Suatu hari ia pergi dari Mekah ke Syam untuk suatu keperluan, sedangkan kaum Amaliq ketika itu sedang berada di Syam. Lalu ia melihat kaum Amaliq sedang menyembah berhala. Kemudian ia bertanya kepada mereka, “Apa sih artinya berhala-berhala yang kalian sembah ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah. Kami meminta hujan kepada berhala-berhala ini, maka berhala ini pun menurunkan hujan. Kami meminta pertolongan kepada berhala-berhala ini, maka berhala ini pun memberi pertolongan.” Lalu ia berkata kepada mereka, “Tolong berilah saya salah satu di antara berhala-berhala itu. Saya akan membawanya ke tanah Arab agar orang-orang menyembahnya.” Mereka pun memberinya sebuah berhala yang diberi nama Hubal.
Lalu ia datang ke Mekah dengan membawa berhala tersebut. Ia memasang berhala tersebut dan memerintahkan orang-orang agar menyembahnya dan memuliakannya. Ternyata orang-orang menurutinya, karena ia adalah orang yang diikuti ucapkannya dan sangat mengetetahui tentang urusan peribadatan. Bahkan, di Mekah terdapat sebongkah batu besar di mana seseorang dari Tsaqif berdiri di atasnya untuk membuat roti yang ia suguhkan kepada para jemaah haji. Batu tersebut dinaami batu ‘al-Lata’, yaitu batu untuk menumbuk halus dan membuat adonan roti. Ketika lelaki ini meninggal dunia, maka Amr bin Luhay berkata, “Sesungguhnya ia belum mati, tetapi ia masuk ke dalam batu besar. Ia memerintahkan orang Mekah agar menyembahnya dan membangun rumah yang diberi nama ‘al-Lata’. Mereka pun menuruti keinginannya.
Kemudian Islam datang dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kenyataan ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengetahui bahwa Amr bin Luhay adalah orang yang membawa berhala (Hubal) dari negeri Syam dan dialah yang memerintahkan orang-orang Quraisy hingga mereka membuat rumah al-Lata. Bahkan, beliau mengetahui yang lebih dari itu, beliau bersabda kepada salah seorang sahabatnya, “Hai Aktsam! Saya melihat Amr bin Luhay bin Qam’ah menarik ususnya di dalam neraka. Saya tidak melihat seseorang yang lebih mirip dengan orang lain daripada kemiripanmu dengannya dan kemiripannya denganmu.” Aktsam berkata, “Apakah kemiripanku dengannya memberikan madharat kepadaku, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak. Sesungguhnya engkau orang mukmin sedangkan dia orang kafir. Sesungguhnya dia adalah orang yang kali pertama mengubah agama Nabi Ismail ‘alaihissalam, lalu ia memasang berhala, mengiris telinga onta bahirah, mengabaikan onta saibah, menyampaikan domba washilah, dan melindungi onta ham.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
0 Response to "Orang Yang Pertama Mengubah Agama Ibrahim di Mekah"
Post a Comment