“Lengketnya” Kehidupan Masyarakat Mesir dengan Mushaf Al-Quran


BAGI kebanyakan orang, membaca al-Qur’an di tempat umum bukanlah hal biasa. Lain halnya jika membacanya di tempat tertentu, seperti masjid atau ketika pengajian. Begitu juga dengan memutar murattal (bacaan al-Qur’an), bagi sebagian orang, jika bukan di masjid atau mungkin di luar bulan suci Ramadhan terasa sangat aneh.

Tapi tidak dengan masyarakat Mesir, mereka sangat akrab dengan al Qur’an.  Di “Negeri Piramida” ini banyak kita jumpai orang yang membaca al Qur’an di tempat-tempat umum.

Mereka begitu akrab dengan al-Qur’an tidak hanya di masjid saja. Bahkan dalam bis umum, banyak orang-orang yang memanfaatkan waktunya untuk membaca al-Qur’an. Tak sedikit supir bus memutar murattal ketika mengemudi.

Bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi, akan mudah kita dapati mushaf al Qur’an selalu menemaninya di setiap mobil yang mereka bawa. Di saat ada waktu luang, mereka kemudian membacanya.

Kadang-kadanga, mushaf al Qur’an yang mereka bawa tidak hanya satu, bahkan bisa lebih. Hal itu dimaksudkan agar ketika pergi bersama keluarga, selama di perjalanan bisa mengajarkan anaknya membaca al Qur’an, mengecek hafalannya atau hanya sebatas membaca.

Selain di dalam kendaraan, masyarakat Mesir juga sering memutar murattal di restoran-restoran, kantor-kantor, kios-kios, toko-toko, bahkan tidak jarang mereka memutarnya di pasar.

Terbawa lingkungan

Interaksi mereka dengan al Qur’an begitu “lengket”, terbukti dengan banyaknya pemutaran murattal di berbagai tempat umum.

Sering saya dapati masyarakat Mesir mengutip ayat al Quran untuk dijadikan “selogan” di tempat-tempat jualan mereka. Sebut saja di tempat jualan minuman-minuman, mereka biasanya mengutip potongan ayat 21 dalam surat al Insan yang artinya, ”Dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih.”

Hal yang sangat menarik tentang interaksi mereka dengan al Qur’an adalah pemutaran bacaan al-Qur’an di kafe-kafe. Mereka sering memutarnya di waktu sore menjelang Maghrib atau di pagi hari, bahkan di waktu malam.

Mungkin banyak orang yang tidak atau sulit percaya akan keunikan interaksi masyarakat Mesir dengan al-Qur’an. Namun begitulah kenyataan mereka dalam berinteraksi dengan al-Qur’an.

Lingkungan yang seperti itu sangat cocok untuk para penuntut ilmu (agamis) yang dari luar Mesir seperti saya. Mereka akan terbawa oleh lingkungan islami sehingga tidak lagi sungkan melakukan syi’ar-syi’ar Islam seperti membaca al Qur’an di tempat umum.*/Jundi Iskandar SFS, Mahasiswa al-Azhar, Mesir

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "“Lengketnya” Kehidupan Masyarakat Mesir dengan Mushaf Al-Quran"