Apa saja manfaat utama yang bisa dirasakan bila memiliki sikap optimis?
Orang optimis beresiko kecil terkena serangan jantung
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan 17 April 2012 di Jurnal Buletin Psikologi, orang yang optimis memiliki resiko lebih kecil terkena serangan jantung. Perasaan dan semangat positif seperti optimisme merupakan bentuk perasaan yang sangat baik untuk kesehatan jantung. Sebaliknya, perasaan-perasaan negatif seperti pesimisme, kemarahan, kecemasan, depresi, stress, kebencian ternyata sangatlah buruk untuk jantung.
Sebanyak 200 studi yang ditemukan oleh sekolah Harvard bidang kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa perasaan positif seperti optimisme, bersyukur, dan perasaan bahagia yang dimiliki seseorang dapat menurunkan reskio penyakit jantung dan stroke. Namun, hal tersebut masih mengabaikan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan resiko penyakit jantung dan stroke yaitu faktor umur, kondisi sosial ekonomi, kebiasaan merokok, dan berat badan. Meski demikian, pengaruh perasaan positif terhadap kesehatan jantung yang memperlihatkan hubungan yang kuat tentu tidak bisa dikesampingkan.
Diperoleh bahwa orang-orang yang berjiwa optimis ternyata mengalami penurunan resiko timbulnya masalah pada jantung sebesar 50%. Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa orang yang mempunyai emosi dan mental positif ternyata sebagian besar juga memiliki gaya hidup yang baik seperti olahraga, makan makanan yang sehat dan tidur yang cukup. Gaya hidup yang baik tersebut selain akan semakin menunjang kesehatan jantung orang-orang optimis, dapat juga menurunkan tekanan darah, kadar lemak darah dalam tubuh, dan menjaga berat badan ideal mereka.
Orang optimis akan lebih bahagia dan lebih sedikit mengalami stress
Orang yang optimis biasanya juga akan merasa lebih bahagia dalam hidup dan memiliki tingkat stress yang rendah. Mereka yang optimis memandang segala sesuatu dari sisi yang lebih positif. Efeknya tingkat kecemasan dan stress pun akan berkurang.
Orang optimis lebih percaya diri dan lebih berani mengambil berbagai peluang. Mereka tidak mudah menyerah dan jarang berputus asa. Andaikan pun belum berhasil, mereka yang optimis melihat hal negatif sebagai tantangan yang harusnya bisa dengan mudah diatasi bukan untuk terus diratapi. Sebaliknya mereka yang pesimis akan lebih besar terjebak dalam pikiran yang membuat depresi, tertekan, dan stress.
Orang optimis akan lebih sehat dan panjang umur
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, orang optimis akan lebih sedikit mengalami stress. Kadar hormon stress yang lebih sedikit dalam tubuh dapat menguatkan sistem imun tubuh dan ini berarti akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh mahasiswa Harvard University, mereka yang terbiasa optimis pada usia 25 tahun ternyata akan jauh lebih sehat pada usia 45 dan 60 tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak (terbiasa pesimis). Studi lainnya tentang pesimis dan optimis memperlihatkan bahwa pesimisme dapat memicu timbulnya berbagai infeksi penyakit, kondisi kesehatan yang buruk, dan kematian lebih cepat.
Penelitian yang dilakukan di Amerika terhadap sekitar 100 ribu wanita juga memperlihatkan bahwa mereka yang optimis ternyata 14% lebih rendah mengalami kematian akibat penyakit berbahaya.
Orang optimis akan lebih sukses dan berprestasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka yang berjiwa optimis biasanya merupakan “juara-juara” dalam berbagai hal, baik di sekolah, karir, maupun di bidang-bidang lainnya. Mereka yang optimis selalu memiliki semangat untuk maju, tidak mudah putus asa, dan semakin terpacu untuk menang tatkala dihadapkan pada situasi yang sulit.
Keyakinan kuat yang dimiliki oleh mereka yang berjiwa optmis bisa memupuk semangat untuk berbuat lebih baik dan percaya diri dalam segala hal. Orang optimis memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih positif. Mereka yang optimis tidak mudah menyerah dan tetap akan terus “melangkah” maju untuk meraih kesuksesannya.
Dalam sebuah team work pun sangatlah dibutuhkan mereka yang berjiwa optimis. Tim yang optimis akan lebih bersinergi satu sama lain dan memperlihatkan hasil (pencapaian) yang lebih baik daripada mereka yang tidak optimis.
Optimisme bersifat menyembuhkan
Tak hanya mencegah atau menurunkan resiko penyakit jantung dan berbagai infeksi penyakit, perasaan optimisme juga bersifat menyembuhkan. Pada sebuah studi kesehatan yang dilakuakan pada pasien-pasien depresi ditemukan bahwa terapi pikiran positif seperti optimisme yang dilakukan selama 12 minggu ternyata lebih berkhasiat dan efektif memperbaiki kondisi pasien daripada obat-obatan.
Studi lainnya yang dilakukan di Pusat Kanker di Australia menemukan bahwa pasien kanker pay*d*ra yang optimis ternyata berpeluang lebih besar untuk sembuh daripada mereka yang pesimis dan putus asa.
Jadi, mulai saat ini buanglah jauh-jauh perasaan negatif dari dalam diri Anda. Biasakan diri Anda untuk akrab dengan perasaan-perasaan positif seperti perasaan optimis, bersyukur, dan perasaan bahagia dalam memandang dan menjalani hidup.
http://informasitips.com
Blogwalking Sahabat Blogger
ReplyDelete