Kekayaan atau kemiskinan yang didapat oleh seseorang
merupakan ujian dari Allah SWT terhadap umat_nya. Allah SWT telah memberikan
kelapangan bagi umatnya., Allah SWT juga menganugerahkan kepada setiap umatnya
dengan berbagai macam kebaikan agar Allah SWT mendengar apakah umatnya
memujiNya dan mau bersyukur kepadaNya ?
Miskin ataupun kaya adalah pemberian dari Allah SWT. Di Dalam ajaran Islam, Mengasihi Sesama Manusia adalah
bagian terpenting dari ajaran Nabi Muhammad saww dan Ahlul Baitnya. Mencintai
umat manusia adalah realisasi dari ajaran al-Qur’an, yang mana pengutusan Nabi
Muhammad Saww merupakan rahmat dan wujud kasih sayang Allah SwT atas Alam
Semesta ,“Tiadalah Kami mengutusmu (Wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat
(Ku) atas Alam Semesta” (QS Al-Anbiya’ [21] ayat 107). Yang berbunyi :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧)
Yang artinya :
Dan Kami tidak mengutus
engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
Rosulullah juga
berwasiat kepada Abu Dzar yang ditujukan untuk seluruh umat islam untuk
mencintai orang – orang miskin dan dekat dengan mereka.
Orang-orang miskin yang
dimaksud, adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak punya
kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan mereka tidak mau meminta-minta
kepada manusia.Pengertian ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
لَيْسَ
الْمِسْكِيْنُ بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوْفُ عَلَى النَّاسِ، فَتَرُدُّهُ
اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ. قَالُوْا : فَمَا
الْمِسْكِيْنُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لاَ يَجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ
وَلاَ يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ، وَلاَ يَسْأَلُ النَّاسَ شَيْئًا.
“Orang miskin itu
bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan
sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya:
“Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau
menjawab,”Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak
mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadaqah (zakat), dan mereka
tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain.”[1]
Islam menganjurkan
umatnya berlaku tawadhu` terhadap orang-orang miskin, duduk bersama mereka,
menolong mereka, serta bersabar bersama mereka. Mencintai orang-orang
miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan membantu dan menolong mereka,
bukan sekedar dekat dengan mereka. Apa yang ada pada kita, kita berikan kepada
mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam setiap
urusan, dihilangkan kesusahan pada hari Kiamat, dan memperoleh ganjaran yang
besar.
Ada sebuah do’a
yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang isinya: Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa
hubbal masaakiin … (Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai orang miskin). Dari do’a
ini saja menunjukkan keutamaan seorang muslim mencintai orang miskin. Lalu
kenapa sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berdo’a sedemikian rupa? Apa gerangan dengan si miskin?
Mencintai orang
miskin adalah tanda ikhlasnya cinta seseorang. Karena apa yang dia harap dari
si miskin? Si miskin tidak memiliki materi atau harta yang banyak. Beda halnya
dengan seseorang mencintai orang kaya, pasti ada maksud, ada udang di balik
batu. Dan kadang maksud mencintai orang kaya tadi tidak ikhlas.
Inilah di antara alasan kenapa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
do’a yang demikian kepada kita.
Mari kita lihat
penjelasan mengenai hadits yang kami maksudkan di atas. Dalam hadits qudsi,
Allah Ta’alaberfirman,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ
الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِى وَتَرْحَمَنِى وَإِذَا
أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِى غَيْرَ مَفْتُونٍ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ
وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“Wahai Muhammad, jika engkau shalat, ucapkanlah
do’a: Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal
masaakiin, wa an taghfirolii wa tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin
fatawaffanii ghoiro maftuunin. As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba
‘amalan yuqorribu ilaa hubbik (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah
melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika
Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam
keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai
orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku
kepada cinta-Mu)”. Dalam lanjutan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan,
“Ini adalah benar. Belajar dan
pelajarilah”. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kandungan Do’a yang Penuh Berkah
Do’a yang penuh
berkah di atas berisi berbagai macam permintaan dan menunjukkan kesempurnaan
serta menjelaskan pula agungnya do’a yang diminta. Di dalamnya berisi
permintaan agar diberi taufik untuk melaksanakan kebaikan dari berbagai macam
amalan sholeh. Begitu pula di dalamnya berisi permintaan agar seorang muslim
dijauhkan dari perbuatan munkar dan kejelekan. Juga di dalamnya seorang muslim
meminta agar tidak terkena fitnah dan kerusakan dalam agama, hal dunia, dan
saat hari pembalasan. Oleh karenanya, sudah sepatutnya seorang muslim
memperbanyak do’a tersebut. Hendaklah pula ia memahami maksudnya, lalu
mengamalkan isinya. Siapa saja yang mempelajari dan mengamalkan isi kandungan
do’a tersebut niscaya ia akan meraih kebahagiaan di dunia, alam barzakh dan di
akhirat.
