Perumpamaan Dalam Al-Qur'an : Nyamuk Dan Sesuatu Di Atasnya

Ketika membicarakan sesuatu seringkali, Allah, di dalam Al-Qur'an menggunakan perumpamaan. Ketika membicarakan orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, Allah mengumpamakan dengan kebun yang menghasilkan buah berlipat-lipat (Q.S 2:265) atau ketika membicarakan orang yang riya, Allah mengumpamakan dengan batu yang ditimpa hujan lebat yang menghanyutkan apa yang tadi ada pada batu tersebut (Q.S 2:264), dan lain sebagainya. Ketika Allah membuat sesuatu sebagai perumpamaan, pasti selalu ada hikmah dibalik itu, yang menjadi peneguh iman bagi mereka yang beriman, sebagaimana yang diungkapkan pada surah Al-Baqarah (2) ayat 26 :

[2:26] Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik
Di sini Allah secara spesifik membuat perumpamaan berupa nyamuk. Tapi dari ayat di atas, tidak disebutkan "nyamuk" tersebut mengumpamakan apa ? Apa yang ingin Allah katakan dengan memberi perumpamaan nyamuk ? Sesuatu yang sepertinya tidak dijelaskan dalam ayat di atas.

Mari kita lihat awal surah Al-Baqarah (2) ayat 26 di atas. Dikatakan "inna l-laha la yastahyi an yadhriba matsalan maa ba'udhatan famaa fawqahaa fa-amma l-ladziina aamanu faya'lamuuna annahu l-haqqu min rabbihim", yang artinya secara kata per kata adalah, "sesungguhnya Allah tidak malu untuk mengambil perumpamaan berupa nyamuk dan sesuatu diatasnya sebagaimana orang-orang yang beriman, sehingga mereka tahu bahwa itu benar dari Tuhan mereka".

Catatan : "fa" dalam bahasa arab memiliki banyak arti. Dapat menjadi partikel konjugasi "dan","maka", sebagai prefix pelanjut "sebagaimana", ataupun sebagai partikel yang menyatakan hasil "sehingga", tergantung kata dan kalimat yang mengikutinya.

"ba'udhatan famaa fawqahaa" artinya adalah "nyamuk dan sesuatu di atasnya". Jadi ayat di atas menyatakan bahwa nyamuk memiliki sesuatu "di atasnya" yang menyerupai sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang dalam hal ini diumpamakan sebagai "orang-orang yang beriman". Mengapa demikian? Karena dalam ayat ini, Allah memisahkan orang-orang beriman dengan orang-orang yang kafir, dimana orang-orang yang beriman dikatakan bahwa mereka yakin bahwa itu adalah benar dari Allah, tapi orang-orang yang kafir meragukan dan mempertanyakan hal itu. Tapi istilah "orang-orang yang beriman" maupun "orang-orang yang kafir" dalam hal ini mengacu kepada "manusia".

Kembali kepada pernyataan di atas yang menyatakan "sesuatu di atasnya (nyamuk) sebagaimana orang-orang yang beriman", professor Robert dari University of Bristol Inggris, di dalam diskusi mengenai nanoteknologi di Edinburgh International Science Festival pada tanggal 8 April 2006, sebagaimana yang disebutkan di web Bioscience for the future "http://www.bbsrc.ac.uk/news/archive/2006/060331-pr-nanohearing.aspx" dan  "http://web2.stmaryssen-h.schools.nsw.edu.au/site/rick/Biology%20web%20site/HSC_9_5%20communications/Hearing%20in%20insects/hearing_in_insects.html", menyatakan :
Mosquitoes hear through their antenna and this comprises around 15,000 sensory cells, as many as in the human ear. We have found that just like humans, mosquitoes have the capacity for active hearing. This means that they can generate their own vibrations to amplify incoming sounds and improve the sensitivity of their hearing. They are able to stop this positive feedback when sounds create enough vibration on their own. How the mosquito does this is poorly understood but if we can gain a better understanding it could open up the way to developing tiny sensors, robust enough to work in a range of acoustic environments but able to detect nanoscale sounds at frequencies of human interest.”
Nyamuk mendengar melalui antena mereka yang mana terdiri dari 15000 sel sensorik, sama dengan yang dimiliki telinga manusia. Juga seperti manusia, nyamuk memiliki kemampuan pendengaran yang aktif, dimana mereka dapat membuat getaran sendiri untuk mengatur suara yang datang dan meningkatkan sensitivitas pendengaran mereka. Dengan mempelajari indera pendengaran nyamuk, diharapkan dapat dibuat mikrofon yang lebih baik yang mampu menangkap suara yang sangat pelan (nanoscale sound) sekalipun.

Ya, "sesuatu yang berada di atas sang nyamuk" dalam hal ini adalah antena-nya, yang memilik sel sensorik sebagaimana yang dimiliki manusia. Sesuatu yang baru ditemukan di abad ke-21 ini, telah dinyatakan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an.

Selain itu  "ba'udhatan" yang berarti nyamuk, merupakan kata benda bentuk feminin, sehingga mengindikasikan bahwa nyamuk rumah yang sering dijumpai manusia di lingkungannya, terutama yang diketahui sebagai "nyamuk" pada saat ayat ini diturunkan 15 abad yang lalu, adalah nyamuk betina. Jika fakta yang menyatakan bahwa nyamuk betina-lah yang menghisap darah manusia, yang banyak terbang di dalam rumah-rumah manusia, sedangkan nyamuk jantan menghisap nektar dan sari bunga, baru diketahui beberapa puluh tahun ini, maka Al-Qur'an telah menyebutkannya secara tersirat 15 abad yang lalu.
[2:26] ... Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik ...

Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Perumpamaan Dalam Al-Qur'an : Nyamuk Dan Sesuatu Di Atasnya "

  1. Wow, keren gan. Ane baru tahu nih.... Semoga Allah SWT memberi Anda barokah melalui tulisan yg bermanfaat ini

    ReplyDelete