Kasus-kasus yang menimpa kader suatu partai politik pun dipolitisasi sedemikian rupa dengan tujuan penjelekan citra dan pembunuhan karakter partai. Bahkan, bila memungkinkan bukan hanya sekedar pembunuhan karakter partai, namun untuk tujuan pembubaran dan penghancuran partai sehancur-hancurnya sehingga ia tidak memiliki ruang gerak lagi di negeri ini. Namun hal yang disebutkan terakhir sulit dilakukan di negara Indonesia yang menganut paham demokrasi.
Kasus yang menimpa Partai Demokrat (PD) misalnya, di mana KPK telah berhasil menyeret dua elit PD, Muhammad Nazarudin dan Angelina Sondakh ke kursi persidangan yang berakhir dengan vonis terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi. Keduanya harus rela menjalani kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan untuk beberapa tahun ke depan. Menyusul tersangkanya Andi Malarangeng mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga RI dan Anas Urbaningrum sang mantan Ketua Umum PD. Media pun mem bolw up habis-habisan berita tersebut yang berdampak kepada melorotnya elektabilitas PD di mata publik.
Tak terkecuali kasus yang menimpa Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Rangkaian peristiwa yang menimpa partai dakwah ini kerap menjadi bahan pemberitaan media lokal maupun nasional. Peristiwa penangkapan LHI yang menurut sebagian kalangan sarat dengan kejanggalan itu, sedemikian rupa di blow up media habis-habisan. Bahkan saking dahsyatnya isu yang digulirkan sejumlah media nasional, sampai-sampai hampir seluruh masyarakat di republik ini memprediksi akan terjadinya kiamat pada PKS kala itu.
Namun prediksi manusia tak selamanya bertepatan dengan kehendak-Nya, justru yang terjadi malah sebaliknya, kasus LHI berhasil membangkitkan semangat kader PKS yang semula ikut hanyut terbawa arus tsunami pemberitaan media. Bertolak dari orasi politik perdana yang digelorakan oleh Anis Matta di gedung DPP PKS pasca pelantikannya menjadi Presiden PKS menggantikan LHI, seluruh kader PKS di seantero nusantara bangkit menyingsingkan baju dan bergandengan tangan, siap membela kebenaran, dan menegakkan keadilan di bumi pertiwi. Walhasil tak lama kemudian, PKS berhasil memenangkan dua pemilukada bergengsi di Indonesia yakni di JABAR dan SUMUT. Itulah fakta pertama yang menunjukkan bahwa hujatan media membuat PKS perkasa.
Kasus kedua mengenai peristiwa rencana penyitaan lima mobil di gedung Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS oleh tim penyidik KPK yang diduga terkait dengan kasus yang menimpa LHI. Dalam peristiwa ini, media kembali mem blow up berita tersebut dengan nada mendiskreditkan PKS, di mana PKS dipersepsikan menghalang-halangi petugas KPK yang hendak menyita lima mobil di kantor DPP PKS.
Padahal Ketua DPP Bidang Komunikasi dan Informasi PKS, Mardani Ali Sera dan Kuasa Hukum LHI, Zainudin Paru, menegaskan bahwa terjadinya ‘penghalangan’ oleh keamanan DPP PKS pada Senin malam dan Selasa sore karena alasan petugas KPK tidak membawa surat tugas penyitaan dan terkesan arogan.
Sehingga mereka para petugas keamanan tetap menjalankan tugasnya mengamankan segala benda yang ada di gedung. Namun demikian hal itu dibantah oleh Juru Bicara KPK, Johan Budi, ia menyatakan bahwa petugas KPK sudah dibekali surat tugas. Versi manakah yang benar?
Terlepas dari adanya dua versi, yakni versi juru bicara KPK atau versi Kominfo PKS, penulis mempercayai bahwa peristiwa ini pun akan membangkitkan kembali semangat para kader PKS untuk melakukan pembelaan terhadap partainya yang terkesan didzalimi, mereka siap menyingsingkan baju dan bergandengan tangan untuk menghantarkan PKS ke posisi 3 besar pada pemilu 2014 mendatang.
Partai kader yang solid seperti PKS tidak mudah diombang-ambing oleh opini media. Apalagi kader partai tersebut rata-rata dari kalangan terdidik, kritis, memahami platform perjuangan partai, dan memiliki idealisme. Ketika ancaman dan hantaman datang menerjang, mereka akan siap siaga menepisnya dengan segala potensi yang dimiliki guna menjaga eksistensi partai di bumi nusantara tercinta.
Barangkali kader PKS patut berterima kasih kepada media dengan segala bentuk pemberitaannya yang terkadang menyanjung atau memicu adrenalin mereka. Diakui ataupun tidak, pemberitaan media tentang PKS, sama ada yang positif maupun negatif memiliki peran besar dalam mengangkat popularitas PKS di mata publik. Bukanlah hal yang absurd bila hantaman-hantaman media yang berlangsung secara kontinyu, akan melejitkan PKS hingga menuju ke puncak keperkasaannya dan menjadi kuda hitam di pemilu tahun 2014. Hujatan Media Membuat PKS Perkasa . Semoga.
Salam sukses dari pecinta kebenaran.
Abah Fariq/kompasiana
0 Response to "Hujatan Media membuat PKS Perkasa "
Post a Comment