“Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah pada mereka”
Sesuatu yang diberitakan oleh Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah tampak pada masa ini. Ini memberikan bukti bagi dunia bahwa ajaran Islam adalah yang terbaik bagi manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah pengidap penyakit kencing nanah (Gonorrhea) setiap tahunnya lebih dari 250 juta orang. Sebagaimana diperkirakan jumlah pengidap penyakit spilis setiap tahunnya mencapai 50 juta orang. Majalah Amerika, The Times tanggal 4 juli 1983 menyebutkan 20 juta warga Amerika mengidap penyakit Herpes, dan mengumumkan bahwa di Afrika saja 30 juta orang mati setiap tahun dengan sebab penyakit AIDS yang muncul akibat hubungan seks bebas (zina). Di samping itu juga muncul penyakit-penyakit lain yang bermacam-macam akibat tersebarnya perzinahan.
Wallahu A'lam.
(100 Mukjizat Islam, Karya Yusuf Ali al-Jasir)
ZINA PINTU MASUK WABAH PENYAKIT KELAMIN
Sudah bukan rahasia lagi alias sudah jadi pengetahuan umum, bahwa zina merupakan penyebab utama merebaknya berbagai macam jenis penyakit kelamin. Fakta telah memperlihatkan dengan jelas bahwa laki-laki ataupun perempuan yang mengidap penyakit kelamin ini, adalah mereka yang hobby berhubungan intim dengan berganti-ganti pasangan, baik dengan pelacur atau teman-teman selingkuh. Hubungan sepereti ini memungkinkan abai terhadap kebersihan dan bahkan 'bermain jorok' karena setan turut berperan dalam memberikan dorongan semangat dan 'tepuk tangannya'.
Berzina itu terkadang juga dilakukan secara darurat, sehingga ini berpotensi munculnya perilaku kotor bagi kedua pasangan pelakunya. Karena itu, dulu kita pernah mengenal penkyakit syphilis, yaitu salah satu jenis penyakit kelamin yang sangat berbahaya. Penyakit ini pernah menyebar dengan cepat disebabkan oleh hubungan seks secara zina. Baik melalui jalan pelacuran, pereselingkuhan, perkosaan dan lain-lain hubungan seks tanpa nikah. Fakta ini tak terbantahkan, bahwa zina sebagai penyebab utama mewabahnya penyakit kelamin, adalah karena penyakit ini banyak ditenmui di negara-nregara yang masyarakatnya mengikuti paham seks bebas (free seks atau zina). Ensklopedi Britanica mencatat bahwa di Amerika ada sekitar 200 ribu pengidap syphilis dirawat di sejumlah rumah sakit, ditambah 160 ribu penderita penyakit GO (gonorrhea) setiap tahunnya. Di sana telah didirikan 650 rumah sakit yang khusus mengani pengidap penyakit kelamin ini.
Meskipun fasilitas kedokteran terus mengalami kemajuan dan semakin canggih ketika itu, akan tetapi penyakit-penyakit kelamin juga terus mengalami perkembangan, baik jenis penyakitnya maupun tingkat bahayanya. Jumlah pengidapnya sulit ditekan, dan semakin bertambah karena dari pengidap yang satu akan menularkan kepada yang lain melalui hubungn seks secara zina, dan berganti-ganti pasangan sesuai seleranya.
Disebutkan dalam panduan kerja konferensi internasional tentang penyakit syphilis bahwa di Amerika ditemukan penderita syphilis berejumlah 7.600 orang pada tahun 1956-1957. Nah, jumlah tersebut meningkat tajam menjadi 20.000orang pada tahun1960-1961. Hal ini ditambah pengidap penyakit GO meningkat sampai 100.000 orang setiap tahunnya. Begitu juga di Inggris, jumlah penderita gonorrhoea mencapai jumlah17.563 orang dalam tahun 1945, dan pada tahun 1962 meningkat dua kali lipatnya, yaitu berjumlah 35.438 orang. Penyakit gonnorhoea masih tergolong penyakit kelamin yang agak ringan di banding syphilis. Namun jika dianggap enteng oleh pengidapnya maka akan mengganggu kesehatannya terus mesnerus, akibat rasa gatal yang parah. Sedangkan penyakit syphilis lebih mematikan, karena mengakibatkan luka dalam yang bernanah. Di Amerika, penyakit ini disejajarkan dengan kanker dan TBC.
