Patah
hati bisa membuat emosi menjadi labil, galau dan sedih. Mungkin dia love at first
sight (cinta pandangan pertama). Sebenarnya hal yang membuat
emosi negatif tersebut dikarenakan kita tidak ikhlas menerimanya, kita berharap
terlalu banyak dengannya, berharap dia mencintai dengan sepenuh hati, akibatnya
kekecewaanlah yang timbul.Rasa sakit ini menjadikan semangat patah, Rasa
sakit ini merupakan sebuah sinyal dan memberitahu kita kalau ada yang harus
diperbaiki serta diperhatikan. Tanpa rasa sakit, bagaimana kita tahu kalau
tubuh perawatan? Misalnya sakit perut, rasa sakit merupakan cara tubuh
memberitahu untuk menjaga makanan yang masuk serta makan dengan teratur atau
ada yang salah dengan perut kita. Rasa Sakit secara emosional juga sama,
merupakan cara tubuh memberitahu kalau kita perlu pertolongan. Saat hati kita
sakit, dan mempengaruhi keseluruhan hidup kita, artinya waktunya untuk
mengobati rasa sakit tersebut. Rasa sakit juga menjadi panduan seperti kompas.
Memberitahu bagian mana yang nggak sehat atau merasakan hal yang nggak benar.
Yang penting adalah harus jeli mendengarkan “teriakan” atau peringatan yang
diberikan tubuh. Sebagai “korban”, kita sering nggak mendengarkan rasa
sakit. Tapi kalau kita berperan sebagai pihak yang bertahan, kurang lebih kita
seperti membuka diri terhadap rasa sakit tersebut. Kita belajar dari rasa sakit
tersebut dan berkembang, serta bertahan. jangan sampai bunuh diri.
PACARAN,
ya kata ini paling populer di kalangan remaja dan mahasiswa. Gak punya pacar
rasanya seperti hidup di dunia lain. Bahkan karena dianggap tak punya pacar,
stigma jomblo dirasakan aib dan ‘teror’ kalangan remaja.
Saking pentingnya pacar
bagi rata-rata kawula muda, sekarang sudah booming istilah Long
Distance Relationship alias LDR. Yakni pacaran jarak jauh.
LDR ini cukup jadi
favorit, utamanya bagi mereka yang hariannya stalking media sosial. Tau kan,
sekarang banyak orang senyam-senyum lihat layar smartphonenya? Meski tidak
semua karena sedang LDR-an, tapi kalau remaja masak iya dia sedang chatting
sama guru matematikanya hehe.
Sebagian kawula muda
memandang LDR jauh lebih aman ketimbang pacaran jarak dekat. Karena jarang
pegang-pegangan, gak jalan bareng, alias cukup buka smartphone, terus chatting,
sudah. Gak perlu modal buat jalan-jalan, makan bareng, hunting pernak-pernik,
dan sebagainya. Very simple pokoknya.
Tetapi, yang namanya
pacaran tetap saja tidak membawa keuntungan yang benar-benar fitrah manusia
butuhkan. Misalnya, belum ada tuh cerita kawula muda berprestasi, kreatif dan
sukses jadi entrepreneur yang hari-harinya cuma pacaran.
Pacaran mungkin
menjanjikan keindahan. Tetapi dalam kenyataan, semua hanya sebatas impian.
Makanya sekarang banyak sekali netizen remaja yang statusnya galau bin kacau.
Tidak jarang kata yang memiliki arti dalam pun jadi salah tempat.
Ada netizen remaja yang
menulis status twitternya seperti ini, “Sudah sabar aja. Aku mah sering banget
di PHP-in ma doi. Tapi mau apalagi, inilah hidup. Sabar aja lagi.”
Padahal, sabar kan
tempatnya dalam ketaatan dan kesungguhan menjauhi larangan. Ini malah dipake
dalam pacaran. Di sini kita merasa sedih.
Kemudian ada yang
gradasinya lebih serius hehe. “Huh dasar cowok. Kalau sudah dikasih apa maunya,
main pergi aja. Nyesel gue, tau gitu gak sudi gue pacaran ma looo.”
