Ini memang bukan generalisasi. Perempuan Mesir datang dari berbagai latar belakang: sebagian mengenakan jilbab, sebagian memakai abaya tradisional, mengenakan jins dan t-shirt, dan sebagian lagi kerap mengenakan blus dan rok panjang sederhana.
Apa pun itu, satu hal yang pasti adalah bahwa, meskipun kemiripannya dengan banyak perempuan Mesir lainnya, Ummi Ahmed jelas bukan ibu Negara klasik yang selalu digadang-gadang; mewah dengan tata rambut yang baik, gaun bergaya, sepatu hak tinggi, tas bermerek dan senyum muluk-muluk yang tampak tidak ikhlas. Sebaliknya, ia muncul dengan sederhana, mengenakan jilbab Islam tradisional dan abaya. Dengan senyum, manis keibuan. Dan suka atau tidak, penampilan sederhana inilah yang telah menyentuh hati jutaan orang, wanita dan pria, yang putus asa akan perubahan, perdamaian dan kebebasan di Mesir.
Hal yang menarik di sini adalah bagaimana beberapa orang menilai Ummi Ahmed, atau dalam konteks yang lebih luas, mereka mengharapkan seorang Ibu Negara. Dalam sebuah artikel berjudul ‘Ummi Ahmed, Ibu Negara Mesir Pertama’ diterbitkan pada tanggal 28 Juni, dilaporkan bahwa orang Mesir membenci beberapa penampilan luarnya dan menganggap ia tidak layak untuk posisi itu.
Sebagian lagi mengatakan bahwa Ummi Ahmed tidak akan pernah berjabat tangan dengan laki-laki bukan muhrimnya saat bertemu para pemimpin dunia lainnya. Lainnya menertawakan dirinya karena mengenakan abaya tradisional dan jilbab yang sangat islami.
Ini ejekan belaka dan sama sekali tidak memiliki dasar. Ini juga sebuah gelandang budaya yang menginginkan Ibu Negara yang terlihat dan berperilaku dengan cara tertentu dari Barat. Bahkan, apa yang disebut sebagai ‘standar Ibu Negara’ dan telah ditetapkan oleh barat, berasal dari ketidaktahuan dan ilusi. Mungkin, feminisme barat telah berhasil meyakinkan seluruh dunia bagaimana seorang wanita harus berperilaku dan dianggap sukses. Dan kebanyakan orang, tanpa bukti dan pengetahuan, begitu cepat setuju dan meniru.
Tapi Ummi Ahmed dalam penampilannya dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang namanya feminisme dalam Islam. Ia adalah seorang ibu rumah tangga. Ia adalah seorang perempuan yang tak mungkin keluar rumah tanpa izin suaminya. Seorang perempuan yang walaupun sudah berumur, tapi tetap mengenakan jilbab ketika berada di ruang publik. Soal dia adalah seorang Ibu Negara hanya bab ibadah kepada Allah dengan mendampingi suaminya tercinta. Ia adalah seorang ibu yang selalu tersenyum.
0 Response to "Tak Ada Yang Berubah Dalam Diri Ummi Ahmed"
Post a Comment