Mikroba |
Bayangkan jika daging sapi maupun kambing tidak pernah ada dalam kehidupan Anda. Sungguh kita takkan pernah merasakan kelezatan makanan yang biasa kita santap. Takkan pernah ada sate kambing, baso daging sapi, serta masakan lezat lain yang menggunakan daging kedua hewan tersebut. Namun, pernahkan Anda pikirkan, bagaimana sapi bisa menjadi sapi hanya dengan memakan rumput dan bahan lain yang berasal dari tumbuhan?
Adakah manusia yang telah mampu menciptakan teknologi pengolah rumput menjadi daging? Jawabannya adalah tidak ada. Keberadaan daging dan ketidakmampuan manusia membuatnya merupakan bukti bahwa daging telah diciptakan dengan perangkat yang jauh melebihi kecerdasan manusia. Perangkat tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah sapi atau kambing itu sendiri. Begitulah, sapi dan kambing layaknya pabrik berjalan supercanggih yang mampu mengolah rumput menjadi daging!
Air liur berlimpah
Sapi atau kambing bukanlah tabung ajaib yang begitu saja mampu merubah rumput yang ditelannya dengan serta-merta menjadi daging, layaknya sulap atau sihir. Rumput perlu dicacah menjadi potongan-potongan yang jauh lebih kecil lagi sebelum memasuki sejumlah tahap pencernaan berikutnya yang sungguh rumit. Pencernaan pertama ini berlangsung pada rongga mulut, dengan bantuan gigi, air liur, lidah dan bagian lain di dalam rongga mulut tersebut.
Gigi berfungsi mengunyah, memotong, mencacah dan menghancurkan pakan hijauan. Kerja ini dimudahkan oleh gerakan lidah yang membantu dalam hal pengadukan, dan air liur yang berperan sebagai cairan pelicin. Air liur juga menyediakan cairan yang diperlukan untuk proses pencernaan tahap berikutnya di lambung, terutama rumen. Cairan ini kaya akan zat bikarbonat yang berfungsi menjaga derajat keasaman pada lambung. Menurut perkiraan, sapi dewasa mampu menghasilkan 100-150 liter air liur setiap hari! Jika jumlah ini ditampung menggunakan gelas yang biasa kita gunakan untuk minum, maka akan diperlukan sekitar 300 gelas!
Bukan sembarang perut besar
Makanan yang dikunyah di mulut kemudian melewati kerongkongan, dan diteruskan ke perut (lambung) sapi dan kambing. Keduanya termasuk kelompok ruminansia, yakni hewan pemamah biak. Dari keseluruhan ruangan rongga perut hewan ini, sekitar tiga perempatnya ditempati oleh lambung. Lambung ini terdiri dari tiga bagian: rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan yang terbesar.
Tumbuhan yang menjadi pakan sapi mengandung selulosa dalam jumlah besar. Selulosa adalah pembentuk dinding sel tumbuhan, dan merupakan zat karbohidrat yang tak dapat dicerna oleh sapi maupun kambing. Lalu siapakah yang membantu mencernanya? Pencernaan selulosa melibatkan proses penghancuran dan penguraian menjadi molekul-molekul lebih kecil dan sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding saluran pencernaan sapi. Penguraian selulosa terjadi dengan bantuan beragam jenis mikroba yang terdapat di dalam perut sapi, terutama rumen. Mikroba ini memiliki enzim selulase, yakni zat yang mampu menghancurkan karbohidrat selulosa menjadi molekul-molekul pembentuknya yang lebih sederhana. Enzim ini tidak dapat dihasilkan hewan pemamah biak.
Di dalam rumen, peristiwa penguraian oleh mikroba menghasilkan glukosa yang kemudian dimanfaatkan oleh mikroba untuk menghasilkan energi dan senyawa-senyawa lebih sederhana yang lalu digunakan sapi. Semua ini terjadi dalam keadaan bebas oksigen (anaerob). Inilah yang disebut fermentasi. Di antara zat yang dihasilkan proses ini adalah asam lemak berantai pendek mudah menguap (yakni asam asetat, asam propionat, dan asam butirat), yang merupakan sumber energi bagi sapi. Selain itu, fermentasi ini juga menghasilkan asam laktat, gas karbon dioksida, dan gas metana.
Beragam zat yang tersebut dihasilkan oleh kerja beragam mikroba di dalam rumen yang berdaya tampung 100-300 liter (pada sapi) dan 4-10 liter (pada kambing). Satu mililiter saja dari seluruh isi rumen ini mengandung sekitar 1-100 miliar sel mikroba. Ini jauh melebihi jumlah seluruh manusia yang menghuni bumi. Kebanyakan mikroba ini berasal dari kelompok bakteri dan protozoa, sebagian kecil sisanya adalah jamur. Selain itu, jenis bakteri, protozoa serta jamur ini pun beragam. Boleh dikata, rumen ibarat suaka marga satwa, hanya saja terdapat beraneka ragam mikroba sebagai pengganti aneka satwa.
Jumlah maupun ragam mikroba ini haruslah berada dalam keadaan seimbang agar proses fermentasi atau pencernaan makanan dapat berjalan dengan baik. Masing-masing jenis mikroba harus pula menjalankan perannya dengan baik agar dihasilkan zat-zat yang berguna bagi tubuh sapi. Tanpa ini semua, sistem pencernaan akan terganggu dan berakibat buruk bagi kesehatan maupun pertumbuhan sapi.
Dalam fermentasi ini, jumlah mikroba semakin lama semakin banyak pula karena mereka pun berkembang biak dengan membelah diri. Namun sebagian sel-sel mikroba ini pun mati, teruraikan, dan akhirnya diserap oleh dinding saluran pencernaan makanan sapi.
Inilah sekelumit uraian sederhana tentang teknologi proses pembuatan daging dari rumput. Jangankan membuat pabrik semisal sapi, manusia sampai sekarang tak mampu menciptakan satu sel mikroba yang ada dalam lambung sapi. Lalu bagaimana sapi, kambing, seluruh alat pencernaan makannya dan miliaran mikroba rumen muncul menjadi ada, dan saling bertemu membentuk perangkat canggih ini? Semua ini tak mungkin terjadi tanpa kemampuan sempurna yang dimiliki Allah semata. Dialah Pencipta Terbaik, yang telah menciptakan hewan ternak, tidak saja untuk kenikmatan hidup manusia, tetapi juga untuk dipelajari dan diteliti manusia agar mereka mengetahui kehebatan sang Pencipta, sebagaimana seruan Allah:
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan, (QS. Al Mu’minuun, 23:21)
Sumber ; Insight magazine
0 Response to "SUAKA MARGA MIKROBA"
Post a Comment