Oleh Muhammad Isa Dawud
Hingga
kini Imam Mahdi baru sebatas pembicaraan dan berita, tetapi esok dunia
akan menyaksikan peristiwa yang bukan sekedar peristiwa dan berita yang
bukan sekedar berita…
Imam
Mahdi dikabarkan dalam wujud seperti Dzul Qarnain, seorang penakluk
perkasa. Ia mempunyai sarana-sarana kekuatan dan pembelaan diri, yang
dipusatkan pada petunjuk dan keimanan yang sejati kepada Allah Swt.
Dalam sebuah hadis tentang Imam Mahdi, disebutkan bahwa, “Setiap ia
ingin berbicara, lidahnya terasa berat. Kemudian ia memukul pahanya, dan
meluncurlah ucapan-ucapannya…” Ini merupakan nas atau teks (nash)
paling sahih dibanding nas lainnya, yakni bahwa Imam Mahdi sulit
berbicara, lalu memukul pahanya, dan meluncurlah berbagai hikmah
darinya.” 1)
Diriwayatkan
dari Abu ath-Thufail bahwa Rasulullah Saw. menyebutkan, “Ia sukar
berbicara, dan memukul paha kirinya dengan tangan kanannya bila ia
mengalami kesulitan dalam berkata-kata…” 2)
Rahasia
yang terdapat dalam pukulan di paha itu adalah kondisi (hal) yang
diberikan Allah Swt, yang dengan itu Dia memberi ilham kepada Imam Mahdi
secara berulang-ulang dan susul-menyusul. Imam Mahdi memahami hal itu
sebagai suatu kebaikan bagi dirinya saat ia ingin lancar berbicara dan
tidak takut salah, dan itu merupakan kemuliaan baginya..
Dalam
sebuah hadis marfu’ 3) disebutkan ( bahwa Rasulullah Saw. bersabda ):
“Sesungguhnya al-Mahdi tidak pernah berbicara kecuali bila diajak
berbicara oleh seseorang,” kecuali bila masalahnya memang
mengharuskannya memulai pembicaraan. Kondisi dirinya selamanya
memperlihatkan raut sedih, karena sangat takutnya kepada Allah Azza wa
Jalla. Musyawarahnya tidak pernah terputus dari orang banyak, dan
sebaik-baik manusia adalah orang yang diajak bermusyawarah oleh, dan mau
mengajak bermusyawarah kepada, Imam Mahdi.” Salah satu cirinya adalah
bahwa ia adalah pemuda berusia 33 tahun atau 34 tahun, atau antara 33
dan 34 tahun.
Abu
Na’im meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Umamah r.a. (bahwa Rasulullah
Saw. bersabda): “Imam Mahdi itu dari anak cucuku, (dan) berusia empat
puluh tahun. Wajahnya bagai Bintang Timur. Di pipi kanannya terdapat
tahi lalat, dan mengenakan baju dua lapis yang sangat putih, seakan-akan
ia dari kalangan Bani Israil. Ia mengeluarkan harta simpanan dan
menggali harta kekayaan kaum orang-orang Musyrik.” 4)
Kita
tidak mendustakan riwayat-riwayat di atas, tetapi tidak pula menentukan
mana di antaranya yang lebih kuat. Sebab, bisa jadi semuanya sahih,
dalam arti bahwa Imam Mahdi berusia 33 tahun berdasarkan hitungan tahun
Masehi dan 34 tahun berdasarkan hitungan tahun Hijriah, dan hal ini
dapat diartikan antara 33 tahun dan 34 tahun.
Sebagai
bantahan praktis-teologis atas orang-orang yahudi, di sini dikatakan
bahwa Imam Mahdi adalah pemuda berusia 40 tahun,” sebab orang-orang
yahudi mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah salah seorang di antara
tiran-tiran mereka, tetapi mereka tidak mempunyai biografinya…
Diriwayatkan
dari Hudzaifah ibn al-Yaman r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda,” Sekiranya
Qiamat tinggal sehari lagi, Allah Swt pasti akan mengutus seseorang yang
namanya sama dengan namaku. Akhlaqnya adalah akhlaqku, dan ia diberi
gelaran Abu Abdullah.” 5) Para penulis hadis ini memberi syakal lafal
khuluquhu dengan dhammah pada kha’ dan lam-nya.
