Dengan berkembangnya arus globalilasi yang semakin kompleks, Perkembangan media teknolgi komunikas di Indonesia saat ini, semakin cgih dalmkehidupan msyarakat dan ini tidak dapat dihindaran. Seperti bertambah banyaknya masyarakat yang menggunakan media komunikas berupa handphone. Handphone pada awalnya merupakan barang yang langka dan dianggap mewah, serta hanya orang tertentu yang memiliki handphone. Namun dengan seiring berkembangnya jaman yang semakin maju, kini keberadaab handphone menjadi barang primer. Handphone kini tersedia dengan vitur – vitur yang lengkap sehingga menjadi banyak penggunanya.
Handphone
pada dasarnya berfungsi sebagai media komunikasi, namun seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu teknologi yang modern kini handphone telah
berkemnang bukan hanya sebagai sarana komunikasi. Jika dilihat secara
tren, terlihat kenaikan jumlah pengguna ponsel di Indonesia yang cukup
signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini bisa saja disebabkan oleh masih luasnya
pasar ponsel yang belum tergarap oleh para produsen dan operator ponsel di
Indonesia, terutama untuk kota-kota kecil yang masih terhambat oleh terbatasnya
cakupan wilayah transmisi. Sedangkan untuk telepon rumah, pertumbuhannya
terbilang stabil, bahkan cenderung menurun jika dilihat secara regional.
Berdasarkan
data US Cencus Bureau pada Januari 2014, Indonesia memiliki sekitar 251 juta
penduduk. Jumlah itu kalah dibanding pengguna ponsel, yang berkisar di angka
281 juta.
ORGANISASI kesehatan dunia (WHO) menyarankan para remaja dan orang-orang
muda membatasi diri menggunakan perangkat audio, yakni kurang dari satu jam,
demi menghindari risiko kehilangan pendengaran.
WHO merekomendasikan tingkat paparan suara maksimal yang
aman ialah 85 desibel selama delapan jam per harinya. Untuk membantu memantau
tingkat suara yang kita dengarkan dalam batas aman atau tidak, saat ini
terdapat aplikasi dalam smartphone yang bisa dimanfaatkan.
Para remaja dan anak muda juga disarankan menjaga volume
perangkat audio tetap rendah, mengenakan penutup telinga ketika mengunjungi
tempat-tempat yang bising, serta membatasi waktu berkegiatan di tempat-tempat
bising dan terlibat dalam kegiatan bising.
Di samping itu, pemerintah juga dapat berperan
mengembangkan dan menerapkan undang-undang ketat yang mengatur tingkat
kebisingan. Kemudian, meningkatkan kesadaran akan risiko gangguan pendengaran
melalui kampanye informasi publik.
Orang tua, guru, dan dokter, diharapkan dapat memainkan
peran mendidik kaum muda tentang tingkat suara yang aman.
“Saat orang-orang muda melakukan apa yang mereka
inginkan, semakin banyak dari mereka yang menempatkan diri pada risiko gangguan
pendengaran,” kata Direktur Departemen Pengelolaan Penyakit Tidak Menular,
Disabilitas dan Pencegahan Cedera WHO, Dr Etienne Krug, seperti dilansir laman
resmi WHO.
“Sekali kau kehilangan pendengaran, maka pendengaran itu
tak akan pernah kembali. Melakukan tindakan pencegahan sederhana akan
memungkinkan seseorang terus menikmati hidup tanpa membuat pendengaran mereka
berisiko (rusak),” tambah dia.
Data dari WHO baru-baru ini menunjukkan, sekitar 1,1
miliar remaja dan orang dewasa di dunia berisiko kehilangan pendengaran karena
penggunaan perangkat audio di luar batas aman, termasuk smartphone dan
lingkungan bising.
Hasil analisis WHO pada data penelitian di negara-negara
berpenghasilan menengah dan tinggi menunjukkan, 50 persen remaja dan dewasa
muda berusia 12-35 tahun, menggunakan perangkat audio secara tidak aman.
Sementara 40 persen dari mereka terpapar suara bising di
luar batas aman saat berada di tempat-tempat hiburan.
Kehilangan pendengaran berpotensi merugikan kesehatan
fisik, mental, pendidikan dan pekerjaan seseorang.*
Demikianlah penjelasan
terkait penggunaan ponsel di kalangan remaja, ponsel memang memberi dampak
positif untuk media komunikasi namun adapula sisi negativnya jika
disalahgunakan secara tidak baik. Langkah WHO untuk membatasi penggunaan ponsel
di kalangan remaja memang tepat dengan tujuan agar tidak kecanduan dengan
ponsel yang kini semakin canggih dan secara tidak langsung juga sangat tidak
baik untuk kesehatan.
0 Response to " Anjuran Dari WHO “Remaja Untuk Membatasi Penggunaan Ponsel “"
Post a Comment