Setiap kali Christina Wang pergi ke luar negeri dan kembali ke kamar hotelnya, dia selalu mengetuk pintu sebelum masuk, meskipun dirinya adalah satu-satunya penghuni kamar tersebut.
Wanita eksekutif pemasaran berusia 25 tahun itu mengatakan, ketukan pintu berarti minta izin masuk untuk bermalam dari “saudara-saudara baik” –makhluk tidak kasat mata yang mungkin menghuni kamarnya saat ia tidak ada.
“Seperti ketika mengunjungi teman. Anda tentu tidak akan masuk tanpa membunyikan bel atau mengetuk pintu, bukan? Bagi saya, itu sama seperti menghormati,” kata Wang dikutip AFP (26/8/2012).
Penduduk Singapura didominasi warga keturunan China. Dan kepercayaan takhayul seperti itu semakin menjadi-jadi selama perayaan Festival Hantu Lapar selama satu bulan penuh yang dimulai sejak pekan lalu.
Selama masa itu, orang-orang China percaya bahwa para hantu berkeliaran di dunia nyata, sebelum akhirnya mereka kembali ke dunia bawah, atau dunia tidak kasat mata.
Selama masa perayaan itu pula penjualan properti akan jatuh, karena orang menghindari transaksi bernilai besar. Mereka juga tidak mau tidur larut malam, karena takut bertemu dengan makhluk dari alam lain.
Di jalanan ramai digelar pertunjukan “getai” oleh para penyanyi profesional untuk tamu-tamu dari kalangan hantu. Maka dari itu, pengunjung jangan pernah coba-coba duduk di bangku depan yang kosong, sebab tempat itu diperuntukkan bagi para penonton tak berwujud.
Kemacetan lalulintas biasa terjadi di kota-kota besar. Namun di Singapura, penyebabnya tidak selalu karena kendaraan yang berjubel, melainkan karena kendaraan memperlambat kecepatannya. Para pengemudi sibuk mencatat plat nomor kendaraan lain, yang bisa jadi nomor keberuntungan jika dipasang dalam judi lotere.
Kejatuhan kotoran burung juga dianggap pertanda baik bagi para pejudi. Pasalnya, ada burung terbang yang buang hajat di antara hutan beton di metropolitan seperti Singapura merupakan peristiwa yang sangat langka.
Sebuah pohon di luar kota bagian barat Singapura bahkan menarik perhatian warga yang percaya mitologi China. Tidak lain karena kulit kayunya membentuk motif yang menyerupai gambar monyet.
'Pohon Monyet' itu sangat populer, sampai-sampai pihak berwenang merasa perlu menjelaskan lewat koran setempat bahwa pohon tersebut mengalami peristiwa alami sehingga tampak demikian, bukan karena sebab lainnya.
Ikon pariwisata nasional Singapura juga tidak luput dari takhayul.
Operator Singapore Flyer, kincir yang diyakini terbesar di dunia, mengubah arah putarannya pada tahun 2008. Arah putaran yang semula mengarah ke laut diubah menjadi berputar ke arah distrik finansial di Singapura.
Menurut para pakar feng shui, perubahan putaran itu akan memberikan energi positif yang membawa keberuntungan, sehingga membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi negara Singapura.
Kepercayaan pada takhayul penduduk Singapura seringkali dikaitkan dengan agama mereka, yang kebanyakan memeluk Buddha atau Taoisme, kata biksu tertinggi dari Taoist Federation, Chung Kwang Tong. Padahal sebenarnya tidak demikian.
“Agama itu sendiri tidak mengajarkan praktek semacam itu,” kata Kwang Tong kepada AFP.
“Kebanyakan dari mereka cuma sekedar coba-coba, karena sekedar mencoba tidak ada bahayanya,” imbuhnya.
Sementara itu menurut sosiolog dari National University of Singapore, Ang Swee Hon, oang-orang terpelajar di negara itu mempertahankan takhayul karena mereka menghadapi persaingan hidup yang sangat keras di sana.
“Oleh sebab itu, agar bisa bertahan orang-orang Singapura mencari aktivitas yang dinilai akan membawa manfaat bagi mereka. Dan sepertinya takhayul memberikan itu kepada mereka,” kata Ang.
“Jadi, bukannya dipandang irrasional, takhayul justru dipandang sebagai sesuatu yang rasional.” jelas Ang.
Lebih lanjut Ang menjelaskan, pembukaan pusat judi raksasa pada tahun 2010 menambah parah keimanan pada takhayul di kalangan pegila judi di Singapura, yang selama ini sudah akrab dengan judi balap kuda, undian, judi angka dan taruhan olahraga.
Pakaian dalam berwarna merah dianggap seksi di banyak negara. Tapi bagi para pejudi di Singapura, pakaian dalam berwarna merah akan membawa keberuntungan tersendiri, sebab menurut kebudayaan China warna merah memberikan harapan nasib baik.
Para pejudi dan pelaku bisnis di pasar saham, kerap menggunakan pakaian dalam merah sebelum memasang taruhan atau berspekulasi di pasar saham.
0 Response to "Singapura, Negeri Moderen Beriman Pada Takhayul"
Post a Comment