Menurutnya, militer berusaha menakut-nakuti masyarakat dengan tindakan “upaya mengamankan sekolah”, seakan-akan sekolah adalah tempat yang berbahaya. Dengan demikian, akan ada rasa butuh terhadap militer.
Militer juga melakukan penangkapan para pelajar yang melakukan demonstrasi dengan cara merangsek ke sekolah-sekolah dan melemparkan gas air mata. Ini dilakukan untuk mematikan semangat dan keberanian pelajar dalam berdemonstrasi.
Nadia menambahkan, militer juga melakukan usaha cuci otak dengan cara menampilkan foto-foto proses belajar-mengajar yang berjalan lancar, seorang perwira yang berceramah tentang otoritas militer, masyarakat yang mendemo Ikhwanul Muslimin, dan sosialisasi bahwa Islam yang diajarkan Ikhwan berbeda dengan Islam yang diketahui oleh kebanyakan rakyat Mesir. Semua ini akan berefek pada terjadinya perpecahan dan permusuhan dengan Ikhwan.
Militer, menurutnya, juga sedang berusaha menciptakan sikap-sikap ekstrem di masyarakat. Hal itu dengan cara memunculkan pandangan-pandangan sekular dan liberal dengan cara yang vulgar. Bahkan pandangan-pandangan tersebut dikatakan sebagai “Islam yang benar”. Padahal di waktu yang sama, terjadi penyerangan besar-besaran terhadap gerakan Islam. (msa/dakwatuna/fj-p)
0 Response to "Militerisasi, Konspirasi Baru di Tahun Ajaran Baru "
Post a Comment