Yang menunjukkan
agungnya do’a di atas, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan pada Nabi-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
memanjatkan do’a tersebut ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammelihat-Nya
dalam mimpi sebagaimana disebutkan dalam kisah di awal hadits.
Meminta Seluruh Kebaikan
Pertama, do’a di
atas berisi meminta segala macam kebaikan dan meminta agar dijauhkan dari
berbagai kemungkaran. Yang namanya kebaikan adalah segala hal yang Allah cintai
berupa perkataan dan perbuatan, baik amalan wajib maupun amalan sunnah.
Sedangkan kejelekan adalah setiap yang Allah benci berupa perkataan dan
perbuatan.
Siapa saja yang
mendapatkan kebaikan yang diminta dalam do’a ini, maka ia telah meraih kebaikan
di dunia dan akhirat. Inilah do’a yang jaami’, ringkas namun syarat
makna. Do’a yang jaami’ seperti inilah yang beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam sukai.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau
berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai doa-doa yang singkat padat, dan
meninggalkan selain itu.” (HR. Abu Daud no. 1482, dikatakan shahih oleh
Syaikh Al Albani). Hendaklah kita membiasakan membaca do’a yang memiliki sifat
demikian, apalagi yang langsung diajarkan atau dituntukan dalam Al Qur’an dan
hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keutamaan Mencintai Orang Miskin
Pertama: Mencintai
orang miskin termasuk kebaikan
Mencintai orang
miskin termasuk kebaikan. Dalam do’a yang diajarkan di atas, mencintai orang
miskin disebutkan secara tersendiri dan ini menunjukkan pentingnya amalan ini,
di samping menunjukkan kemuliaannya.
Kedua: Mencintai orang
miskin dan dekat dengan mereka akan memudahkan hisab seorang muslim pada hari
kiamat
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ…
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia
dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.
Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan
memudahkan atasnya di dunia dan akhirat ” (HR. Muslim no. 2699).
Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a
agar bisa menjadi bagian dari orang miskin (karena tawadhu’nya beliau) bahkan
bisa berkumpul dengan mereka di hari kiamat karena orang miskin-lah yang mudah
dihisab di hari kiamat. Mereka tidak memiliki banyak harta dibanding orang
kaya, sehingga mereka lebih dahulu masuk surga. Bukti bahwa sedikit harta akan
sedikit hisabnya adalah pada hadits Mahmum bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ
وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنَ الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ
وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقُلُّ لِلْحِسَابِ
“Dua hal yang tidak disukai oleh manusia: kematian, padahal kematian itu baik bagi muslim tatkala fitnah melanda,
dan yang tidak disukai pula adalah sedikit harta, padahal sedikit harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab
(pada hari kiamat)” (HR. Ahmad 5: 427. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid)
Ketiga: Dekat dengan
orang miskin berarti semakin dekat dengan Allah pada hari kiamat
Dalam hadits Anas
bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ « اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا
وَأَمِتْنِى مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِى فِى زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِنَّهُمْ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا يَا
عَائِشَةُ لاَ تَرُدِّى الْمِسْكِينَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ يَا عَائِشَةُ
أَحِبِّى الْمَسَاكِينَ وَقَرِّبِيهِمْ فَإِنَّ اللَّهَ يُقَرِّبُكِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ »
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan
miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama dengan
orang-orang miskin pada hari kiamat”. ‘Aisyah berkata, “Mengapa –wahai Rasulullah- engkau meminta
demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke dalam surga 40 tahun
sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang miskin
walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin dan dekatlah
dengan mereka karena Allah akan dekat dengan-Mu pada hari kiamat”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi no. 2352. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits inishahih). Lihatlah bagaimana sampai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong
‘Aisyah untuk mencintai dan dekat dengan orang miskin. Karena keutamaannya,
seseorang akan semakin dekat dengan Allah pada hari kiamat. Namun patut
diingat, Mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan
membantu dan menolong mereka. Jadi bukan hanya sekedar dekat dengan mereka.
Catatan:
Adapun maksud do’a yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah agar AllahTa’ala memberikan sifat tawadhu` dan rendah
hati, serta agar tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi zhalim maupun
orang-orang kaya yang melampaui batas. Makna hadits ini bukanlah meminta agar
beliau menjadi orang miskin, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Atsir rahimahullah, bahwa kata “miskin” dalam hadits di atas
adalah tawadhu’. Sebab, di dalam
hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberlindung
dari kefakiran.
Keempat: Mencintai
orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah
Para ulama
menjelaskan bahwa mencintai orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah.