Kalau itu dilakukan
kawula muda sejak SMP, lanjut SMA dan kuliah. Bayangkan berapa kali hidup harus
bertemu dengan yang namanya patah hati. Padahal, hidup ini kan bukan untuk
patah hati. Dan, sangat sedikit yang menikah dan langgeng kakek-nenek berawal
dari pacaran. Kalau yang bermasalah buanyak sekali.
Nikah Yes,
Pacaran No
Mengapa pacaran sering
bikin patah hati? Jawabannya sederhana, karena tidak ada ikatan sakral. Islam
mengatur hubungan lelaki dan wanita sedemikian rupa. Kalau memang sudah siap,
segeralah menikah. Pacaran, sama sekali tidak dikenal dalam ajaran mulia ini
(Islam).
Tapi kalau nikah kan
masih lama? Ya, kalau Anda masih SMP terus mau nikah kan belum waktunya. Lantas
kalau belum waktunya jadi boleh pacaran gitu!
Tetep nggak
dong. Coba deh berpikir dulu. Ke sekolah orang tua maunya kepada kita apa.
Belajar kan? Ya udah, serius saja belajar. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk
menempa diri sebaik mungkin. Soal teman-teman pacaran, itu pilihan mereka.
Bukankah masa depan kita ditentukan oleh kita sendiri!
Di sinilah pentingnya
kawula muda mengerti bahwa cinta hanya boleh dibahas saat pernikahan. Selama
sekolah, maka tidak ada bahasan apalagi praktik cinta terhadap lawan jenis.
Simple bukan.
Kalau pemahaman kawula
muda sudah seperti itu, yakin deh yang namanya cowok-cowok mental pecundang itu
gak akan pernah berani deket. Karena mereka juga ngukur diri, mereka belum
mampu bertanggung jawab.
Hal yang sama juga
berlaku sama remaja Muslim lelaki. Kalau mindsetnya sudah Nikah
Yes Pacaran No. Kamu tidak akan pernah terpikir untuk bagaimana mendekati
si A si B dan sebagainya hanya untuk dijadikan pacar. Tetapi, kamu akan sibuk
mengisi waktu untuk fokus belajar dan menempa diri.
Indahnya Pacaran Setelah
Nikah
Boleh percaya, boleh
tidak. Tetapi ini fakta. Sewaktu ada seorang mahasiswa Hidayatullah Depok,
ada seorang mahasiswa yang ketika lulus memantabkan diri ikut progam ‘Nikah
Mubarokah’ di Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan Kalimantan
Timur.
Sebut saja namanya Rama.
Selama kuliah Rama memang tidak terlihat kecuali di tiga tempat. Masjid, kelas
dan perpustakaan. Sesekali keluar kampus mengikuti seminar di luar. Setelah
lulus dan menikah, kehidupannya pun makin tidak jauh dengan yang namanya buku.
Ketika menikah, Rama
mendapatkan pasangan asal Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Usai nikah, Rama kembali
menjalani aktivitas dakwahnya di sebuah desa tertinggal di kawasan Banten. Dan,
setelah tiga tahun pernikahannya berjalan saya bertemu Rama.
Saya bertanya, “Rama
bagaimana rasanya ikut nikah mubarokah?” Alhamdulillah bang, saya luar biasa
terkejut. Indahnya bukan main,” katanya disertai senyum lebar.
“Padahal saya tidak
pernah kenal istri saya sebelumnya. Saya bismillah saja, nikah dengan niat
ibadah dan dakwah. Itu saja modal saya,” imbuhnya mengisahkan. Kini Rama sedang
menanti detik-detik kelahiran anak keduanya.
So, teruntuk
kawula muda Muslim di negeri ini, sayangilah hatimu agar jangan lagi jadi
korban patah hati, apalagi sampai berkali-kali hanya karena atas nama cinta,
yang sebenarnya nuranimu sudah meyakini itu tidak diridhoi Ilahi. Untuk itu,
jauhilah pacaran, karena keindahan cinta itu hanya ada dalam pernikahan.
Demikian tadi penjelasan
mengenai mengapa kita tidak perlu menjadi korban patah hati. Semoga penjelasan
tadi menjadi suatu pelajaran yang sangat penting untuk di terapkan khusunya
bagi anak muda pada zaman sekarang ini.
Sumber :
Hidayatullah.com
0 Response to "Jangan Mau Jadi Korban Patah Hati Lebih Baik Sayangi Hidup"
Post a Comment