“Tapi mbok ya, sadarlah. Meskipun dihina macam begitu, kemuliaan Rasulullah toh, tidak berkurang,” kata si Human sambil mengepulkan asam rokok.
“Bener. Tapi ini bukan soal berkurang atau tidaknya kemuliaan beliau. Tapi soal hormat atau tidak hormat sampeyan pada beliau. Allah saja hormat. Apa jika bapak sampeyan dihina di depan mata sampeyan, sampeyan diem aja?” kata anak Rohis sambil mengibas-ngibas asap rokok.
“Ini kan bukan soal bapak saya?” kata si Human lagi sambil mengepulkan asam rokok berbentuk hati ditembus anak panah.
“Memang bukan. Bapak sampeyan kan kasar, suka nabok orang, suka maksa-maksa orang, suka merendahklan perempuan. Sementara Rasulullah itu lembut, penyayang, toleran dan sangat memuliakan para wanita,” kata anak Rohis.
Si Human marah. Dia tidak terima bapaknya dituduh begitu.
“Ini fitnah! Saya tidak terima,” kata si Human mencak-mencak sambil menghisap dalam-dalam rokoknya. Asapnya dihembuskan membentuk lukisan Angry Bird. Asap rokoknya bukan lagi putih, tapi coklat keruh kehitam-hitaman khas warna nikotin.
“Lha ya marah saja. Dan jangan sepelekan orang yang marah karena nabinya dihina. Kalo sampeyan boleh marah karena bapak sampeyan dihina, apa mereka tidak boleh marah dan menerima begitu saja nabinya dihina?” kata anak Rohis kalem.
-----
Humanisme itu saudara deket ateisme. Dengan sesamanya, mereka humanis. Tetapi dengan umat Islam, mereka ahumanis. Mereka yang humanis itu, tidak peduli perasaan umat Islam yang dilukai karena nabinya dihina mereka. Disini, mereka seperti membuang rasa kemanusiaannya pada umat Islam.
Ngertilah kalo anak Rohis, faham Humanisme itu sudah “bercerai” dari Tuhan dan agama. Yang ada adalah rasa kemanusiaan antar sesama humanis, tidak melibatkan kemanusiaan pengikut Muhammad shalalalaahu ‘alaihi wa sallam. Demi hak dan kebebasan manusia, apa saja boleh, meskipun harus menghina Rasulullah dan melukai kemanusiaan pengikutnya atas nama fridem of spic.
oleh : Abdul Muttaqin
0 Response to "Anak Rohis VS Humanis"
Post a Comment