Diplomat RI di Moskow, Rusia
Berbicara tentang Rusia bagi sebagian besar kita adalah bicara tentang sebuah kegelapan, warna hitam, keburaman dan hal-hal lain yang bersifat "keengganan". Masa komunisme menyisakan sejarah kelam hingga jet Sukhoi dan satelit Telkom-3 yang mengalami kegagalan. Namun tanpa disadari, di Rusia terdapat sejuta keindahan.
Sebuah fenomena unik dan sangat layak untuk diketahui oleh bangsa Indonesia. Bukan hanya karena muslim Indonesia adalah penduduk mayoritas, namun semangat juang dan banyak nilai yang perlu dipahami. Pengalaman adalah guru terbaik.
Dari perspektif sejarah, Islam datang di Rusia pada abad ke-7 M di sebuah kota bernama Derbent. Banyak teori tentang ini, namun sebuah kuburan Sahabat Nabi Muhammad saw di kota tersebut dan sebuah masjid di sana menguatkan sebuah bukti sejarah. Di daerah yang hingga kini penduduknya mayoritas Islam ini, masih ada beberapa orang yang menyatakan memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad via Sahabat yang meninggal di sana. Tidak pernah terbayangkan saya akhirnya dapat bertemu dengan "cicit" nabi di Rusia.
Islam mengambil kekuasaan pertama kali di daerah Volga di bawah seorang raja dari wilayah Asia Tengah, Mongolia, yaitu Berke Khan pada abad ke VIII. Dialah raja pertama yang memeluk Islam sufi dan mendalami ajaran ini di daerah Bukhara. Inilah cikal bakal dari Kesultanan Kazan (1438-1552) di mana Islam menjadi agama negara. Islam di Rusia lebih tua dari Islam di Indonesia dan lebih tua dari Kristen Ortodoks di Rusia. Islam adalah bagian sejarah Rusia yang tidak mungkin terpisahkan.
Sebelum Kristen Ortodoks dipilih oleh Tsar (raja Rusia) sebagai agama resmi, Islam sempat ditimang-timang sebagai agama negara. Namun karena Islam mengharamkan babi dan minum alkohol yang sudah menjadi tradisi lama suku Rusia maka, Islam kemudian ditolak sebagaimana Yahudi, Katolik dan Budha. Inilah mengapa sampai saat ini kita bisa memahami mengapa Islam merupakan mayoritas kedua di negeri Beruang Putih (bukan merah lagi).
Islam bersama agama lain di Rusia sempat mengalami stagnasi 74 tahun dibawah kekuasaan komunis. Revolusi Bolschevic adalah sebuah awal dari malapetaka bagi peradaban Islam. Masjid yang berjumlah kisaran 10 ribu di seantero negeri hancur dan hanya sisa 100-an. Buku-buku agama dibakar, imam dikejar-kejar. Dakwah sebuah kemuskilan. Agama lain juga mengalami kejadian serupa, gereja Ortodoks terbesar, Khram Krista Spasitelya, dirobohkan dan kemudian jadi kolam renang terbuka terbesar di dunia.
Selama satu generasi agama digerus mesin politik, namun ternyata iman tidak bisa enyah. Inilah sebuah keajaiban, keunikan dan kenyataan. Jumlah umat Islam bukan menyurut, tapi bertambah. Ternyata iman yang ada dalam dada tetap membuncah walau bedil setiap hari diacungkan. Dakwah bawah tanah selama rezim komunis ampuh rupanya. Ketika perestroika dan glasnost muncul, Islam kembali muncul dan kini jumlahnya diperkirakan 25 juta, 18 persen dari populasi Rusia, atau nyaris sama dengan penduduk Malaysia dan Saudi Arabia.
Memang, karena ada gap pembelajaran Islam selama 74 tahun, maka pengetahuan Islam masyarakat Rusia tidak semaju di Indonesia. Masyarakat Islam disana nyaris mirip muslim Indonesia tahun 1960-an yang masih abangan dan kadang banyak membicarakan tentang perbedaan mazhab. Inilah mengapa, idealnya mereka belajar agama Islam di Indonesia. Selain Islam berkembang pesat disini, Indonesia sama dengan Rusia dalam multikultur, multietnis dan multireligi.
Kini, di Rusia, Islam mulai berkembang cukup pesat baik dalam hal demografis maupun kehidupan kemasyarakatan. Pada saat umat Ortodoks mengalami penurunan jumlah, kemudian mematik isu bahwa dalam 50 tahun kedepan Islam akan jadi mayoritas. Wallahu a'lam bisawab.
Moskow saat ini menjadi kota dengan 2 juta muslim, atau kota terbesar penduduk muslimnya di Eropa. Di hampir semua kota, orang Islam tumbuh bagai cendawan di musim hujan. Beberapa wilayah malah saat ini hampir seratus persen berpenduduk Islam. Orang Islam bahkan banyak yang manjadi anggota parlemen, gubernur, milyarder dan aneka profesi lainnya.
Organisasi keislaman juga tumbuh subur. Sekarang ada lebih dari 300 organisasi kemasyarakatan yang menginduk pada tiga pusat (Moskow, Ufa, Dagestan). Mereka dipimpin oleh kyai yang dinamakan mufti. Tidak hanya itu, selain mengurusi soal ibadah khusus dan pembangunan masjid, mereka sudah mulai merambah kegiatan bisnis. Ada yang mengeluarkan sertifikat halal, halal expo, MTQ internasional dan juga muslim fashion show.
Masjid di Rusia saat ini diperkirakan sudah hampir kembali sebelum terjadinya Revolusi Boschevic atau pada kisaran 7 ribu. Jumlah jamaah haji sudah melebihi kuota atau 35 ribu. Universitas Islam yang besar ada di 4 tempat. Madrasah sudah menjadi bagian dari masjid. Dan orang kaya Islam mulai menyembul.
Meski belum sampai pada titik ideal, yang jelas muslim Rusia mulai menggeliat. Sebuah awal yang tidak dapat dianggap enteng oleh siapapun. Harus jadi perhatian Pemerintah Rusia bila ingin Rusia maju. Dan harus dijadikan teman Indonesia bila ingin meraup manfaat di masa datang.
Selamat Idul Fitri, maaf lahir dan batin
0 Response to "Tunggu Saja Waktunya!"
Post a Comment