“Apanya yang aneh ustadz?” tanya Arif penasaran.
“Tidakkah antum perhatikan disekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa...”
“Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum kemasjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami...” Kata Pak Ustadz.
Tanpa banyak tanya, Arif melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, Arif bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.
Belum setengah perjalanan, Arif berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya”
“Aduh, tumben nih rapih banget, kayak pak ustadz, mau kemana sih ? tanya ibu muda itu.
Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz diatas, menjadi sesuatu yang lain rasanya;
“Kenapa orang yang hendak pergi ke Masjid dengan pakaian rapih dan memang semestinya seperti itu ditumbenin ?
Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan ngasih makan anaknya ditengah jalan, ditengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja ?
Kenapa orang ke Masjid dianggap aneh..??
Orang yang pergi ke Masjid akan terasa “aneh” ketika orang-orang lain justru tengah asyik nonton sinetron.
Orang ke Masjid akan terasa “aneh” ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol dipinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang ke Masjid terasa “aneh” ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor kehujanan.
Ketika hal itu arif ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, “Kamu akan banyak menjumpai “keanehan-keanehan” lain disekitarmu..” , kata Pak Ustadz.
“Keanehan-keanehan” disekitar kita..??
Cobalah ketika kita datang ke kantor, kita lakukan shalat sunnah dhuha, pasti akan nampak “aneh” ditengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan ngobrol.
Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa “aneh”, karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh ditengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat diakhir waktu.
Cobalah berdzikir atau tadabur al qur’an ba’da shalat, akan terasa aneh ditengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya tidak silau dan nyaman.
Orang yang mau shalat malah serasa menumpang ditempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang ditempat shalat.
Aneh bukan..??
Cobalah shalat jum’at lebih awal, akan terasa aneh, karena Masjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah kedua menjelang selesai.
Cobalah antum kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh ditengah-tengah kiriman artikel yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu dan test..test, test saja.
Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang “aneh” selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari’at dan tata nilai serta norma yang benar.
Jangan takut “ditumbenin” ketika kita pergi ke Masjid, dengan pakaian rapih, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al Qur’an (Al A’raf:31)
Jangan takut dikatakan “sok alim” ketika kita lakukan shalat dhuha dikantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul gak karuan.
Jangan takut dikatakan “sok rajin” ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa*). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Annisaa:103) *
Jangan takut untuk shalat jum’at di shaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah...
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (1475), yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (AlJumu’ah:9)
Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al qur’an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan...
*Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah*, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
” Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?” (Fusshilat:33)
Jangan takut jika artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita.
Kalau sekali kita menyampaikan, sekali kirim artikel lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, habis donk ladang amal kita….
Jangan malu menulis status di FB yang berisi tausiyah, tentang kebenaran, ilmu yang bermanfaat, jika memang hal itu bertujuan untuk kebaikan.
Kalau nulis status tentang keluh kesah, marah-marah, humor setiap hari kita bisa kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat, aneh nggak sih..??
Jangan malu dibilang sok alim ketika engkau memakai pakaian takwa yang menutup aurat, bukankah yang seharusnya malu adalah mereka yang mempertontonkan aurat mereka.
Jangan malu dibilang gak laku, karena kau tidak punya pacar, bukankah pacaran itu hukumnya haram. Yang seharusnya malu adalah mereka yang hobi melakukan zina dan perbuatan asusila.
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, sok tahu, sok alim, lha wong itu yang disuruh kok, “sampaikan dariku walau satu ayat...”
Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.
Lakukan “keanehan-keanehan” yang sesuai dengan syari’at. Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur’an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral...
Lagi pula kenapa kita harus takut disebut “orang aneh” atau “manusia langka”, jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita...
Lebih baik dikira aneh oleh manusia daripada aneh menurut Allah, bener gak
Sahabatku selamat jadi orang aneh ya
Assamu'alaikum Ustad Ismail,
ReplyDeleteWalaupun saya sering mengkritisi tulisan anda, namun saya tau anda seorang ilmuwan yg luar biasa.
Terima kasih atas ilmunya yang selalu dibagi kepada sesama.
Wassalam
Ijin copas
ReplyDelete