Rindukah kita pada Allah yang menjanjikan surga? Seperti rindunya Umar bin Abdul Aziz? Atau pamrih saja atas amal yang kita kerjakan “separuh hati” dan berharap bisa memasukkan kita ke dalam surga? Tak bisakah kita sedikit mencintai Zat yang tiap hari tanpa henti memberi rizki kepada kita dan tanpa henti pula juga catatan penghianatan dan dosa kita beri kepada-Nya tiap hari?
Atau seperti apa kita rindu pada shalat malam kita? Masihkah kita jadi PECANDU TIDUR yang begitu nikmatnya dengan tidur dispring bed yang empuk ditemani istri yang cantik dan selimut yang tebal serta AC yang berhembus dan “membiarkan Allah menunggu” picingan mata kita “berharap” mau berkhalwat dengan-Nya? Padahal Rasulullah SAW pun tidur hanya beralaskan daun kurma yang ketika bangun terbekaslah garis-garis dedaunan di punggungnya yang menyebabkan pecahnya tangisan umar ketika melihat kekasihnya seperti itu?
Hamba macam apa kami ini ya Robb ..
Irhamna Ya Robb. Irhamna.
HAL JAZA UL IHSANI ILLAL IHSAN
0 Response to "Cerita kecil tahajjud : Umar bin Abdul aziz"
Post a Comment