharidah al-Aja’ib wa Faridhah al-Ghara-ib, Hal. 12).
Itulah salah satu kota peradaban Islam yang telah berperan besar dalam memajukan perjalanan manusia dan memutar rodanya untuk terus melaju ke depan. Sebenarnya Kota Cordoba bukanlah satu-satunya yang berperan seperti itu. Jika kita berbicara tentang Baghdad, Damaskus, Kairo, Bashrah, dan kota-kota Islam lainnya, maka kita akan menemukan hal yang sama menakjubkannya atau mungkin lebih menakjubkan lagi.
Dari penjelasan tentang Kota Cordoba, mulai dari bangunan hingga tatanan masyarakatnya ini, mudah-mudahan tergambar bagi para pembaca bagaimana besarnya peradaban Islam, pembangunan fisik yang megah, kehidupan yang modern, namun tetap dibingkai dalam akhlak-akhlak terpuji dan nilai-nilai agama yang luhur. Inilah kemodernan yang terjadi pada umat Islam, kemodernan yang diimbangi dengan tingginya moral dan matangnya spiritual.
Sumber: Madza Qaddamal Muslimuna lil ‘Alam Ishamatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insaniyah oleh Raghib as-Sirjani
Artikel KisahMuslim.com
0 Response to "Cordoba Dalam Pandangan Ulama dan Sastrawan"
Post a Comment