Sebut saja al-akh A, beliau setiap hari hampir jarang ada di kamarnya. Berangkat pagi hari habis sholat Subuh, kemudian sore pulang sebentar untuk ngambil sesuatu dan mandi, kemudian pergi lagi dan pulang sampai larut malam, itupun tidak setiap hari beliau pulang. Belum lagi kalo pas hari libur atau sedang kosong, tiba-tiba ada panggilan dakwah, maka beliau langsung pergi lagi walaupun jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Itu cerita tentang si A.
Lain lagi dengan teman sekamarnya al-akh B, beliau paling sering kelihatan di rumahnya, atau lebih tepatnya di kamarnya, atau lebih pasnya lebih sering kelihatan tidurnya. Pagi berangkat kuliah sebagaimana biasa, dan siang pulang kemudian di rumah terus sampai esoknya lagi, kecuali satu hari saja untuk 'aktivitasngaji' di rumah seorang ustad.
Perbedaan yang sangat frontal ini konon mendapat perhatian yang cukup serius dari ikhwah lainnya yang tinggal sekontrakan dengan mereka berdua. Akhirnya, walaupun keduanya bukan dari tanah Batak, mereka sepakat memberi nama marga di belakang nama mereka yang satu Simatupang untuk al-akh A, yang berarti 'Siang-malam tunggu panggilan' karena aktivitas dakwahnya yang begitu padat. Sedangkan untuk al-akh B diberi gelar Situmorang, yang berarti 'Si ikhwan tukang molor doang !".
0 Response to "Simatupang dan Situmorang"
Post a Comment