Tapi saya kemudian mencoba berpikir, lalu terbetiklah dibenak saya hal-hal berikut:
Pertama. Jangankan di film ini, dalam Kitab Suci mereka sekalipun, para nabi dan rasul telah menjadi bulan-bulanan dengan prilaku yang tidak manusiawi. Nabi Daud disebut menyeleweng dengan isteri prajuritnya yang tengah berperang membela agama. Nabi Sulaiman dengan imajinasi wanita-wanita cantik. Nabi Luth yang menghamili putri sulungnya, dan seterusnya. Jadi perilaku ini memang menjadi bagian dari ‘kejiwaan’ atau bahkan ‘iman’ mereka.
Kedua. Ini semakin menguatkan keyakinan kita akan kebenaran Al Qur’an bahwa ‘istihzaa’ (pengolok-olokkan) Rasul dan penentangan kepada cahaya Allah itu bersifat abadi. Ingat kata: “yuriiduuna li yuthfiuu..” menggambarkaan bahwa upaya-upaya seperti ini berketerusan. Apapun umat lakukan saat ini, tidak akan menghentikan upaya-upaya ini. Dari Salman Rushdie, kartun Nabi di Denmark, pembakaran Al-Qur’an, hingga yang ini, hanya bukti kebenaran Al Qur’an.
Ketiga. Pembuatan film yang sangat ‘tidak profesional’ ini menggambarkan bahwa cara-cara yang rasional tidak lagi mampu menghentikan laju pergerakan da’wah Islam. Sehingga dengan sendirinya, film ini merupakan bukti ‘keputusasaan’ terhadap perkembangan da’wah Islam yang semakin bersinar di berbagai penjuru dunia, bahkan di masyarakat yang paling ‘hostile’ sekalipun.
Keempat. Mereka tahu bahwa orang-orang Islam sekarang ini mengalami masa ‘emosi mental’ yang tinggi karena berbagai hal, antara lain, konflik internal dan eksternal, khususnya di Timur Tengah dan Asia Selatan. Dengan sengaja mereka menyulut emosi itu lalu dijadikan justifikasi bahwa Islam memang mengajarkan ‘kemarahan dan kekerasan’. Di sini, umat harus mampu mengendalikan diri dan bersikap sebaliknya. Dengan ini mereka akan semakin sakit hati…
Pada akhirnya, satu hal yang perlu disadari umat ini adalah bahwa setiap ‘aksi dan reaksi’ yang kita ambil dalam menyikapi apapun akan memiliki dampak kepada Islam/Muslim itu sendiri. Oleh karenanya, mari belajar untuk lebih pintar, arif, dan dewasa dalam melihat dan menyikapi berbagai hal, termasuk film tersebut. Wallahu a’lam!
Muhammad Syamsi Ali, M.A (Imam Islamic Center of New York)
http://islampos.com/memahami-pesan-film-innocence-of-muslim/
mereka tidak tahu betapa agungnya pribadi Manusia yang bernama Muhammad SAW, sehingga ajarannya merupakan pencerahan kepada umat manuia yang mau berpikir, ... semoga Allah selalu melindungi Agama Islam dan Rasulnya amin, dan melindungi seluruh umat islam dari segala propaganda kaum durhaka,..
ReplyDeleteSetuju sekali...sebagai umat islam, bukan hak kita untuk menghakimi sesorang.yang pasti bagaimana kita supaya lebih dekat dengan Allah SWT dan selalu mengilhami isi Al-Quran di setiap kehidupan kita. Sesungguhnya terjadi ini semua karena kehendak-Nya dan tidak terjadi ini pula karena kehendak Allah SWT..Perbaiki diri secara konsisten....amin
ReplyDeletesetuju bgt, biarkn Allah yg membls smwny, krna sesungguhny Allah maha mengetahui mna yg bnr n salah, gal bgmn crny Qt sbgai mnusia muslim menanggapi hal tsbt.
ReplyDeletesetuju akhi izin tuk di copy tuk dipublikasikan lagi
ReplyDeletesetuju akhi.....izin copy tulisannya buat mahasiswa sy..
ReplyDeletesesungguhnya film IOM merupakan ujian akan kesabaran umat islam.wajar klo kita semua marah dan mengecam.tapi klo kita boleh mengandai andai,jika rasullulah masih hidup sekarang ini.beliau pernah diludahi,dicaci,difitnah.apakah beliau akan marah?insyAllah rasul ga akan marah.tapi umatlah yg marah.boleh marah tapi sungguh bijak klo kita bisa meniru sifat rasullah.
ReplyDelete