Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah mengirim satu ekspedisi militer, yang diantara mereka ada seseorang yang biasa dipanggil Hudair. Tahun itu adalah tahun paceklik dan kekurangan makanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memberikan bekal kepada mereka semua, sementara beliau lupa memberikan bekal kepada Hudair. Namun, Hudair tetap berangkat dengan sabar dan mengharapkan ridha Allah.
Hudair berada di barisan paling belakang sambil tiada henti mengucapkan kalimat ” La ilaha illallah wallahu akbar wal hamdu lillah wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah “. Dia berkata, “Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini wahai Tuhanku”. Hudair tak berhenti mengucapkannya.
Ibnu Umar menuturkan, Jibril lalu mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam dan berkata kepada beliau, ” Sesungguhnya Rabb-ku mengutusku kepadamu, untuk mengabarkan kepadamu bahwa engkau telah memberikan bekal kepada rekan-rekanmu, sementara engkau lupa memberikan bekal kepada Hudair. Dia berada di barisan paling belakang sambil mengucapkan ” La ilaha illallah wallahu akbar wal hamdu lillah wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah “. Dia juga berkata, “Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini wahai Tuhanku”.
Jibril berkata lagi, “Perkataannya itu merupakan cahaya baginya pada Hari Kiamat , yang ada diantaranya langit dan bumi. Karena itu kirimlah bekal untuknya”.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam lalu memanggil seorang Shahabat, dan mengutusnya untuk membawakan bekal kepada Hudair serta memerintahkan agar dia terus mengucapkan dzikir itu ketika bekal sudah diterima. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bertitah kepada utusan itu, agar menyampaikan pesan kepada Hudair, ” Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menyampaikan salam kepadamu dan beliau lupa memberikan bekal kepadamu. Beliau berpesan, Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengutus Jibril kepada beliau dan mengingatkan beliau tentang dirimu, dan memberitahukan keadaan serta posisimu “.
Ketika utusan itu dapat menyusulnya, Hudair sedang mengucapkan dzikir tersebut. Dia mendekati Hudair dan berkata, ” Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menyampaikan salam kepadamu dan mengutusku untuk menyerahkan bekal ini kepadamu. Beliau berpesan, bahwa beliau lupa terhadap dirimu. Jibril pun diutus dari langit untuk mengingatkan keberadaan dirimu “.
Hudair menjawab, “Segala puja dan puji bagi Allah serta shalawat atas Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam”. Setelah itu dia berkata lagi, Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa semesta alam karena Allah telah mengingat aku dari atas langit yang ketujuh dan dari atas ‘Arsy-Nya yang mengasihi rasa lapar dan kelemahan diriku. Ya Rabbi, sebagaimana Engkau tidak melupakan Hudair, maka buatlah Hudair tidak lupa kepada-Mu “.
Hudair pun terus mengucapkan apa yang diucapkannya hingga dia kembali lagi kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Beliau kemudian mendengarkan apa yang dikabarkan Hudair dan apa yang didengarnya. Setelah itu Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda, ” Sesungguhnya jika engkau menengadahkan kepala kelangit, tentu engkau akan melihat perkataan itu memilki cahaya yang terang diantara langit dan bumi “. (Shifat ash-Shafwah, jilid 1 hal.743)
Disalin dari buku ” AL-AKHFIYA’ “ Edisi Indonesia hal. 103-106 oleh Walid bin Sa’id Bahakam. Penerbit: Daun Publishing, dengan sedikit penambahan kata dari admin.
WAh kisah x mengharukan
ReplyDeletesebuah renungan, yang membuat saya menangis.
ReplyDelete