Koalisi
antara fundamentalis sayap kanan di Israel, Partai Likud yang dipimpin
Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dengan Partai Yisrael Beiteneu yang
dipimpin Menlu Avigdor Lieberman, serta semakin populernya sayap kanan
di mata rakyat Israel, ini menandakan kecenderungan rakyat Israel
memiliki pandangan yang sama dengan para pemimpin sayap kanan, yang
memiliki cita-cita ingin membangun Israel Raya.
Tak
aneh bila Israel terus menolak langkah-langkah perdamaian yang
didorong oleh AS, yang sebenarnya sudah sangat menguntungkan bagi
kepentingan masa depan Israel. Gagasan dua negara Palestina-Israel, yang
digagas oleh AS itu, tak mempengaruhi pemimpin Israel, khususnya sayap
kanan, yang sekarang berkuasa. Netanyahu menolak mentah-mentah gagasan
dua negara itu. Gagasan dua negara itu, hanyalah akan menjadi
malapetaka bagi keamanan Israel.
Hakikatnya
politik Zionis itu, tak lain, bangkitnya kembali entitas Yahudi, yang
diaspora (terpencar-pencar) di seluruh dunia, dan menyatu kembali ke
dalam satu bangsa, dan hidup di tanah yang ‘dijanjikan’, Palestina.
Gerakan Zionisme itu meniru gaya penjajahan Barat secara politis.
Selama beberapa dekade gerakan Zionisme itu, belajar dan berkhidmat
kepada Barat dan mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama antara
keduanya. Maka, sangatlah wajar, bila sekarang terjadi apa yang disebut
dengan ‘mutualisma simbiosa’ antara Zionisme dengan Barat.
Gerakan
Zionisme itu mempunyai tujuan akhir yang hendak diwujudkan, dan bukan
hanya ingin mendirikan negara Israel Raya, tetapi mempunyai tujuan yang
lebih luas diantaranya :
1.Gerakan
Zionisme mempunyai tujuan akhir mendirikan Kerajaan Nabi Dawud dan
Sulaiman, yang menjadi sebuah mitos dikalangan masyarakat Yahudi, dan
dibangun oleh kalangan Zionis, yang sangat aktif secara politik dan
ideologi.
2.Melakukan
penguasaan sumbe daya ekonomi dan sumber daya alam vital guna
menunjang gerakan, terutama bagi membangun negara yang menjadi
‘Kerajaan’ Nabi Dawud dan Sulaeman.
3.Menanamkan
doktrin Zionisme kepada seluruh orang-orang Yahudi di seluruh dunia,
tentang doktrin tanah yang dijanjikan, Palistina, dan menjadi hak
mutlak bagi mereka. Karena itu, tak ada entitas lainnya, yang
mempunyai hak hidup di wilayah itu.
4.Karakter
hubungan saling berkaitan antara politik dan ekonomi itu, sudah
menjadi ideologi Zionisme yang mapan, dan sangat mempengaruhi dalam
setiap gerak dan langkah, yang mereka lakukan. Karena itu, setiap
gerakan Zionisme berusaha melakukan penguasaan terhadap setiap
pemerintahan di dunia, dan menguasai ekonomi mereka.
5.Menciptakan
langkah-langkah strategis, yang tujuan melemahkan perjuangan bangsa
Arab dan Islam dalam menghadapi Zionis-Israel dengan politik adu-domba
(divide at impera), dan menanamkan sekulerisme, yang menghilangkan
fanatisme terhadap agama (Islam), dan mendorong agar paham pluralisme
itu menjadi ideologi. Dengan cara itulah gerakan-gerakan yang menentang
Zionisme akan menjadi lemah. Karena masyarakat muslim sudah tidak lagi
memiliki keyakinan terhadp agama mereka.
Gerakan
Zionisme ini berdiri kokoh diatas landasan yang substansial, bahwa
Yahudi itu bukan sekedar konsep agama, melain juga negara yang didukung
dengan ideologi menjajah melalui cara penguasaan, baik secara
politik, ekonomi, yang ditopang dengan ideologi. Inilah hakekat Zionisme
yang ada ini.
Tak
bakal lahir Palestina yang merdeka, hanya mengandalkan belas kasihan
Israel, seperti apa yang sudah dilakukan Mahmud Abbas dan Organisasi
Al-Fatah sekarang, yang benar-benar mengabdi kepada Israel. Tak juga
dengan perundingan dan perdamaian yang akan menghasilkan sebuah
cita-cita kemerdekaan, karena Israel tak menginginkan Palestina menjadi
sebuah entitas politik yang eksis dan berdaulat. Israel hanyalah
menginginkan Palestina itu, sebagai sebuah bangsa kelas dua, yang
hidupanya tergantung oleh belas kasihan Israel.
Inti
sari konsep Zionisme itu, tak lain, adalah sikap panatisme dan
ortodok, yang sangat mendalam, yang tidak mungkin akan berubah. Mereka
memiliki gambaran yang ideal tentang negara, yang membentang dari Sungi
Nil (Mesir) sampai Sungai Eufrat (Irak). Inilah yang menjadi bentuk
kerajaan Nabi Dawud dan Sulaimen, di era Benyamin Netanyahu sekarang
ini.
Apakah
konsep Zionisme yang membangun kerajaan Dawud dan Sulaiman itu sudah
terwujud? Secara teritori (wilayah) negara mungkin belum. Tetapi,
secara substansi (hakekat), sejatinya negara-negara tetangga Israel itu
sudah menjadi wilayah negara Israel. Karena, negara-negara di
sekeliling Israel itu, sudah mengabdi kepada kepentingan Israel. Mereka
tidak merupakan sebuah negara yang berdaulat yang dapat menentukan
kebijakannya secara bebas.
Kasus
yang sangat kasat mata, seperti ketika Israel menyerang Gaza, tak ada
satupun, negara Arab di sekelilingnya yang berani menentang Israel,
tapi yang ada justru mereka mendukung tindakan agresi Israel ke
wilayah Gaza, yang bertujuan untuk menumpas ‘teroris’ Hamas. Para
pemimpin Arab, seperti Presiden Mesir Hosni Mubarak, Raja Arab Saudi
Abdullah, Raja Jordania Abullah, dan Presiden Suriah Bashar Assad, dan
Presiden Lebanon Rafiq Hariri, mereka membiarkan rakyat Palestina
dihancurkan oleh Israel.
Jadi
Kerajaan Dawud dan Sulaeman hakikatnya sudah berdiri di tanah Arab,
yang membujur dari sungai Nil (Mesir) sampai ke sungai Eufrat (Iraq).
Meskipun, wilayah itu masih mempunyai pemerintahan, presiden, raja,
tapi semuanya mengabdi kepada Zionis Israel.
|
0 Response to "Tujuan Akhir Zionisme Mendirikan Kerajaan Daud dan Sulaeman"
Post a Comment