Di
dalam riwayat yang diterima dari Ibn Mas’ud r.a. disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. Berkata, “akan muncul seorang laki-laki dari Ahlul
Baitku, namanya sama dengan namaku, dan akhlaqnya adalah akhlaqku. Ia
memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia dipenuhi kezaliman pada
masa sebelumnya…” 6)
Imam
Mahdi disebutkan juga dalam sebuah naskah langka yang tersimpan di
perpustakaan ibukota Syiria, yakni Damaskus, yakni di Perpustakaan
Universitas al-Umawi, dengan nomor 29/Turats Basyar al-Harits, yang
menyebutkan sifat-sifat Imam Mahdi. Disebutkan, antara lain, bahwa ia
adalah orang yang waspada dan jujur. Artinya, ia tidak pernah tertipu
dan tidak mau menipu, seakan-akan mirip sifat yang dimiliki ‘Umar ibn
al-Khaththab saat menuturkan dirinya dengan mengatakan, “Aku bukan
seorang penipu, dan seorang penipu juga tidak dapat memperdayaku.” Dua
hal ini adalah dua sifat yang lazim dimiliki oleh pemimpin mana pun. Ia
berkuasa, memerintah, dan memimpin, tetapi pemerintahannya berada pada
tingkat yang bersih, dan tidak Machiavellian.
Kecakapan
dan kepemimpinan seperti itu belum pernah dikenal umat manusia selain
dikalangan umat Islam. Semua pemimpin adalah penipu, perusak, korup, dan
menyeleweng. Imam Mahdi adalah teladan Islami yang diberikan kepada
umat manusia dalam bentuknya yang baru, sesudah mereka kehilangan
teladan seperti itu berabad-abad lamanya. Ia adalah kalimat pamungkas
untuk umat manusia, agar mereka kembali kepada Allah Swt sebelum qiamat
terlanjur datang dengan segala kedahsyatannya dan kengeriannya,yang
waktunya tinggal sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi…
—————————————————————————————————————-
1)Teks
yang paling sahih ini terdapat di dalam manuskrip tulisan-tangan yang
tersimpan di Dar al-Kutub al- Mishriyyah dengan judul Kullu Ma Utsira fi
Akhbar al-Mahdi al-Muntazhar yang disusun oleh ‘Allamah Ibn Hajar
al-Asqallani, dengan nomor 944/Turats.
2)Hadis
ini diriwayatkan oleh as-Suyuti dalam al-‘Urf al-Wurda yang sanadnya ia
hubungkan dengan Na’im bin Hammad, dan termasuk hadis yang disebutkan
oleh Ibn Hajar al-Makki al-Haitami dalam ‘Alamat al-Mahdi al-Muntazhar:
Yudhribu Fakhidzah al-Yusra bi Yadih al- Yumna idza Abtha’a ‘alaih
al-Kalam.
3)Hadis marfu’ adalah hadis yang dinisbatkan kepada Nabi Saw., khusus mengenai perbuatan, ucapan, ketetapan atau sifat beliau.
4)Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam Shifah al-Mahdi. Lihat ‘Iqd ad-Durar hlm. 36.
5)Hadis ini di-takhrij oleh ath-Thabrani dengan sanad sahih karena adanya beberapa syahid untuk hadis ini.
6)Ibid.
Sumber : Buku Menyongsong Imam Mahdi Sang Penakluk Dajjal
Penerbit : PUSTAKA HIDAYAH
Penerjemah : Dr. Afif Muhammad, M.A.
alhamdulillah gambaran siapa almasih sudah bisa di kenali
ReplyDelete