film keluarga “Hugo” tampil menghiasi bioskop Indonesia. Film yang masuk ke dalam 11 nominasi Oscar ini, mengisahkan tentang petualangan seorang anak, Hugo Cabret, yang mencoba menghidupkan kembali manusia otomatis peninggalan ayahnya. Selanjutnya, “hidupnya” kembali manusia otomatis tersebut ternyata mampu mengungkapkan rahasia George Meiles, seorang yang mempekerjakan Hugo di toko mainan miliknya.
Film yang berlatar belakang kota Paris pada tahun 1930an itu sesungguhnya tidak hanya bercerita mengenai petualangan Hugo bersama temannya Isabella. Sang penulis cerita dengan kemampuan berpikir kreatifnya mampu berimajinasi bahwa seorang tukang jam sebetulnya mampu memperbaiki sebuah robot karena memiliki komponen yang sama dengan mesin jam. Jika di Indonesia, seorang tukang jam ya tukang jam saja, suatu profesi yang tidak istimewa.
Ide kreatif lain lainnya adalah sang penulis mampu mengungkapkan bahwa melalui keahlian yang sama, seseorang mampu mengubah profesinya menjadi beberapa profesi yang berbeda namun seolah tidak berkaitan satu sama lain seperti yang terwujud pada tokoh, George Milies. Pada awalnya ia diceritakan sebagai seorang penjual mainan anak. Namun sesungguhnya latar belakangnya adalah seorang mekanik yang kemudian beralih profesi menjadi pesulap dan puncak karirnya adalah ketika ia menjadi seorang movie maker ternama pada masanya.
Kebangkitan si Mata Satu
Ada hal menarik lain yang dapat diungkapkan dari film “Hugo” ini. Jika penonton menyadari makna dibalik simbol yang ditayangkan dalam film tersebut, penonton akan mampu menangkap bahwa ada pesan lain yang ingin disampaikan yaitu bahwa kemunculan si Mata Satu (one eye) sudah semakin dekat. Mengapa saya menulis demikian? Mari kita perhatikan gambar di bawah ini:
Merujuk kepada film yang diadaptasi dari novel karya Brian Selznick, The Invention Of Hugo Cabret tahun 2007, maksud dari gambar tersebut adalah menceritakan tentang perjalanan manusia ke bulan. Bulan yang setiap malam selalu tersenyum tiba-tiba harus menahan rasa sakit akibat benda tajam yang menusuk salah satu bagian wajahnya yaitu mata. Benda tersebut adalah pesawat yang berhasil mendarat di bulan. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa harus menusuk salah satu mata?
Awal kemunculan animasi bulan bermata satu tersebut adalah ketika Hugo berhasil menghidupkan kembali manusia otomatis peninggalan ayahnya. Manusia otomatis yang memiliki kemampuan menulis tersebut dengan segera menggoreskan pena di atas kertas yang tersedia membentuk gambar bulan bermata satu dan nama “George Milies”.
Gambar tersebut merupakan salah satu adegan dalam film yang pertama kali ditonton ayahnya, yang kemudian sering diceritakan kepada Hugo. Hugo pun mejadi tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut mengapa nama George Milies juga terdapat dalam gambar tersebut. Petualangan pun dimulai dan misteri pun mulai tersingkap. Film perjalanan ke bulan dan manusia otomatis rupanya diciptakan oleh George Milies. Akibat perang yang terjadi pada masanya, rumah produksi George bangkrut dan ia pun membakar semua hasil karyanya untuk menghilangkan kesedihannya.
Akan tetapi, rupanya film perjalanan ke bulan luput dari kemusnahan. Bahkan film tersebut berhasil ditemukan kembali oleh seorang penulis buku tentang sejarah film. Akhirnya berkat ditemukannya kembali film tersebut, George dapat menerima masa lalunya yang dianggap sudah mati.
Pertanyaan lanjutan yang menggelitik saya adalah mengapa film perjalanan ke bulan dipilih menjadi film yang berhasil diselamatkan dari 500an film yang diproduksi hingga mampu menjadi film yang membangkitkan kembali sang movie maker legendaris, George Milies?
Benar bahwa ditemukannya kembali roll film perjalanan ke bulan supaya dapat dikaitkan dengan cerita ayah Hugo mengenai pengalaman pertamanya menonton film. Namun hal ini menjadi hal yang luar biasa kreatif ketika cerita perjalanan ke bulan tersebut divisualisasikan dengan melalui gambar bulan yang salah satu matanya ditusuk oleh pesawat antariksa. Bukankah ada pesan dibalik semua itu?
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa para kaum Illuminati saat ini sedang menanti kehadiran si Mata Satu. Bisa jadi kehadirannya juga dinantikan oleh semua orang termasuk kita walaupun dengan pemahaman yang berbeda.
Meskipun saat ini kemunculan sang messiah (palsu) masih sekedar keyakinan saja, namun kehadirannya merupakan suatu keniscayaan dan menjadi pertanda akhir zaman telah dekat. Hal ini sama seperti pesan yang ingin disampaikan dalam film bahwa mimpi jika diyakini terwujud maka suatu saat akan terwujud. [impian yang diwujudkan dalam film perjalanan ke bulan = keyakinan akan hadirnya sang messiah]
Selain itu, dalam pemahaman agama, kedatangan sang messiah (palsu) merupakan suatu misteri siapa, kapan, dimana dan bagaimana dia akan muncul. Walalupun demikian, orang-orang yang percaya bahwa dia akan datang harus setiap saat siap “menyambut” kedatangannya. Seperti halnya pada film tersebut, kemunculan dan kebangkitan si Mata Satu dapat terungkap oleh tokoh yang tidak diduga yaitu oleh seorang anak bernama Hugo yang dengan berbagai upayanya mencari informasi dan menyelidiki misteri si Mata Satu.
Tentu saja saya tidak bermaksud mencurigai suatu karya yang memang bermutu. Tetapi, penggambaran bulan bermata satu yang dikemas secara apik dan kreatif serta menjadi cerita sentral dalam pengungkapan suatu misteri menjadi hal yang menarik untuk saya. Sudah lama gerakan Freemason memang sering dikaitkan dalam banyak film Hollywood dan kali ini, menurut saya, tidak hanya disajikan melalui sebuh kode namun divisualisasikan langsung alias terang-terangan.
0 Response to "Hugo: Kebangkitan si Mata Satu"
Post a Comment