"BLUSUKAN" A LA UMAR

Inilah dia model "blusukan" zaman dulu. Tidak perlu media untuk meliputnya, tapi kisahnya abadi sampai akhir zaman.

Pada suatu malam menjelang dinihari Khalifah Umar bin Khaththab bersama seorang pembantunya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Dari salah satu rumah yang dilewatinya, Umar mendengar percakapan dua orang wanita, ibu dan anak gadisnya:

Ibu: "Campur saja susunya dengan air (agar lebih banyak)"
Anak: "Bagaimana aku bisa melakukannya sedangkan Khalifah telah mengeluarkan peraturan yang melarangnya."
Ibu: "Khalifah tidak akan mengetahuinya."
Anak: "Kalau Khalifah tidak mengetahuinya, maka pasti Allah mengetahuinya."

Percakapan di antara keduanya berkesan sekali di hati Umar ra. Keesokan harinya ia menyuruh pembantunya untuk menyelidiki kedua wanita itu. Setelah diketahui bahwa puteri sang ibu itu adalah seorang gadis, lalu Umar memanggil puteranya 'Ashim, dan menawarkan gadis itu untuk dinikahinya, dan disuruhnya puteranya untuk melihat secara langsung paras wajahnya, seraya berpesan kepadanya,

"Pergilah wahai anakku. Lihatlah gadis itu, nikahilah dia, dan aku berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mampu memimpin ummat."

Pernikahan pun berlangsung, dan dari mereka lahir seorang perempuan yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Kemudian dari pernikahan itu lahirlah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang sangat termasyhur keadilannya.

Sifat AMANAH dan KEJUJURAN ternyata menjadi penghubung antara Khalifah Umar bin Khaththab dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

https://www.facebook.com/kang.dank/posts/510281082345203

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to ""BLUSUKAN" A LA UMAR"

  1. Knapa ngga' nulis mas Blusukan ala Nabi Muhammad SAW sj skalian.?? Aku kira.,mungkin akan bnyak kisah "blusukan" Nabi Muhammad SAW yg bisa kita sampaikan dibandingkan yg lainnya yg jg ngga' terliput oleh media dan kisahnya sampai akhir zaman.... :)

    ReplyDelete
  2. Tulisan Anda tepat sama dengan tulisan saya di https://www.facebook.com/kang.dank/posts/510281082345203, cuma Anda tidak menyebutkan sumbernya. Saya sering mengutip tulisan Anda, tapi tak pernah lupa menyebutkan sumbernya. Kita harus membiasakan tradisi kejujuran dalam menulis, walaupun "copyright" tulisan hanya milik Allah subhaanahu wata'ala, tapi pencantuman sumber tulisan akan menghindarkan Anda dari tuduhan plagiat... Wassalaam...

    ReplyDelete
  3. terima kasih atas kritikannya,insya allah sumbernya akan kami sertakan,silakan cek kembali...maaf atas ketidaknyamanannya

    ReplyDelete