Penyelenggaran acara ini di Indonesia sebagai negara Muslim terbesar patut mendapatkan sorotan dan kecurigaan. Ada apa di balik perhelatan ini. Jika, saja Miss World dibolehkan di Indonesia, itu acara ini mendapatkan legalitas dari sebagian besar umat Islam dunia.Hingga saat ini acara ini masih mendapatkan tentangan dan kecaman dari berbagai pihak di tubuh umat Islam.
Penolakan dari para tokoh dan lembaga Islam itu memang wajar, logis dan tepat, karena event Miss World – meskipun dibungkus dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan ada wacana bikini diganti kebaya – tetaplah bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, serta agama, budaya dan adat istiadat mayoritas bangsa Indonesia
Menurut, Abdullah al-Mustofa peneliti di ISFI (Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur Malaysia, Pengelola fanspage fb SBQ (Sukses Bersama Qur’an), Miss World dan segala ajang sejenis dari tingkat lokal hingga internasional semua mempunyai satu kesamaan, sama-sama menilai kecantikan wajah dan semua segi penampilan fisik wanita.
Barat dan mereka yang mengekor Barat menjadikan dan memperlakukan penampilan fisik wanita sebagai komoditas. Kontes-kontes kecantikan seperti Miss World dan Miss Indonesia adalah contoh yang jelas menunjukkan hal tersebut.
Kontes-kontes semacam itu meskipun mengklaim tidak sekadar menilai para pesertanya dari segi penampilan fisik saja tapi juga dari segi kepribadian dan kecerdasan, namun tetap mementingkan penampilan fisik.
Mustahil jika kontes-kontes tersebut sama sekali tidak mementingkan penampilan fisik karena terbukti sejak proses perekrutan peserta. Yang layak menjadi peserta adalah wanita-wanita yang berpenampilan fisik yang menarik dan bagus.
Itulah sebagian fenomena di zaman edan ini yang merendahkan wanita. Tapi Barat dan mereka yang silau kepada Barat termasuk sebagian kaum Islam mengangap sebaliknya.
Mereka menganggap fenomena tersebut menghargai dan memuliakan wanita serta menjadikan wanita berharga dan mulia. Itu adalah racun yang mematikan tapi dianggap madu. Mereka yang tidak mengatakan dan tidak menganggap itu madu dianggap tidak waras. Sedangkan Islam yang sesungguhnya adalah madu dianggap racun. Mereka yang tidak mengatakan dan tidak menganggap itu racun dianggap tidak waras. Tidak berlebihan jika dikatakan jaman ini jaman edan. Itu tak lain dan tak bukan disebabkan oleh mass brainwashing yang sengaja dilakukan Barat dengan dibantu oleh para pembantunya.
bagi Mustafa, ada banyak dalil naqly (dalil al-Qur’an dan al-Hadits) dan ‘aqly (logis) yang menunjukkan Islam sangat memuliakan wanita. Salah satu dalil naqly adalah:
Dalam riwayat Aisyah ra bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah.saw dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah saw berpaling darinya dan berkata :
“Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan.” (HR. Abu Daud dan Baihaqi)
Ketentuan di atas menunjukkan adanya sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam batas aurat dan ketentuan berpakaian. Batas aurat bagi wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Sedangkan ketentuan berpakaian bagi wanita adalah pakaian harus longgar, tidak transparan dan tidak tipis.
Perbedaan ini bukan untuk merendahkan wanita dan memperlakukannya secara tidak adil. Sebaliknya hal itu menunjukkan Islam menghargai, menghormati dan memuliakan wanita, serta mendudukkan wanita pada posisi yang sangat tinggi dan mulia. Mengapa demikian?
Secara logika, dengan memenuhi ketentuan menutup aurat sesuai syar’i membuat seorang wanita tidak kelihatan bentuk dan kondisi tubuh, serta bentuk dan warna rambutnya. Hal ini mendorong dan menciptakan kondisi di mana wanita tidak termotivasi untuk berusaha mencapai dan mendapatkan penghargaan dari pihak lain, menilai dan menghargai dirinya sendiri dari, serta berlomba-lomba dalam segi pemampilan fisik, tapi dari segi selain itu, yakni kecerdasan, kepribadian, kualitas pribadi, ketakwaan, prestasi dan amal saleh.
