Kata milyuner-milyarder-trilyuner adalah sunnah yang makin asing terdengar saat ini. Padahal dahulu ketika Abu Bakar ra. berniat membebaskan Bilal ra. dari perbudakan, Umaiyah bin Khalaf mmematok harga 9 uqiyah emas. Dengan segera Abu Bakar ra. langsung menebusnya. Untuk diketahui 1 uqiyah emas senilai 31,7475 gr gram emas, atau setara dengan 7,4 dinar emas. Jika harga 1 dinar emas sekarang adalah sebesar Rp. 2.370.000, berarti dana yang dikelurkan Abu Bakar ra. adalah sebesar Rp. 157.842.000,- (9 x 7,4 x Rp. 2.370.000 ).
Kemana Milyuner Muslim Kini?
Setiap kali Palestina (Gaza) diserang, kaum muslim sedunia berdemo, para ulama pun menyerukan BOYCOTT seluruh produk yang turut mendanai Zionis-Israel. Mulai dari stasiun TV, hingga paha ayam, minuman bersoda, dll.
Namun, efektivitas seruan itu hanya sebatas seruan yang tertulis di iklan-iklan atau hadir di seminar-seminar, konferensi, muktamar, dan diskusi-diskusi ilmiah. Sedangkan di tataran nyata, ayamnya Om Kentucky tetap laris. Pasta gigi-roti-komputer-HP-bioskop-samphoo-bahkan air minum dalam kemasan tak pernah berkurang pelanggan.
Bahkan lucunya, di beberapa konferensi penegakan Syariah-Khilafah atau muktamar anti Israel, para pembicaranya disuguhi minuman yang sepatutnya diboycott.
Mengapa itu semua terjadi?
1. Para penyeru boycott adalah ulama-kiai-asatidz yang bukan saudagar produsen produk. Ingat, para ulama dahulu adalah saudagar dan produsen produk atau minimal bisa menghimpun SDM yang mampu membuat produk berkualitas.
2. Produk alternatif tidak tersedia.
Psikologi konsumen sangat erat dengan motivasi, persepsi, dan kepercayaan. Sebagai contoh: jika masyarakat awam diajak untuk memboikot produk pasta gigi yang biasa ia gunakan, maka bisa dibayangkan susahnya ia meninggalkan kebiasaannya. Terlebih jika produk tersebut ada hubungan dengan status sosial tertentu. Apalagi jika produk alternatif tidak tersedia.
3. Milyuner Muslim tidak memiliki spirit perjuangan.
Perjuangan dakwah Rasul dibackup para milyarder. Sosok Umar bin Khaththab ra. lain lagi. Dalam Kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, karangan Ibnu Abdil Barr, dijelaskan bahwa Umar ra. telah mewasiatkan 1/3 hartanya yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi nilai 120.000 (dinar atau dirham). Jika dengan nilai sekarang, setara dengan Rp. 284,4 Milyar (dinar) atau Rp. 8,1 Milyar (dirham).
Demikian yang dicontohkan Utsman bin Affan ra. Saat Perang Tabuk, beliau menyumbang 300 ekor unta, setara dengan nilai Rp. 3 Milyar, serta dana sebesar 1.000 Dinar Emas, yang setara dengan Rp. 2,37 Milyar. Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh, Utsman ra. masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu: 30.500.000 dirham (setara dengan Rp. 2,05875 Trilyun) dan 100.000 dinar (setara dengan Rp. 237 Milyar).
Malah Abdurrahman bin Auf ra. ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas atau setara dengan Rp. 3,5 Milyar.
Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah, atau setara dengan nilai Rp. 118,5 Milyar.
Dari Ayyub (As-Sakhtiyani) dari Muhammad (bin Sirin), memberitakan ketika Abdurrahman bin Auf ra. wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan dari 1/8 warisan sebesar 30.000 dinar emas. Hal ini berarti keseluruhan istri-nya memperoleh 120.000 dinar emas, yang merupakan 1/8 dari seluruh warisan.
Dengan demikian total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurrahman bin Auf ra, adalah sebesar 960.000 dinar emas, atau jika di-nilai dengan nilai sekarang setara dengan Rp. 2,2752 Trilyun.
Bagaimana Perjuangan Muslim Kini?
Milyuner Muslim bukan tidak ada. Di beberapa negara teluk, mulai dari Saudi, Qatar, UAE, Kuwait para milyuner berkumpul. Hanya saja, hobi para milyuner ini tidak lepas dari 5 M Madat Madon Minum Main Mamer... yaitu madat (menghisap candu), madon (suka melacur), minum (mabuk minuman), main (ingat klub sepakbola yang didanai negara-negara Teluk, ingat salah seorang Pangeran Saudi yang mati oleh penjudi), Mamer (memamerkan harta kekayaan di saat Al-Aqsha dan kaum muslim dihinakan).
Belum lagi pemborosan. Bulan lalu sebuah mobil mercedez benz seharga 46 milyar, terjual 9 buah yang diborong oleh para milyuner di negara-negara Teluk.
Bulan Februari 2010, seorang milyuner UAE membeli nomor mobil seharga 26 milyar rupiah. Juga ada yang membeli seekor unta seharga 18 milyar rupiah. Belum belanja klub-klub sepakbola dari mulai Barcelona, Malaga, Manchaster City, hingga klub-klub Jerman.
Bagaiaman Strategi Boikot yang Ampuh?
Perang melawan Yahudi, bukan perang jangka pendek. Tapi ia perang hingga akhir zaman, sampai ambisi Yahudi mengangkangi dunia tercapai.