Ini semua adalah penyakit kelamin zaman dulu ketika teknologi kedokteran belum canggih seperti sekarang. Kini kedua penyakit menular tersebut sudah jarang ditemukan. Dan sebagai gantinya, Allah Swt. yang maha kuasa berkehendak menurunkan penyakit yang lebih berbahaya dan mengerikan bagi para pelaku zina, yaitu AIDS. Karena penyakit ini sudah menjadi wabah, maka penyakit ini juga mengancam siapa saja, walaupun mungkin bukan pelaku perbuatan zina. Kalau flu burung pernah menjadi 'hantu' yang begitu menakutkan, sehingga ditangani dengan sangat serius dengan menangkapi ayam dan unggas untuk secepatnya dimusnahkan, maka tidak demikian dengan AIDS. Bahkan untuk mencegah AIDS, di Indonesia hanya cukup dengan kondomisasi. Kalau dipikir secara lebih teliti, ini akan berarti siapapun yang ingin berzina dipersilakan: akan aman-aman saja asalkan dengan memakai kondom! Mari kita kutip pernyataan kepala BKKBN Pusat Dr. Sumarjati Arjoso SKM dalam peringatan hari AIDS sedunia, saat berbicara mengenai kondomisasi: "Tujuan kami jelas, untuk mencegah penularan AIDS," (cybermed.cbn.com, 4/12/2005). Ketika itu BKKBN menyediakan 200.000 gross kondom gratis (1 gross berisi 144 kondom). Pernah ada semboyan iklan kondom begini: "KENAKAN KONDOM atau KENA…!"
Tetapi faktanya kondom itu tidak 100% aman, lho?! Pasalnya, pori-pori karet latex yang menjadi bahan-bahan pembuatan kondom adalah 0,003 mm, sedangkan virus aids ukurannya jauh lebih kecil, yaitu 0,000001 mm. Coba bandingkan, virus AIDS itu ibaratnya sama dengan anak balita yang masuk pintu rumah anda. Bagaimanapun sempurnanya bangunan sebuah kondom, virus super berbahaya itu akan begitu mudah menerobos dinding kondom. Apalagi jika merenggang akibat gesekan-gesekan saat dipergunakan, meskipun kabarnya kondom sudah dibuat lebih baik dengan pori-pori lebih kecil dari virus AIDDS.
Virus HIV/AIDS kini menyebar hampir di seluruh penjuru dunia. Menurut data United Nation Program on HIV/AjIDS (UNAIDS) bahwa pada akhir tahiun 2004, di seluruh dunia terdapat 39,4 juta orang mengidap penyakit virus HIV/AIDS. Sementara di Indonesia , sampai akhir September 2005 mendapaati 8.251 kasus HIV/AIDS, terdiri dari 4.065 kasus HIV dan 4186 kasus AIDS (cibermed.cbn.com, 4/12/2005). Menurut Amin Nurdin, Wakil Ketua Komisi Penanggulangan AIDS, banyak pakar dan lembaga terkait masalah ini, telah memperkirakan scenario terburuk jika Indonesia tidak dpat menanggulangi penyakit ini. "Tahun 2010 diperkirakan 5 hingga 10 juta orang akan terinfeksi HIV/AIDS," kata Armyn. (Tempo interaktif.com, 18l/11/2005).
Data dan analisa di atas tentu belum secara valid menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Masalah HIV/AIDS ini ibaratnya seperti gunung es, puncaknya menyembul sekecil bukit, tapi di bawah permukaan laut gunung Es itu begitu besar. Dugaan ini sangatlah masuk akal, sebab bila seseorang kena Virus HIV/AIDS, dia tidak langsung sakit, bahkan merasa sehat-sehat saja sampai waktu lama tanpa gejala bahwa ia sedang sakit. Setelah jangka waktu tertentu, ketika system kekebalan tubuhnya mulai lemah ( AIDS) dan gampang sakit-sakitan, barulah mulai ketahuan terkena AIDS.
Demikianlah tulisan ini hanya sedikit mengungkap dampak zina. Masih banyak yang belum terungkap dari sisi penyebaran penyakit kelamin ini. Tapi dari sedikit yang terkuak ini diharapkan Anda semua menyadarinya untuk kemudian meninggalkan kebiasaan berzina bagi yang biasa melakukannya. Awas, berbagai penyakit kelamin selalu mengintai dan siap menyergap siapa saja yang terlena. Ini juga bisa termasuk siapa saja, maka berhati-hatilah.