Kondisi ini tidak terbatas berlaku bagi wanita yang bersangkutan saja. Namun juga berlaku bagi wanita lainnya, pria, orang-orang di sekitarnya dan masyarakat dalam lingkup terkecil seperti keluarga dan lingkup yang luas seperti negara. Semua pihak tersebut akan menilai dan menghargai wanita bukan dari segi penampilan fisik, tapi dari segi lainnya yang antara lain meliputi kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) dan prestasi mereka.
Selain itu, di balik Miss World, menurut Mustafa ada agenda tersembunyi semua ajang sejenis, berbagai hiburan dan tontonan yang diproduksi Barat dan para pembantunya ada udang di balik batu (hidden agenda) berupa mass brainwashing (cuci otak besar-besaran) yang diagendakan Barat untuk menanamkan worldview dan isme-isme yang dianutnya ke dalam otak sebanyak mungkin warga dunia. Worldview Barat adalah sekular-liberal. Isme-isme Barat di antaranya materialisme, liberalisme, pluralisme, humanisme, feminisme dan pragmatisme.
Untuk mendukung agenda cuci otak besar-besaran tersebut, Barat dibantu oleh para “robot-robot” yang berasal dari warga pribumi termasuk dari kalangan Muslimin. Di antara para “robot” yang berkartu identitas Muslim itu adalah mereka yang menyebut diri mereka sebagai kaum liberal. Mereka tidak cukup masuk kedalam dan menggunakan bidang studi Islam – dengan memakai metodologi keilmuan dari Barat dan Kristen dalam melakukan pembacaan dan penafsiran yang baru dan nyleneh terhadap Al-Qur’an dan Hadits -., tapi mereka juga masuk kedalam dan menggunakan bidang politik, pendidikan, sosial dan budaya.
Dalam bidang politik, di Indonesia mereka masuk kedalam partai politk-partai politik, DPR dan atau melobi anggotanya, masuk ke dalam Kementrian Agama dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengarus-utamaan Gender dan Tim Penyusun Counter Legal Draft KHI, dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dalam pendidikan, mereka memasukkan worldview dan isme-isme Barat kedalam pesantren dan kedalam kurikulum dan buku-buku pegangan mulai pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi Islam maupun umum. Dalam bidang sosial antara lain mereka mempromosikan kebebasan wanita dalam menentukan orientasi seksual, untuk menikah atau tidak, menikah dengan sesama jenis kelamin, untuk tidak menyusui anak, dan mentalak suami. Dalam bidang budaya antara lain mereka mempromosikan kebebasan wanita dalam berpakaian dan berekspresi.
Mereka yang telah menjadi korban cuci otak tidak mengherankan berpikir, berpendapat, bersikap dan bertindak liberal (bebas). Bebas dari Tuhan dan dari nilai-nilai ajaran yang dibuat-Nya. Satu bukti sederhana yang dengan mudah bisa dilihat di TV, di jalan-jalan dan di tempat-tempat umum seperti tempat berbelanja hingga di desa-desa adalah semakin banyak kalangan perempuan Indonesia dari anak-anak hingga dewasa, baik yang beragama Islam maupun lainnya yang berpakaian tapi telanjang seperti memakai baju ketat, baju you can see, rok mini, celana ketat dan celana pendek. Masyarakat pada umumnya tidak ketinggalan juga terkena imbas cuci otak sehingga menganggap biasa, bahkan layak, baik dan benar wanita yang berpakaian tapi telanjang.
Sedang contoh kehidupan sebagian masyarakat Indonesia yang telah menjadi korban cuci otak yang berkaitan dengan Miss World dan ajang lain sejenisnya adalah tidak sedikit gadis-gadis Indonesia yang bermimpi terpilih sebagai Miss World, Miss Indonesia, atau gelar-gelar lain sejenis. Hal itu terbukti ketika event-event seperti itu akan diselanggarakan selalu tidak sepi dari peminat. (atb/voaislam)
0 Response to "Mass Brainwashing Agenda Terselubung di Balik Miss World "
Post a Comment