Sejatinya, Indonesia hanyalah satu dari circle yang digulirkan Zionis untuk menekan laju penduduk bumi. Di China mereka menjalankan Program Kebijakan Satu Anak atau jìhuà shēngyù zhèngcè. Lain lagi dengan negeri samba, disana orang-orang menyebut KB dengan Planejamento Familiar. Di India dijalankan kebijakan National Population Policy. Negeri beruang merah Uni Sovyet ada program perencanaan kependudukan yang mereka namakan Kontrolya V Oblasti Planirovaniya Sem’i Naseleniya.
Lalu siapakah Tokoh Yahudi modern yang ‘berjasa’ atas ini semua?
Namanya memang tidak setenar Darwin, tapi
gagasan Evolusionis tokoh Atheis itu merujuk padanya. Iya, dia pria itu
bernama Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Thomas Malthus, sejatinya adalah seorang
pakar demografi Inggris sekaligus ekonom politk yang paling terkenal
karena pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang
pertambahan penduduk.
Bagi Malthus, pertumbuhan sumber daya manusia tidak simetris dengan potensi sumber daya alam. Dalam An Essay on the Principle of Population (Sebuah Esai tentang Prinsip mengenai Kependudukan),
yang pertama kali diterbitkan pada 1798, Malthus membuat ramalan yang
terkenal bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang
menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Pada titik inilah
kekacauan akan terjadi. Dan apa yang diramalkan Darwin dengan nama Survival for the fittest akan menjadi keniscayaan.
Rupanya tesis Malthus juga tidak
orisinal. Pandangan-pandangan Malthus umumnya dikembangkan sebagai
reaksi terhadap pandangan-pandangan yang optimistik dari ayahnya dan
rekan-rekannya, terutama J.J Rousseau. Ya tokoh pendidikan anak, yang
justru membuang lima anak haramnya ke rumah sakit pungut itu.
Anehnya solusi yang ditawarkan Malthus untuk meredakan kemelut itu seakan menyelisihi Islam, yakni apa yang ia sebut sebagai preventive checks atau
penundaan perkawinan. Ide Malthus itu kini dikampanyekan oleh salah
satu lembaga KB di Indonesia dengan pemeran salah seorang artis ternama.
Pada gilirannya, ide Malthus yang masih
sederhana dibuat menjadi praktis oleh kalangan Barat. Maka, muncullah
kondom dari Maria Stopes (1880-1950). Alih-alih alat ini digunakan
sebagai bagian dari kontrasepsi, namun pada gilirannya mereka justru
mengkampanyekan seks bebas. Persis seperti penggiat HIV/AIDS era akhir
zaman seperti sekarang. Bukan mengatasi akar masalahnya, namun hanya
menambah masalah. Bahkan di Inggris pada tahun 2010, Maria Stopes Organization membuat sebuah layanan iklan untuk mengkampanyekan Aborsi.
“Penelitian menunjukkan bahwa 42% orang
usia dewasa masih belum mengetahui kemana mereka harus pergi untuk
menyelesaikan masalah ‘kehamilan yang tidak diinginkan’ ini, meskipun
dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa satu dari tiga wanita di
Inggris telah melakukan aborsi satu kali seumur hidup mereka,’” ungkap
Judy Douglas dari Maria Stopes kepada Sky News Online.
Iklan ini jelas memancing perdebatan
karena ada sebagian pihak di Inggris yang tidak menyetujui mengenai
penayangan iklan ini salah satunya adalah salah satu LSM anti aborsi
seperti Pro Life.
Islam sebagai agama mulia sepanjang zaman
telah mengatur persoalan ini. Bahwa banyaknya anak bukanlah petanda
kemiskinan seperti yang digembar-gemborkan Malthus dan kronco Yahudinya
di PBB.
Oleh karenanya, yang menjadikan sebagian
manusia mengalami kemiskinan atau krisis pangan tidak lain adalah
tangan-tangan tipu daya yang dimainkan kaum kapitalis, seperti terjadi
di Somalia baru-baru ini.
Allah SWT berfirman, ”Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rizkinya.” (QS 11 : 6).
Maka itu tak
heran Aa Gym pernah berkata, ”Kenapa kita takut akan rezeki Allah, gajah
aja gak sekolah gemuk-gemuk. Plankton yang hidup didasar laut saja
diberi rezeki, bagaimana dengan kita sebagai makhluk hidup yang mulia?”
Jadi buat apa wanita muslim takut memiliki banyak anak? Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “Nikahilah
perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena
sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan
para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad,
Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik]. Jadi, ayo
para ibu muslim, cetak generasi bertauhid sebanyak-banyaknya!
Allahua’lam.
betul sekali
ReplyDeletesangat menarik isi tulisan ini,memang rezeki setiap makluk hidup sudah di tentukan oleh Allah SWT, namun kalau kita meninggalkan generasi yang kurang berguna,atau tidak ada ketrampilan untuk bekal hidupnya, atau malah merepotkan orang lain,apa itu yang di kehendaki Allah??? sebaiknya kita ambil jalan tengahnya ajalah.
ReplyDelete#Inga punya cerita
Deletekenapa harus meninggalkan generasi kurang berguna?????? bukankah kita sudah di beri ilmu nya ,, sudah di contohkan oleh Rosululloh Shalallahu Alaihi Wasalam, dalam hal membina anak, merawat, mendidik ,,,
makanya sebagia umat Islam kita wajib Belajar,