ZINA MENYEBABKAN MUDA-MUDI ENGGAN MENIKAH
Ketika seks bebas (perzinaan) sudah menjadi hal biasa dalam masyarakat, maka bagi pemuda-pemudi akan menjadi enggan menikah. Mereka ogah menikah kecuali jika sudah merasa tua. Dalam benaknya akan muncul pikiran, alangkah bodohnya jika harus menikah kemudian harus memikul tanggung jawab rumah tangga. Begitu juga yang perempuan, buat apa menikah, jika kebutuhan hidupnya bisa dipenuhinya sendiri dengan bekerja atau berkarir tanpa bergantung kepada seorang suami? Atau begini, untuk apa menikah ketika kebutuhan biologisnya yang didambakan begitu mudah terpenuhi? Tentu dengan cara zina atau free seks yang bisa berganta-ganti pasangan seks tanpa nikah.
Fenomena demikian ini sudah benar-benar tejadi di negara-negara Barat. Di sana, seperti dalam berita-berita, mereka begitu bebasnya dalam pergaulan, sehingga terjerumus dalam perbuatan zina. Cara bergaul yang seperti itu sungguh bisa melemahkan minat untuk menikah. Jika tanpa menikah saja kebutuhan seks bisa didapatkan, alangkah bodohnya jika harus menikah? Karena sudah budaya mereka, tentu tanpa rasa malu, tanpa merasa beredosa, bahkan mereka bangga dengan cara hidup yang bebas seperti itu. Maka hubungan seksual tanpa ikatan resmi menjadi lumrah. Para wanita pelacur tergusur dari jalanan karena sudah kesulitan mendapatkan pelanggan. Hal ini karena calon pelanggan sudah dapat pasangan seks yang tak lain adalah teman-teman mereka sendiri. Kalau pelacur jalanan tergusur, sepintas memberi kesan positif yang menggembirakan, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Pelacaur memang tergusur, tetapi praktek perzinaan semakin merajalela. Dengan kemampuan financial, para muda-mudi bisa dengan mudah menyewa hotel, villa, dan penginapan-penginapan mewah. Bersama teman-teman mereka sendiri, pelampiasan nafsu seks sacara zina bisa tersalurkan dengan begitu mulus tanpa hambatan apapun.
Nah, bagaimana dengan di Indonesia? Menurut KH. Abdur Rasid Abdullah Syafi'i mengatakan dengan mengutip dari Repubkika pada tahun 2007 , bahwa 80% anak-anak usia belasan tahun sudah melakukan hubungan seks tanpa nikah dirumah-rumah mereka sendiri. Dengan demikian rupanya ternyata budaya seks bebas sudah menjalar pula di kalangan ramaja-remaja Indonesia. Bahkan sudah bukan rahasia lagi, bahwa seks bebas juga marak di kalangan mahasiswa sejak awal tahun 90-an.
Memang demikianlah realitanya. Dan rasanya sulit dipungkiri kalau dikatakan: perzinaan juga akan bisa mengancam minat untuk menikah di kalangan muda-mudi di Indonesia. Bandingkan dengan di Eropa, konon kalangan yang berminat dan siap menjalani pernikahan turun drastis mencapai perbandingan 1 per 1000, karena di sana tak seorang pun baik laki-laki ataupun perempuan dari setiap 100 orang yang siap untuk menikah.
Data statistic di Inggris, Perancis, Italia, Belgia dan Norwegia menyatakan bahwa jumlah mereka yang siap menikah, baik pria ataupun wanita kurang dari 10 orang per 1000 orang. Bahkan di Swedia jumlahnya kurang dari 8 orang per 1000 orang, berdasarkan statistic tahun 1970. Jumlah ini terus melorot tajam pada tahun 1973, yaitu berkurang menjadi 5 orang dari setiap 1000 orang di Swedia yang siap menikah. Yah, mau dibilang apa ketika mereka lebih enjoy tidak menikah? Karena alasan untuk menikah sungguh tidak menarik, bahkan bikin repot bagi mereka yaitu tanggung jawabnya yang cukup berat. Buat apa menikah kalau kebutuhan seksnya bisa dipenuhi dengan cara begitu gampangnya?
Begitulah salah satu dampak budaya seks bebas, telah mendorong muda-mudi hampir di seluruh dunia enggan menikah. Mungkin juga akan melanda budaya Indonesia jika budaya global ini tidak segera dibendung sejak dini. Bukankah fenomena yang ganjil ini sudah semakin tampak di sekitar kita?
yaa sudah perzinahan dimana mana ,AllAh akan mengganti generasi bejat dengan generasi sholihat melalui bencana alam besar,gunung meletus,tsunami,gempa,dll.
ReplyDeleteYa Allah Lindungilah kami....
ReplyDelete