Gerakan boikot produk pro Zionis-Israel ini telah banyak digelorakan. Tapi kita melihat terjadi pasang-surut dalam pelaksanaannya di lapangan. Sebagian kita banyak tersadar kembali, hanya ketika Palestina kembali bergejolak. Selain itu, kita mungkin banyak yang larut kembali dengan rutinitas tren global yang yahudi-istik.
Lalu strategi apa yang paling efektif?
1. Menjadi milyarder dan menguasai saham selurh perusahaan yang wajib diboikot.
Ini sesuai dengan sunnah Rasul. perang lewat ekonomi merupakan sunnah Nabi saw. dalam melawan musuh-musuh Islam. Strategi ini pernah dilakukan Nabi terhadap Yahudi Bani Nadhir yang khianat. Sikap khianat komunitas Yahudi ini bahkan telah kelewat batas: berniat membunuh Nabi saw.
Rasulullah saw. bersama mujahidin kemudian mengepung benteng Bani Nadhir. Pengepungan berlangsung hingga enam hari. Beliau juga memerintahkan untuk memotong dan membakar pohon korma mereka. Sebagai strategi untuk melemahkan posisi mereka. Berkat itu, Yahudi Bani Nadhir kemudian menyerah dan diusir keluar Madinah.
Strategi yang sama pernah pula ditempuh pasukan Nabi terhadap Bani Tsaqif. Teknik perang ini sebagaimana diceritakan kembali Ibnul Qayim di Zaadul Ma’ad (III/440).
Dalam As-Sunanul Kubra oleh Imam Bayhaqi (18031), dikutip kisah Tsumamah bin Atsal yang memboikot kafir Quraisy terhadap gandum yang bersumber dari Yamamah, kampungnya. Boikot ini dia lakukan sebagai bentuk perlawanannya kepada kafir Quraisy yang memusuhi Rasulullah saw.
Boikot ini ternyata efektif. Sikap Tsumamah akhirnya memaksa kafir Quraisy memohon belas kasihan kepada Nabi saw., agar beliau menghentikan tindakan Tsumamah.
Pertanyaannya: Berapa persen milyarder muslim saat ini? Berapa persen dari mereka yang memiliki spirit 'izzul Islam wal Muslimin?
2. Membuat produk alternatif dengan kualitas dan kuantitas produk yang teruji dan mengungguli produk-produk yang sejak lama ada.
Ingat Mie Sedaaap? Ia mampu merangsek naik dan menyaingi produk-produk Indomie yang sejak lama ada. Sayangnya keduanya tidak dimiliki milyuner Muslim haraki.
Memproduksi produk-produk alternatif merupakan kewajiban. Karena dalam setiap perintah dan larangan, Allah telah menyiapkan alternatif pengganti. Jangan sampai perilaku kita hanya sekedar caci-maki, celaan, atau antipati tanpa pernah mampu memberikan alternatif solutif dari setiap permasalahan yang ada.
Contoh:
Babi HARAM => Solusinya berlimpah: sapi, kerbau, ayam, dan masih banyak lagi.
Khamar HARAM => Solusinya sangat banyak: juice, teh, dll.
Kaidah Ushul Fiqh berlaku: Maa Laa Yatimmul Waajibu Ilaa bihi Fahuwa Waajibun. Sesuatu yang menjadi tolok ukur terlaksananya satu kewajiban, maka ikut menjadi wajib adanya.
Pertanyaannya: Berapa persen produk yang sekarang beredar dan kita gunakan adalah benar-benar produk muslim yang dijamin halal?
3. Memberikan tau'iyah (penyadaran) kepada umat tentang pentingnya produk-produk keumatan.
Kampanye negatif sangat tidak dianjurkan. Yang terbaik adalah: memberikan bimbingan kepada umat tentang kehati-hatian menggunakan produk-produk non halal atau halalnya diragukan. Baru setelah itu kita jelaskan hubungan produk dengan kolonialisme.
Namun hal ini musykil dilakukan dengan ketiadaan poin 1 dan 2 di atas.
Kesimpulan
1. Kesadaran membangun basis ekonomi di kalangan umat, belum sebesar tingkat konsumsi akan produk yang sudah mencapai titik konsumtif dan hedonis.
2. Kebangkitan umat baru terlihat di tataran kibaran bendera dan kegaduhan di kancah perdebatan, tanpa sedikitpun terlihat di lapangan nyata. Konsep keagungan Syariat, tidak diiringi dengan kejayaan kita sebagai pengusung Syariat.
3. Ulama dan umat Islam masih "abai" dengan masalah ekonomi. Terbukti kajian Fiqh Ekonomi tidak semarak kajian Fiqh Ibadah. Oleh karena itu, yang terjadi saat ini adalah: Kita anti riba, tapi produk-produk yang kita gunakan adalah produk riba. Kita anti penjajahan, tapi kita malah menjadi pengedar produk-produk kolonialis.
Maka jangan heran, jika 90 % percetakan kitab Suci Al-Qur'an saja dikangkangi non Muslim.
Maka jangan heran, jika saat Ramadhan, peraih keuntungan terbesar adalah non Muslim.
Maka jangan kaget, jika saat haji, semua produk-produk haji dibuat dan didapat dari negara-negara non Islam.
Mengapa? Karena kita hanya sibuk dalam kegaduhan, berkerumun dalam gerombolan, dan sibuk berkonferensi untuk menentukan konferensi berikutnya.
Wallahu A'lam
0 Response to "Menyiapkan Milyuner Muslim Haraki"
Post a Comment