Karena orang miskin tidaklah memiliki materi dibanding orang kaya. Namun
seseorang harus mencintai si miskin itu karena Allah, artinya semakin si miskin
itu beriman, ia pun semakin menaruh cinta padanya. Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ
وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah,
membenci karena-Nya, memberi karena-Nya, dan tidak memberi juga karena-Nya,
maka ia telah sempurna imannya” (HR. Abu Daud no. 4681, Tirmidzi
no. 2521, dan Ahmad 3: 438. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kelima: Mencintai orang
miskin termasuk dalam wasiat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu Dzar berkata,
أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ
الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ
أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ
وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ،
وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ
لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa
sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang
miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat
kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada
di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun
mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa
hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun
pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela
dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau menasehatiku agar tidak
meminta-minta sesuatu pun kepada manusia” (HR. Ahmad 5: 159. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Keenam: Memperjuangkan
kehidupan orang miskin termasuk jihad di jalan Allah
Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
السَّاعِى عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ
كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ –وَأَحْسِبُهُ قَالَ-: وَكَالْقَائِمِ لاَ
يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ.
“Orang yang membiayai kehidupan para janda dan
orang-orang miskin bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” –Saya
(perawi) kira beliau bersabda-, “Dan bagaikan orang yang shalat tanpa merasa
bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus” (HR. Muslim no. 2982).
Ketujuh: Menolong orang
miskin akan mudah memperoleh rizki dan pertolongan Allah, serta akan mudah
mendapatkan barokah do’a mereka
Dengan menolong
orang-orang miskin dan lemah, kita akan memperoleh rezeki dan pertolongan dari
Allahsubhanahu wa ta’ala.
Dalam hadits disebutkan bahwa Sa’ad menyangka bahwa ia memiliki kelebihan dari
sahabat lainnya karena melimpahnya dunia pada dirinya, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ
بِضُعَفَائِكُمْ
“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan
rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian”
(HR. Bukhari no. 2896).
Dalam lafazh lain
disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ
بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ.
“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan
sebab orang-orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan
keikhlasan mereka” (HR. An Nasai no. 3178. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Baththol
berkata, “Ibadah orang-orang lemah dan doa mereka lebih ikhlas dan lebih terasa
khusyu’ karena mereka tidak punya ketergantungan hati pada dunia dan
perhiasannya. Hati mereka pun jauh dari yang lain kecuali dekat pada Allah
saja. Amalan mereka bersih dan do’a mereka pun mudah diijabahi (dikabulkan)”. Al
Muhallab berkata, “Yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maksudkan
adalah dorongan bagi Sa’ad agar bersifat tawadhu’,
tidak sombong dan tidak usah menoleh pada harta yang ada pada mukmin yang lain”
(Lihat Syarh Al Bukhari li Ibni Baththol, 9: 114).
Kedelapan: Memiliki
sifat tawadhu’ dan qona’ah
Orang yang
mencintai si miskin akan memberikan pengaruh baik pada dirinya yaitu semakin
tawadhu’ (rendah diri) dan selalu merasa cukup (qona’ah) karena ia selalu
memperhatikan bahwa ternyata Allah masih memberinya kelebihan materi dari yang
lainnya. Inilah sifat mulia yang diajarkan Islam pada umatnya. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا
إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam
masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di
atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak
meremehkan nikmat Allah padamu” (HR. Muslim no. 2963).
Siapa Si Miskin yang Patut Dicintai?
Perlu dipahami,
siapa orang miskin yang pantas dicintai? Tentu saja bukan orang miskin yang
musyrik. Tentu saja bukan orang yang sering meninggalkan shalat, atau yang
lebih parah tidak pernah shalat. Tentu saja bukan yang malas puasa wajib di
bulan Ramadhan. Tentu saja bukan yang gemar melakukan ajaran yang tidak ada
tuntunan dalam Islam. Yang patut dicintai adalah seorang muslim yang taat.
Begitu pula bukanlah masuk kategori miskin jika malas-malasan kerja, yang hanya
menjadikan meminta-minta di jalan sebagai profesi harian. Pahamilah hadits
berikut, yaitu dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ
الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى
وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا
“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak
menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak
punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak”
(HR. Bukhari no. 1476).
Baca ulasan
lainnya di website ini: Jangnlah Jadi Pengemis
Ya Allah, berilah
kami sifat mencintai orang miskin dan menjadi mujahid di jalan Allah dengan
memperjuangkan dan menolong mereka.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ
الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah
melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran sertaaku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai
orang miskin
Wa billahit taufiq.
Demikianlah penjelasan
tentang anjuran untuk mengasihi saudara – saudara kita yang kurang beruntung,
semoga dengan penjelasan di atas dapat memberikan manfaat kepada kita semua
untuk selalu beristiqomah untuk mengasihi orang – orang miskin. Dan semoga kita
bisa meneladani kebesaran Rosulullah SAW yang sangat mencintai orang miskin.
Sumber :rumaysho.com
0 Response to "Mencintai Orang – Orang Miskin"
Post a Comment