Kisah Perjuangan seorang kader PKS yang menjadi karyawan Metro TV

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatu.

Saya adalah salah satu dari ribuan karyawan yang menjemput rizki dan
berkah Allah di Metro TV. Secara pribadi, sebagai Muslim, saya melihat
dan merasakan "ketidaksesuaian/kekurangan/handicap" Metro TV terkait
dengan Islam "dalam segala bentuk dan manifestasinya" (maaf, saya
meminjam istilah Orde Baru).
Saya bergabung dengan stasiun TV ini sejak pertengahan November 2004.
Pertamakali saya menginjakkan kaki di Metro TV, saya sempat shock. Di lobi
utama gedung baru, saya disambut oleh sepasang patung perempuan berwarna
perunggu tanpa busana setinggi +/- 5 meter. Semakin dalam saya menjelajahi
kantor baru saya, semakin banyak pernik berupa patung maupun lukisan wanita
tanpa busana yang saya jumpai.

Ketika saya masuk ke mini supermarket kantor untuk membeli minuman ringan,
ternyata saya menemukan display yang dirancang secara mewah dan eksklusif
khusus untuk memajang (dan tentunya menjual) minuman-minuman keras "kelas
atas".

Dan yang lebih miris, kompleks Media Group (Metro TV, Media Indonesia, dan
perusahaan-perusahaan lainny! a milik Surya Paloh) dengan segala
kemewahannya hanya menyisakan mushalla seluas +/- 3x5 meter yang
sedianya (dulu sebelum jadi mushalla) adalah ruang tunggu supir
perusahaan, sehingga sebagian pelataran jalan keluar kendaraan tepat
di depan mushalla harus diberi atap tambahan agar "lebih layak" untuk
dipakai shalat Jumat berjamaah. Namun, itupun belum bisa melindungi
seluruh jamaah shalat Jumat yang meluber hingga ke lobi 3 (dari
sinilah timbul istilah "Jamaah Lobiyah").

Belum lagi komposisi Board of Directors yang hanya menyisakan satu orang
Muslim yaitu Surya Paloh sendiri. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi
kebijakan, etos kerja, semangat, serta budaya kerja yang tidak Islami yang
berujung pada sikap perusahaan (bukan individual) yang sekuler.

Saudara-saudaraku, pemaparan saya di atas bukan bertujuan untuk
menjelek-jelekkan atau membuka aib kantor tempat saya bekerja, namun
semata-ma! ta untuk memberikan gambaran betapa "beruntungnya" saya dan
banyak rekan seperjuangan karena Allah memberikan kondisi tersebut
sebagai ladang amal dan perjuangan untuk menjemput pahala dan ridhaNya.

Dan memang, setelah lebih dari satu tahun saya bergabung dengan Metro
TV, sudah terjadi perubahan disana-sini ke arah yang Islami: Beberapa
karyawan perempuan sudah menutup auratnya dengan jilbab, ada beberapa karyawan
baru yang juga berjilbab, beberapa karyawan pria (muslim) sudah tidak malu-malu
lagi menumbuhkan janggut dan memakai peci/penutup kepala.
Display minuman keras yang saya ceritakan di atas sudah mulai dialih
fungsikan menjadi display buku yang sebagian adalah buku-buku
Islam, serta banyak lagi perubahan walaupun masih pada level bawah
(belum mencapai level kebijakan dan pengambil keputusan).

Ketika Sandrina memutuskan untuk berjilbab, percayalah, kami "Kaum
Muslim Metro! TV" menyambut gembira dan mendukung perjuangannya menghadapi
sistem yang masih belum mengizinkan presenter dan reporter tampil berjilbab.

Namun, kami yakin sepenuh hati bahwa Allah selalu bersama orang-orang
yang sabar dan istiqomah dalam berjuang. Insya Allah, dengan dukungan
dan do'a saudara-saudaraku sekalian, perjuangan kami dalam menegakkan
kalimat Allah di Metro TV dan Media Group akan mampu menimbulkan hasil
yang diridhai-Nya. Terima kasih. Maafkan bila ada kekurangan dalam
penyampaian. Billahi taufiq wal hidayah.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatu.

Jabat erat,


Muhammad Faisal Alaydrus
Metro TV Promo Voice Talent and Copywriter

Sumber:Milisi "majelismuda@yahoogroups.com"

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Perjuangan seorang kader PKS yang menjadi karyawan Metro TV"

Post a Comment