Sidney Jones, direktur ICG (International Crisis Group) untuk Indonesia, tersandung masalah, karena sebagai orang asing kehadirannya tidak lagi dikehendaki di negeri ini. Alasan pengusiran itu, menurut Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) AM Hendropriyono, disebabkan oleh laporan-laporan yang dipublikasikannya berkenaan dengan terorisme Jamaah Islamiyah dikategorikan bias atau bersifat fitnah.
Membaca laporan-laporan yang disampaikan Sidney Jones secara berkala, niscaya membuat banyak orang terkecoh. Tapi, bagi kalangan aktivis pergerakan, laporan itu haruslah disikapi dengan waspada dan hati-hati.
Sejak tahun 1980-an, ketika merebak kasus subversi yang diidentikkan dengan gerakan Islam radikal, dan ketika banyak aktivis Islam ditahan dan mendapat perlakuan tidak wajar dari pemerintah Orde Baru, Sidney Jones dengan bendera Amnesti Internasional tampil sebagai pembela yang simpatik dan manusiawi. Ia banyak mendokumentasikan berbagai proses pengadilan, dokumen persidangan, dan berbagai data lainnya.
Semuanya itu, ternyata menjadi barang berharga pasca-tragedi WTC 911, suatu hal yang barangkali tidak diduga, bahkan oleh Sidney Jones sendiri. Secara teknis upaya pengumpulan data yang dilakukan Sidney Jones dan kemudian dipublikasikan dalam bentuk laporan berkala, tidak perlu dibantah. Ia lumayan berpengalaman di bidang itu. Namun, hal yang juga tidak bisa dibantah adalah adanya kepentingan intelijen yang menyertai gerak langkahnya, terutama di masa propaganda anti-terorisme digencarkan AS. Baik itu intelijen asing seperti CIA, yang tentu saja bekerja sama dengan lembaga intelijen maupun LSM lokal di Indonesia.
Setiap laporan yang dipublikasikan, dilengkapi dengan catatan kaki, maraji’ (merujuk) yang jelas dan terang sumber-sumbernya, baik dari media massa, buku-buku, wawancara, termasuk juga dari dokumen (informasi) intelijen. Bagi mereka yang berada di “lapangan” ketika membaca laporan yang diterbitkan ICG, meski perlu sedikit waktu, namun tetap bisa dirasakan bagian-bagian mana yang berasal dari dokumen (informasi) intelijen, mana informasi yang jelas faktanya dan mana yang hanya fiktif belaka. Laporan ICG tentang terorisme, sebenarnya kebanyakan berasal dari dokumen (informasi) intelijen lokal.
Maka, ketika baru-baru ini, laporan ICG berkenaan dengan terorisme mendapat sorotan negatif dan dinilai memfitnah oleh Badan Intelijen Negara (BIN), justru mengundang tanda tanya besar. Dengan mengatasnamakan pemerintah dan meminta dukungan Komisi I DPR RI, Kepala BIN AM Hendropriyono (25/5) melakukan upaya-upaya yang dianggap tepat, yaitu mengusir Sidney Jones sebagai orang yang tidak disukai oleh bangsa Indonesia.
Mengapa baru sekarang? Sekiranya laporan-laporan ICG mengenai Jamaah Islamiyah (JI) dan terorisme, khususnya yang berkaitan dengan Indonesia dinilai menyebarkan berita bohong, mengapa baru sekarang diungkapkan? Betapa lambannya kerja aparat intelijen.
Karena itu, wajar manakala berkembang opini, ketika hal yang bias tadi hanya merugikan umat Islam, hanya merugikan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, mereka diam saja. Bahkan menikmati buah yang dihasilkan dari kebijakan politik stick and carrot Presiden AS George W Bush.
0 Response to "SIAPA SIDNEY JONES"
Post a Comment